Arianne takut jika Tiffany mungkin tidak sengaja memberitahu rahasianya, jadi dia segera membatahnya. “Aku tidak apa. Aku tidak akan berhenti khawatir jika aku tidak membantumu juga.”Will tersenyum. “Tunggulah aku. Aku harus pergi ke kamar kecil.”Tiffany menggenggam tangan Arianne setelah Will pergi. “Tanganmu begitu dingin. Dokter menyuruhmu kemarin untuk beristirahat selama satu minggu, tapi kau masih berkeliaran. Will bisa membantuku. Kenapa kau tidak pulang?”Karena Arianne sudah disini juga, tentu saja, dia tidak berencana untuk pergi sekarang. “Baik sudahi. Jangan menyampaikan hal yang tidak-tidak di depan Will. Aku baik-baik saja.”Di sisi lain, Will telah sampai di depan pintu kamar kecil ketika dia menghentikan langkah kakinya. Matanya menangkap sepasang mata dingin. Setelah hening sesaat, dia berkata, “Jangan katakan bahwa kau membuntuti Ari sampai sini?”Tatapan Mark berubah gelap. “Ari? Sepertinya kau cukup dekat dengan istriku.”Will terhenyak mendengar kata ‘istri
Will melirik ke arah Arianne namun tidak memberi tahu perjumpaannya dengan Mark. “Bukan apa-apa. Sudah larut, mari kita sudahi. Tiffie, kau harus pulang ke rumah dan menemani ibumu.”Tiffany menghela. “Kau tahu seperti apa ibuku. Sekarang ayahku pergi, dia mungkin tidak akan dapat kembali normal selama beberapa tahun.”Arianne mengangguk, “Lalu dia pergi. Hubungi aku jika kau butuh apapun.”Tepat saat dia berucap, dia menyadari sebuah mobil Rolls-Royce hitam tidak jauh terparkir. Dia ingat plat nomor mobilnya dengan baik - itu adalah mobil Mark...Hanya butuh sesaat bagi Brian untuk keluar dari mobil, berjalan ke arahnya, dan mengambil tasnya. “Waktunya pergi, nyonya.”Arianne tidak mengira akan melihat Mark di sini. Dia melihat ke arah Will dan Tiffany lalu mengikuti Brian ke dalam mobil tanpa berucap sepatah katapun.Ekspresi Mark di dalam mobil sulit untuk dipahami. “Apa yang kau lakukan disini?” tanya Arianne.Dia melihat ke arah gedung-gedung yang terlewati. “Kenapa aku tid
Mark sudah memesan agar ini disiapkan sejak kemarin. Kebetulan, Helen dan Aery mengunjungi mereka juga hari ini. Arianne tidak yakin apakah dia mempersiapkannya secara khusus untuk Aery, tapi bahan-bahannya ternyata datang terlambat dan Aery tidak bisa menunggu hingga jam makan malam.Udang dengan kualitas tinggi ini sangat sulit ditemukan dalam musim sekarang. Mark pasti sudah bersusah payah berusaha memesan ini dari luar negeri.Dia baru saja memasukan udang ke mulutnya, saat Mark tiba di ruang makan. Ketika Arianne melihat wajahnya, dia mengira kalau Mark marah karena dia sudah mulai makan duluan. Saat dia sedang ragu apakah dia harus melepeh udangnya atau tidak, Mark mendorong sepiring penuh udang ke hadapannya dan berkata. “Tidak tahu tata krama meja makan.”Arianne lalu teringat kalau Mark tidak pernah makan udang.Walaupun nada suaranya tidak ramah. Dia tidak peduli dengan peraturan lagi saat ini. Dia mengangkat tangannya dan segunung kulit udang sudah muncul di hadapannya.
