Home / Romansa / Gadis yang Tertawan / Gadis yang Tertawan bab 60

Share

Gadis yang Tertawan bab 60

Author: Mariposa
last update Last Updated: 2024-01-01 09:00:07

Suara lantunan ayat suci terdengar merdu dan membuat hati damai. Mbah Slamet duduk di sebuah kursi, ia menghadap Dara yang kondisi tidak ada perubahan. Di tangannya ada sebuah Al Qur'an yang beberapa lembarnya terlepas dari sampulnya. Pria tua itu melafalkan setiap ayat dengan khusyuk dan khidmat.

Berharap surah yang dibaca—bisa membawa perubahan yang baik bagi kesehatan Dara. Di belakang Mbah Slamet—berdiri Xander, Bara, Sidja, dan Rosie. Mereka mendengarkan dengan baik dan tidak menggangu. Dua jam Mbah Slamet habiskan untuk berdoa pada Allah.

Sebuah keajaiban datang. Wajah Dara yang biasanya tenang, kini menunjukkan perubahan. Ia membuka sedikit mulutnya dan terdengar erangan lirih, disertai dengan kedua alisnya yang berkerut halus, dan kelopak matanya bergerak sangat samar.

"Dia membuat gerakan!" Bara berkata dengan penuh semangat, sedari tadi fokusnya tertuju pada Dara.

Semua orang menengok Bara sesaat, terkejut karena sebelumnya mereka terl
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Gadis yang Tertawan   Gadis yang Tertawan bab 61

    Xander terdiam sejenak, ragu untuk menceritakan dua kabar yang ia terima dari ibu sambungnya—nyai Aminah. Jari-jari Xander reflek membelai wajah Dara yang tiba-tiba tersenyum samar."Apa ini pertanda kau ingin mendengarnya, hmm?" Ia benarkan letak selimut yang membungkus tubuh Dara, kebetulan malam itu terasa dingin karena hujan yang turun sejak sore tadi. "Mamelie bilang, ia sangat senang kau bisa selamat dan memulai kehidupan baru. Ia berharap kau selalu sehat, dan memintaku untuk selalu menjagamu." Entah bagaimana awalnya, kini Xander menggenggam jari-jemari Dara dengan kedua tangannya. "Sejak aku mengenalmu, aku merasa duniaku berubah drastis. Setiap aku ada di dekatmu, selalu saja kita terlibat dalam masalah. Apa kau tahu? Aku membencimu, Dara."Xander terkekeh kecil dan tersenyum lembut. "Aku membencimu. Karena kau, aku harus tertahan di tempat ini sebagai orang yang diasingkan. Karen kau, aku gagal mendapat promosi dan menjadi seorang tah

    Last Updated : 2024-01-02
  • Gadis yang Tertawan   Gadis yang Tertawan bab 62

    "Ke mana pun jiwamu pergi, aku akan menemukanmu." Tangan pria dengan tatapan mata yang dalam itu, menggenggam jari-jari kurusl si gadis.Tiba-tiba saja, semua yang dipandangnya berubah menjadi putih. Si gadis kecil memejamkan mata karena cahaya yang sangat menyilaukan mata terpancar di mana-mana. Ia merasa tubuhnya ditarik dengan sangat kuat ke suatu tempat. Saat ia membuka mata dengan perlahan, gadis itu sudah berada di ruangan yang tampak asing.Matanya menengadah menghadap plafon bercat putih. Ada sebuah lampu gantung yang sangat indah, ia terdiam sejenak. Mencoba mencerna semua kejadian yang baru saja ia alami. Mendadak tangannya merasa hangat, saat ia melirik. Seorang pria tertidur dengan wajah yang menghadap kepadanya."Tuan," ucapnya lirih nyaris tidak terdengar. Maniknya jatuh pada kedua tangan mereka yang saling tertaut. Ia remas dengan tenaga yang sangat lemah, berharap pria itu terbangun."Tuan.""Dara?" Xan

