Tiba-tiba Tiffany teringat dengan Ethan. Dia belum menceritakan soal putusnya hubungan mereka, lalu nada suara nya menjadi pahit. “Ya, itu akan membaik, dan kita semua akan baik-baik saja!”Saat Arianne menutup teleponnya, dia langsung kembali bekerja. Pagi yang sibuk sangat cepat berlalu. Saat makan siang, dia terpikir akan restoran Cina di dekat kantor yang menyajikan makanan ringan.Di restoran Cina itu, dia memesan dua makanan yang dia suka dan mulai makan. Saat dia akan pulang, dia menyadari kalau diluar sedang hujan. Cuacanya selalu tidak bisa di prediksi di musim ini, persis seperti Mark Tremont…Hujannya lumayan deras dan tidak ada tanda kalau hujannya akan berhenti. Beberapa waktu berlalu dia pun menyadari kalau dia sepertinya akan terjebak disini. Walaupun kantornya tidak jauh, dia tidak mungkin bisa kesana tanpa basah kuyup. Ada ruang terbuka yang dipakai sebagai tempat parkir di depan restoran itu, karena dia tidak dekat dari jalan besar, maka dia juga tidak bisa memangg
Arianne terdiam beberapa saat.”... Kau meragukanku seperti Tiffie. Baiklah, kita sudah sampai. Kau bisa berhenti disini.”Dia menunggu hingga mobilnya berhenti lalu dengan tergesa-gesa keluar dari mobil setelah mengucapkan terimakasih pada Ethan.Ethan menatap Arianne yang berlalu pergi dengan mata gelapnya. Sepertinya Tiffany belum memberitahukannya soal putusnya mereka…Saat sudah waktunya untuk pulang, Arianne menerima pesan dari Tiffany. ‘Sulit sekali mencari pekerjaan! Bukan hanya itu, hari ini hujan terus. Menyebalkan sekali!’Arianne hampir selesai dengan pekerjaannya, maka dia membalas. “Kau punya Ethan yang selalu mendukungmu, apalagi yang harus kau khawatirkan? Kau selalu membantunya, sekarang gilirannya untuk membantumu. Karena dia mempunyai pekerjaan bagus sekarang dan mengendarai mobil yang harganya hampir mencapai ratusan ribu dolar, kau bisa hidup yang berkecukupan. Santai saja saja mencari pekerjaanya.’Setelah mengirimkan pesan itu, Tiffany tidak langsung membalas
Saat Arianne keluar dari kamar mandi, Mark sudah duduk di meja makan. Dia mengenakan pakaian santai berwarna abu-abu terang dengan an rambut sedikit basah. Arianne bisa mencium aroma wewangian sabun dari tubuhnya. Apapun situasinya, Mark selalu memperhatikan sikapnya. Dia selalu menjaga postur tubuhnya tegak setiap saat dan tidak perna terlihat santai, bahkan untuk sesaat saja.Karena Arianne tidak tahu harus mengatakan apa, dia memutuskan untuk tidak mengatakan apapun.Ada dua piring udang besar untuk makan malam malam ini. Saat Mary menyajikan makanan nya. Dia dengan sengaja menempatkan udang itu didepan Arianne. Arianne tanpa basi-basi langsung mengupas kulit udang dan memakannya. Di sisi lain, Mark dengan anggun mengangkat mangkuk sup ke bibirnya.Dia melihat Arianne makan dengan lahapnya dan merasa aneh kalau Arianne yang sedang makan banyak di hadapannya inu sedang sakit maag. Maka dia mulai curiga kalau ada yang tidak beres dengannya.Arianne menyadari tatapannya , lalu bert
Arianne bertanya-tanya pada dirinya. Bukankah Mark tidur dikamar semalam? Kenapa dia keluar dari ruang kerja pagi sekali? Dia terlihat seperti… baru saja bangun. Apakah dia keluar dari kamar dan pergi ke ruang kerja pada tengah malam?Dia tidak pernah bisa memahami tingkah laku Mark, tapi karena dia tidak mau terkena masalah, maka dia pergi tanpa sarapan terlebih dahulu.Mary keluar dari dapur dengan semangkuk bubur, tapi Arianne tidak terlihat lagi. “Dimana dia?” tanya Mary.Lalu dia melihat Mark menuruni tangga. Raut masam di wajahnya langsung membuatnya diam.Arianne tidak bisa fokus dengan pekerjaannya sepanjang hari. Dia tidak pernah mengira dia akan merasa lemah dan pusing hanya karena tidak makan sarapan. Rasa mualnya terasa lebih intens dari biasanya saat dia sedang lapar.Saat hampir jam makan siang, dia menerima telepon dari Tiffany. “Ari, aku dilantai bawah kantormu. Ayo cepat ke bawah. Aku akan mentraktirmu makan siang,”Tiffany berjanji kalau dia akan mentraktirnya j