Sudah lama sejak terakhir kali mereka makan bersama dan menghabiskan waktu dirumah yang sama. Mark tidak mengambil inisiatif untuk bicara padanya beberapa hari terakhir ini, maka Arianne menghentikan langkahnya saat dia mendengar ini. “Aku… tidak suka dengan bau rokoknya. Kau merokok saja, aku akan tidur di kamar tamu.”Arianne tidak pernah mengatakan apapun soal kebenciannya pada kebiasaan merokoknya sebelumnya… tatapan rumit tersirat dimata Mark. dia lalu melempar bungkus rokok ke tong sampah, bangun dari kursi dan berjalan ke tempat tidur. “Tidurlah.”Arianne terkejut. Dia tidak mengerti apa maksudnya. Apakah dia membuang bungkus rokoknya karena dia baru saja mengatakan kalau dia benci bau rokok? Itu tampak tidak mungkin kalau dia melakukannya hanya karena mempertimbangkan dirinya. Kemungkinan paling besar disini adalah dia sedang merasa kesal…Dia merasa bingung sesaat, lalu berjalan ke tong sampah dan mengambil kembali bungkus rokoknya. Tempat sampah di kamar mereka selalu bers
Tiba-tiba Tiffany teringat dengan Ethan. Dia belum menceritakan soal putusnya hubungan mereka, lalu nada suara nya menjadi pahit. “Ya, itu akan membaik, dan kita semua akan baik-baik saja!”Saat Arianne menutup teleponnya, dia langsung kembali bekerja. Pagi yang sibuk sangat cepat berlalu. Saat makan siang, dia terpikir akan restoran Cina di dekat kantor yang menyajikan makanan ringan.Di restoran Cina itu, dia memesan dua makanan yang dia suka dan mulai makan. Saat dia akan pulang, dia menyadari kalau diluar sedang hujan. Cuacanya selalu tidak bisa di prediksi di musim ini, persis seperti Mark Tremont…Hujannya lumayan deras dan tidak ada tanda kalau hujannya akan berhenti. Beberapa waktu berlalu dia pun menyadari kalau dia sepertinya akan terjebak disini. Walaupun kantornya tidak jauh, dia tidak mungkin bisa kesana tanpa basah kuyup. Ada ruang terbuka yang dipakai sebagai tempat parkir di depan restoran itu, karena dia tidak dekat dari jalan besar, maka dia juga tidak bisa memangg
Arianne terdiam beberapa saat.”... Kau meragukanku seperti Tiffie. Baiklah, kita sudah sampai. Kau bisa berhenti disini.”Dia menunggu hingga mobilnya berhenti lalu dengan tergesa-gesa keluar dari mobil setelah mengucapkan terimakasih pada Ethan.Ethan menatap Arianne yang berlalu pergi dengan mata gelapnya. Sepertinya Tiffany belum memberitahukannya soal putusnya mereka…Saat sudah waktunya untuk pulang, Arianne menerima pesan dari Tiffany. ‘Sulit sekali mencari pekerjaan! Bukan hanya itu, hari ini hujan terus. Menyebalkan sekali!’Arianne hampir selesai dengan pekerjaannya, maka dia membalas. “Kau punya Ethan yang selalu mendukungmu, apalagi yang harus kau khawatirkan? Kau selalu membantunya, sekarang gilirannya untuk membantumu. Karena dia mempunyai pekerjaan bagus sekarang dan mengendarai mobil yang harganya hampir mencapai ratusan ribu dolar, kau bisa hidup yang berkecukupan. Santai saja saja mencari pekerjaanya.’Setelah mengirimkan pesan itu, Tiffany tidak langsung membalas