    Last Updated : 2024-01-03
  • Gadis yang Tertawan   Gadis yang Tertawan bab 63

    "Aku mohon. Bunuh saja aku sekarang juga!"Sidja dan Diah yang tengah melintas di lapangan terbuka, melihat kondisi Ayu yang tampak frustasi dan tersiksa. Mereka berdua saling pandang, entah harus merasa senang ataupun sedih. Wanita yang selama ini menzolimi mereka kini sedang menerima ganjarannya.Mereka teringat saat kedua wanita itu—Ayu dan Bena ditangkap di malam yang sama dengan Dara ditemukan. Selama beberapa hari mereka disiksa di dalam penjara, dan tidak pernah menjalankan persidangan. Sebulan lamanya kasus itu telah berlalu. Kondisi Dara semakin membaik meski traumanya sulit dihilangkan.Bena dikabarkan meninggal dunia di dalam penjara jiwa. Ia menjadi gila sebelum meregang nyawa, dan menurut para penjaga yang mengawasi gadis itu. Bena acapkali memakan kotoran sendiri karena dibiarkan begitu saja tanpa ada makanan. Ia kerap menyakiti dirinya karena merasa putus asa, hal yang paling ditakuti gadis itu adalah kegelapan.Dan di depan mereka.

    Last Updated : 2024-01-04
  • Gadis yang Tertawan   Gadis yang Tertawan bab 64

    Dara berdiri di tepi balkon kediaman Maxwell. Tiga bulan sudah ia menetap di rumah mewah itu untuk menjalani pengobatan. Luka di tubuhnya sudah hilang, meski ada beberapa yang meninggalkan bekas samar. Namun, luka di hatinya masih menganga, seolah kejadian itu baru saja terjadi kemarin.Hampir setiap hari, ketika Dara bangun dari tidurnya, gadis itu akan berteriak ketakutan seraya memeluk tubuhnya sendiri. Jika hal itu terjadi, Rosie yang tinggal tepat di kamar sebelah, akan langsung menenangkannya. Pikiran gadis itu bercabang. Meski tubuhnya semakin berisi dan rona kemerahan di pipinya sudah kembali, tetapi bayangan mimpi yang ia alami sangat melekat dalam ingatannya. Tentang kedua orang tuanya yang mungkin saat ini telah tiada, dan keadaan kedua kakaknya yang kini entah berada di mana."Astaga, aku sudah mencarimu ke mana-mana, Dara. Apa yang kau lakukan di sini? Matahari belum terbit dengan sempurna, dan kau bisa kedinginan jika seperti ini." Maxwell m

    Last Updated : 2024-01-05
  • Gadis yang Tertawan   Gadis yang Tertawan bab 65

    Roanna tersenyum untuk menyamarkan keterkejutannnya. "Tuan, selamat pagi."Ananta berjalan mendekati Roanna, wanita itu menatap dengan kekaguman. Ia yakin kalau Ananta berasal dari keluarga berada, setelan jas yang ia kenakan pastilah dijahit langsung setelah mengukur tubuhnya yang atletis. Sebuah kacamata dengan lensa bulat bertengger di hidung mancungnya."Kau sedang berjalan-jalan sendiri?" tanya Ananta yang kini berdiri di hadapan Roanna."Aku suka udara pagi hari di pantai, sangat menenangkan dan damai. Apalagi belum banyak orang yang datang," jawab Roanna dan mereka mulai berjalan pelan."Di tempatku tidak ada pantai, yang ada hanya hamparan kebun teh dan pohon-pohon yang berjejer sepanjang hutan. Ini adalah sesuatu yang baru untukku. Tapi aku senang, hotelmu sangat luar biasa, Roanna. Aku sangat menyukai kamarku, dan–" Ananta menggantung perkataannya.Roanna sekila menoleh, hidung Ananta sangat tegas dari samping. "Dan?" tanya Roan

    Last Updated : 2024-01-06
  • Gadis yang Tertawan   Gadis yang Tertawan bab 66

    Saat pergantian penjaga di kamar yang ditempati oleh tuan Kyler, yang notabene adalah seorang arsitek yang membangun salah satu gudang senjata. Bachdim segera mengganti baju yang tadi ia kenakan sebagai bartender. Kini, pria itu mengenakan pakaian serba hitam untuk berkamuflase dan menyatu dengan malam. Pria itu melompat dari atap ke atap dengan cepat, gerakannya sungguh senyap dan tak terlihat. Sampai ia meloncat ke balkon tuan Kyler tanpa menimbulkan suara sama sekali. Tubuhnya seakan ringan bagai bulu. Mata dan telinganya menjadi tajam, ia terbantu dengan suara musik yang terdengar sampai lantai atas.Semua jendela dan pintu kamar itu terkuci, lampu dimatikan sehingga terlihat gelap. Bachdim menggeser pot besar di pojok balkon, di bawah pot itu ternyata ada akses untuk tembus ke dalam kamar yang dihuni tuan Kyler. Pria itu membuka ubin yang dapat dibongkar pasang.Bachdim masuk dan merangkak ke ruang tersembunyi, yang hanya memiliki luas tida