Setelah dia mengatakan ini, dia berhenti bicara karena dia sangat tidak ingin membicarakan Helen.Tiffany juga menutup mulutnya. Biar bagaimanapun, mereka berdua sedang dalam situasi yang tidak baik. Membicarakan tentang itu hanya akan membuat mereka merasa semakin buruk.Tiba-tiba, dia teringat sesuatu, dia mengeluarkan sebuah surat dari tasnya. “Ari, ini untukmu. Aku tidak tahu kenapa suratnya dikirim padaku. Aku kaget ternyata masih ada orang yang menulis surat di jaman sekarang. Bukankah lebih mudah untuk menggunakan ponsel? Siapa dia? Bagaimana dia tahu dimana aku tinggal dan kita saling mengenal…?”Arianne merasa bingung juga. Dia membuka suratnya dan menatapnya. Hanya ada beberapa baris tulisan di surat itu. Dia berusaha untuk membaca tulisan itu. Dan saat dia sudah bisa membacanya, dia merasa seperti darahnya mengalir ke kepalanya. Dia bahkan tidak bisa mendengar suara Tiffany lagi.“Ari? Ari? Apa yang tertulis di surat itu?” Tiffany semakin penasaran.Arianne tersadar dan
Pikiran Arianne sedang kacau. Dia tidak bisa memutuskan apapun. Yang dia pikirkan sekarang hanyalah bagaimana cara menginvestigasi kejadian waktu itu. “Ini… ayo jangan bicarakan ini dulu. Aku harus melakukan investigasi tentang ayah ku. Aku akan membaca surat ini lagi nanti malam setelah aku pulang kerja. Aku akan mengunjungi alamat yang tertulis di surat ini dan menemui ‘tuan Sloane’. Akhir pekan ini. Mungkin dengan begitu semuanya akan menjadi lebih jelas.”Tiffany mengangguk. “Itu ide bagus juga. Selesaikan ini dulu, jangan pikirkan hal lain sekarang. Kau memiliki bayi di perut mu. Jangan pergi sendiri. Aku akan pergi denganmu. Aku rasa alamat ini lumayan jauh dari pusat kota. Aku akan khawatir jika kau pergi sendiri.” Arianne kembali ke kantor setelah makan siang tapi dia tidak bisa berkonsentrasi pada pekerjaannya. Setiap kata dalam surat itu mengganggu pikirannya. Dia benar-benar ingin mengungkap apa yang sebenarnya terjadi tahun itu. Siapa ‘tuan Sloane’ dalam surat ini? Bagai
Setelah memastikan bahwa kepiting tidak sepenuhnya dilarang, tetapi hanya boleh dimakan dalam jumlah wajar, dia merasa lega. Dia sangat suka pada makanan laut akhir-akhir ini.Di meja makan, Arianne memakan dua kaki kepiting, lalu makan hidangan lain.“Apakah rasanya tidak sesuai dengan keinginanmu, Nyonya?” Mary bertanya ketika dia melihat ini.Arianne menggelengkan kepalanya, "Tidak, ini enak."Mary mengerutkan kening, “Melihat jumlah udang yang kau makan sebelumnya, kepiting yang kau makan tadi seharusnya belum cukup untukmu. Kau harus makan lagi...” Mark tidak suka makanan laut, jadi jika Arianne tidak memakannya, mereka akan terbuang. Mary pekerja keras dan hemat dalam mengurus keperluan rumah tangga mereka, jadi dia merasa sedih jika memikirkan pemborosan.Arianne melirik ke arah Mark dan dengan canggung menjelaskan, “Aku merasa kurang berselera makan hari ini …”Ini adalah satu-satunya alasan yang bisa dipakai karena dia harus melihat situasi. Dia terlalu takut untuk makan
Arianne gemetar ketakutan, Kuah mie yang ada di mangkuknya tumpah, membuatnya kepanasan. Dia menggertakkan gigi dan bergegas menuju meja di ruang makan. Lalu, dia meletakkan mangkuknya. Tentu saja, itu berarti dia meletakkannya di depan Mark karena Mark sedang duduk di ruang tamu. Kuahnya berceceran dimana-mana. Rasa jijik terlihat jelas di wajah Mark.Dia mengumpulkan keberaniannya dan mengeluarkan beberapa lembar tissue. Kemudian dia menyeka tumpahan mie itu sampai bersih di bawah tatapan Mark yang mengawasinya. "Kau dari mana baru pulang sepagi ini?"Mark terdiam, bangkit dan menuju ke atas. “Ini jam 1 pagi.”Arianne menggigit bibirnya dan tidak menjawab. Tangannya yang melepuh sangat kesakitan. Menurutnya, dia pulang terlalu awal. Dia awalnya mengira bahwa dia tidak akan pulang sama sekali...Setelah makan, dia mencuci semuanya hingga bersih lalu berjalan di sekitar ruang tamu sebentar sebelum kembali ke kamar.Mark mengenakan pakaian santai dan sedang duduk di depan jendela d