Saat Arianne keluar dari kamar mandi, Mark sudah duduk di meja makan. Dia mengenakan pakaian santai berwarna abu-abu terang dengan an rambut sedikit basah. Arianne bisa mencium aroma wewangian sabun dari tubuhnya. Apapun situasinya, Mark selalu memperhatikan sikapnya. Dia selalu menjaga postur tubuhnya tegak setiap saat dan tidak perna terlihat santai, bahkan untuk sesaat saja.Karena Arianne tidak tahu harus mengatakan apa, dia memutuskan untuk tidak mengatakan apapun.Ada dua piring udang besar untuk makan malam malam ini. Saat Mary menyajikan makanan nya. Dia dengan sengaja menempatkan udang itu didepan Arianne. Arianne tanpa basi-basi langsung mengupas kulit udang dan memakannya. Di sisi lain, Mark dengan anggun mengangkat mangkuk sup ke bibirnya.Dia melihat Arianne makan dengan lahapnya dan merasa aneh kalau Arianne yang sedang makan banyak di hadapannya inu sedang sakit maag. Maka dia mulai curiga kalau ada yang tidak beres dengannya.Arianne menyadari tatapannya , lalu bert
Arianne bertanya-tanya pada dirinya. Bukankah Mark tidur dikamar semalam? Kenapa dia keluar dari ruang kerja pagi sekali? Dia terlihat seperti… baru saja bangun. Apakah dia keluar dari kamar dan pergi ke ruang kerja pada tengah malam?Dia tidak pernah bisa memahami tingkah laku Mark, tapi karena dia tidak mau terkena masalah, maka dia pergi tanpa sarapan terlebih dahulu.Mary keluar dari dapur dengan semangkuk bubur, tapi Arianne tidak terlihat lagi. “Dimana dia?” tanya Mary.Lalu dia melihat Mark menuruni tangga. Raut masam di wajahnya langsung membuatnya diam.Arianne tidak bisa fokus dengan pekerjaannya sepanjang hari. Dia tidak pernah mengira dia akan merasa lemah dan pusing hanya karena tidak makan sarapan. Rasa mualnya terasa lebih intens dari biasanya saat dia sedang lapar.Saat hampir jam makan siang, dia menerima telepon dari Tiffany. “Ari, aku dilantai bawah kantormu. Ayo cepat ke bawah. Aku akan mentraktirmu makan siang,”Tiffany berjanji kalau dia akan mentraktirnya j
Arianne sudah lama tidak mendengar nama itu, dia harus berpikir lama beberapa detik sebelum akhirnya mengingat wajahnya.Shelly-Ann Leigh… Dia pasti menghabiskan bertahun-tahun di rumah sakit jiwa, bukan? Hanya Tuhan yang tahu jika rambut wanita itu sekarang abu-abu dan putih seluruhnya.Ketika seseorang hampir mati, seseorang dapat berdiri untuk memaafkan semua sejarah di antara mereka—bahkan yang gelap, walaupun jika buku besar itu penuh—untuk selamanya. Jadi, Arianne menjawab, "Aku akan pergi denganmu. Tidak peduli apa yang terjadi, dia tetap ibumu."Mark sama sekali tidak mengharapkan jawaban itu darinya. Dalam keterkejutannya, dia membungkuk dan meninggalkan ciuman di bibirnya. “Aku tahu aku memilih wanita yang tepat sebagai istriku. Aku pikir kau tidak akan setuju untuk membiarkanku menemaninya selama hari-hari terakhirnya…”Arianne tidak menjawab apa-apa. Dia tidak begitu bodoh sehingga akan mencoba untuk menang dari seorang wanita yang hari-harinya terhitung jari. Tidak ped
Arianne mencibir. “Kamu keliru, nona kecil. Aku tidak akan cukup gila untuk membuat marah ibu dari pria yang kusuka jika aku jadi kau, Nak. Aku khususnya tidak akan mengatakan apa pun yang ber-IQ serendah itu juga. Biarlah aku benar-benar jujur kepadamu: tidak seorang pun yang memiliki nama keluarga Leigh akan mendapat sisi baikku—yang terakhir gagal. Keras. Aku dapat menjamin bahwa kau akan meninggalkan kami dalam rentang waktu tiga hari. Jika aku kalah, kau bisa tinggal di sini selamanya. Ingin bertaruh? Aku menantangmu."Dia membiarkan ancamannya tergantung pada ucapan itu dan membalikkan kursi rodanya, meninggalkan wanita muda yang terhina itu.Kemarahan menyeruak dari Raven seperti gelombang gempa di sekujur tubuhnya. Dia hampir mengalami hiperventilasi, tetapi tepat sebelum menjadi tidak mungkin untuk dikendalikan, dia kembali dan mendesak dirinya untuk tenang. Dia punya perasaan bahwa meskipun dia pingsan saat itu juga, tidak ada yang akan menemukannya, bukan?Sekarang sete
Melissa adalah tipe orang yang selalu mendesak segala sesuatunya menjadi semeriah mungkin. Dia melompat berdiri dan mengangkat cangkirnya, “Yo, semuanya! Mari bersulang untuk Cindy yang menjadi sepupu iparku!"Penonton menjawab dengan antusias dengan cangkir mereka di udara dan berseru—kecuali Raven, yang tetap duduk. “Aku memiliki tubuh yang sakit-sakitan. Aku tidak bisa minum. Maafkan aku."Senyumannya begitu kaku, wajahnya terlalu pucat. Sesuatu terlintas di mata Arianne sebelum dia menjawab, "Tentu."Setelah pesta pora memudar, Arianne mengarahkan kursi rodanya ke halaman. Penampilan luar dari rumah itu tampaknya telah membeku dalam waktu, itulah mengapa berada di sini membuatnya merasa sangat… aman.Tentu saja, itu terjadi meskipun Henry dan Mary meninggal. Pada akhirnya, waktu berlalu dan banyak hal berubah, karakter dan objek datang dan pergi, dan semua tahun yang hilang ini meninggalkan penyesalan yang tertinggal di belakang mereka.Arianne melihat siluet yang berdiri send
Arianne meraih kedua tangan wanita cantik itu dan tersenyum. "Terima kasih! Astaga, bagiku… ini seperti kalian berdua bertambah tua dalam sekejap mata! Betapa cantiknya kalian berdua! Cindy, dimana kakakmu? Plato belum pulang?"Menyebut nama kakak tersayangnya membuat Cynthia cemberut. "Dia bilang dia akan pulang setengah bulan yang lalu—itu yang dia katakan. Siapa yang tahu apa yang sebenarnya dia lakukan? Lagipula, siapa yang peduli tentang orang tak berguna itu. Dia selalu seperti ini. Oh, um, cuacanya cukup panas. Kita mungkin sebaiknya masuk.”Arianne mengangguk dan menatap sekilas Aristoteles dengan pandangan gelisah. Tidak sekalipun anak itu terlihat seperti ingin berbicara dengannya... Mungkinkah ia sedang menghitung keluhannya dalam pikirannya? Mark dan Arianne sudah lama tinggal di Swiss; Hidup pasti sulit baginya sendirian.Butuh waktu sampai dia mencapai ruang tamu untuk akhirnya melihat Raven. “Millie, apakah ini adik perempuanmu?”Melissa dengan cepat melompat untuk m
Seluruh tubuh Aristoteles terpatung.Dia telah menunggu berita ini selama sembilan belas tahun. Seiring waktu berlalu, semangatnya meredup sedikit demi sedikit, perasaannya menjadi kebal, sampai pikiran itu tidak ada bedanya dengan ilusi. Tetapi hari ini, berita tentang hal itu menjadi kenyataan baginya dan menghempaskannya ke dalam pikiran yang bermacam-macam.Beberapa saat kemudian, dia akhirnya bergumam pelan, "Kapan... Kapan mereka akan kembali?"Jackson menutup jarak di antara mereka dan memberi anak muda itu tepukan ringan dan menenangkan di pundak. “Tidak secepat itu, aku yakin; bukan ketika ibumu baru saja siuman dan membutuhkan waktu untuk pulih. Dia tidur selama sembilan belas tahun, kau tahu. Jadi mungkin setelah dia cukup pulih untuk beberapa saat…” jawabnya. “Kita telah menunggu selama sembilan belas tahun untuk ini, bukan? Apa artinya menunggu sedikit lebih lama dibandingkan dengan itu? Hal terpenting yang harus kau lakukan adalah mengelola perusahaan dengan kemampuan
Cynthia belum pernah menjalin hubungan sebelumnya, jadi dia tidak tahu apa itu cinta. Namun, ada satu hal yang pasti. Dia menyukai perasaan bersama Aristoteles dan bagaimana dia melindunginya sejak mereka masih kecil. Meskipun Aristoteles menjadi sedikit mendominasi dan "nakal", dia tidak terkejut olehnya. Sebaliknya, dia bahkan merasa sedikit terharu, yang terasa luar biasa.Tidak diketahui bagaimana mereka bisa sampai di tempat tidur, dengan nafas mereka yang berpadu. Terlepas dari satu hal terakhir, mereka telah melakukan hampir semua hal lain yang bisa dilakukan.Saat mereka akan melakukan hal terakhir, Aristoteles tiba-tiba berhenti dan membantu menarik selimut menutupi Cynthia. "Ayo tidur, selamat malam."Cynthia masih bingung dari sebelumnya. Dia tidak tahu mengapa Aristoteles tiba-tiba berhenti, dia juga tidak memiliki keberanian untuk bertanya padanya. Dia telah berjuang begitu lama sebelum meyakinkan dirinya untuk mengikuti arus…Keesokan harinya, ketika Cynthia bangun, A
Cynthia mendengar apa yang dikatakan Aristoteles, tetapi tangannya tidak berhenti melakukan apa yang mereka lakukan. Kepalanya tidak bisa berpikir jernih. “Tidak… tidak perlu. Aku akan bisa menyelesaikannya sekarang. Silakan tidur dulu. Ngomong-ngomong, dimana aku tidur malam ini? Ada begitu banyak kamar di sini, aku akan meminta Agnes untuk membantuku membereskannya."Aristoteles menghampirinya dan berjongkok. Dia meraih lengannya dengan satu tangan sementara yang lain menutup koper. “Tidur saja denganku di sini dan berhentilah beres-beres.”Cynthia curiga dia mungkin salah dengar. Dia melihat ke tempat tidur besar di belakangnya dengan linglung dan tiba-tiba merasakan telapak tangannya, yang dipegang oleh Aristoteles, terasa hangat. “K… Kau bercanda, bukan, Ares? Meskipun kita dulu sering tidur bersama satu sama lain ketika kita masih kecil, kita semua sudah dewasa sekarang, jadi bukankah itu sedikit tidak pantas?”Aristoteles berkata dengan wajah datar, "Aku tidak bercanda."Cyn
Melissa tahu bahwa Aristoteles telah mencium Cynthia, jadi dia tahu apa yang sedang terjadi. Oleh karena itu, dia tentunya membual, "Tentu saja, mereka sudah bertunangan sejak mereka lahir. Kebetulan, keduanya merasakan hal yang sama tentang satu sama lain saat mereka tumbuh dewasa, jadi bukankah ini akan membuatnya menjadi lebih baik? Dari caraku melihatnya, penyakitmu tidak akan sembuh selama sisa hidupmu dan mereka berdua mungkin harus menunggu sampai Cindy lulus sebelum mereka menikah. Jadi, lebih baik kau kembali ke Prancis secepat mungkin. Jangan khawatir, kau telah menyelamatkan nyawa Aristoteles sebelumnya, jadi dia tidak akan pelit denganmu secara finansial."Raven sangat ingin mengendalikan rasa tidak bahagia yang ada di hatinya, tetapi emosinya menolak untuk mengikuti keinginannya. Karenanya, dia berjuang keras untuk melepaskan diri dari genggaman Melissa. Melissa terkejut sesaat. "Kau gila?"Setelah itu, Raven kembali sadar dan mengambil nafas dalam-dalam. “Maafkan aku… A
‘Kau tidak terlalu khawatir?’ Melissa sangat marah hingga dia tertawa. “Apa aku satu-satunya yang khawatir tak beralasan? Aku pikir kau mencintai saudara laki-lakiku, bukan? Pria yang kau impikan setiap hari telah kembali dari Prancis tetapi membawa seorang wanita bersamanya, tapi kau sebenarnya tidak begitu khawatir? Mari kita kesampingkan niat orang tuamu sejenak. Apa kau berani bilang kau tidak mencintainya? Aku hanya membantumu karena kau adalah sahabatku, jadi bisakah kau jangan begitu santai, seolah-olah aku membantumu tanpa alasan?"Cynthia menggelengkan kepalanya dan merendahkan suaranya saat dia menjawab, “Dia… mungkin telah menyatakan perasaannya kepadaku. Kami juga… sudah melakukannya. Jadi, aku pikir dia tidak merasa seperti itu terhadap Raven. Itu murni karena dia menyelamatkan nyawanya sekali. Aku yakin Ares akan mampu menangani situasi ini dengan baik.”Mata Melissa terbelalak. "Apa? Dia baru kembali beberapa hari, tapi kalian berdua sudah berhubungan seks? Secepat itu