    Last Updated : 2024-01-07
  • Gadis yang Tertawan   Gadis yang Tertawan bab 67

    Ananta terjaga ketika mencium wangi-wangian tepat di ujung hidungnya. Matanya mengerjap beberapa kali sebelum terbuka sempurna, rasa sakit di tengkuknya membuat pria itu sulit untuk sekedar bangun dan duduk di atas ranjang kamar sewanya. Ia merasa haus dan sedikit pusing, saat ia menoleh ke kiri, baru Ananta sadari bahwa Roanna ada di sampingnya."Tuan, syukurlah. Anda sudah sadar." Roanna memegang sebuah botol kaca berukuran kecil di tangannya."Sadar?" Ananta mencoba mengingat-ingat. Keningnya berkerut-kerut, dan ia mendongak menatap langit-langit kamar."Aku ingat!" pekik Ananta, ia mengguncang bahu Roanna beberapa kali. "Dia, pria itu. Salah satu pelayanmu telah masuk tanpa izin ke kamar seorang tamu, aku melihatnya sendiri, Roanna!"Roanna mencoba tenang, ia mengusap dan memegang kedua pergelangan tangan Ananta, serta menaruh ke atas pangkuannya. "Tenang dulu, Tuan. Mungkin Anda salah lihat."Ananta menggeleng. "A

    Last Updated : 2024-01-08
  • Gadis yang Tertawan   Gadis yang Tertawan bab 68

    Bachdim menatap lurus ke dalam manik Roanna. "Apa aku terlihat sedang menyembunyikan sesuatu?"Roanna membereskan obat-obatan yang ia gunakan, bekas kasa yang ternoda oleh darah ia masukkan ke dalam bungkusan. "Entahlah, aku hanya takut kau menyimpan sesuatu dariku, Bachdim. Kau adalah orang yang sangat aku percayai."Segera, setelah mengatakan itu semua, Roanna pergi ke luar meninggalkan Bachdim seorang diri. Pria itu menatap langit cerah berwarna biru, dengan sedikit gumpalan awan yang bergerak beriringan terbawa angin. Ingatan Bachdim mundur ke belakang, tepatnya dua hari yang lalu.Bachdim melompati pagar setinggi tiga meter tanpa kesulitan berarti. Ia mendarat di sebuah kebun dengan beberapa pohon besar yang tumbuh berjajar, orang-orang bawahan tuan besar terlihat berjaga dari kejauhan.Bachdim mengendap dari pohon ke pohon dengan hati-hati. Sebelumnya, ia sudah mengetahui kamar yang ditempati oleh ibu Maryati. Ia mengendap-endap bagai maling. Berguling, melompat, dan memanjat.

    Last Updated : 2024-01-09

Latest chapter

  • Gadis yang Tertawan   Gadis yang Tertawan bab 80

    Belum pernah aku melihat perempuan yang terlihat begitu berkharisma. Usianya sudah lebih dari empat puluh, tetapi penampilannya seperti seorang gadis belia. Tubuh tinggi nan ramping itu berdiri tegak di ruang tamu seakan ratu tanpa mahkota. Dia mengenakan gaun putih panjang yang tertutup, dihias dengan rimpel yang menumpuk dan bersusun, serta lengan hanya sebatas siku. Pergelangan tangannya tersembunyi dalam sarung tangan putih dari renda. Wajahnya pucat karena terlalu putih, atau mungkin ia jarang terkena sinar matahari.Rambut coklatnya yang lurus panjang tidak dikonde tapi diatur dengan minyak mawar, menggantung tenang di punggung sementara ia berjalan ke arahku. Aku merasa pusing karena wewangian yang ia pakai, tercampur bau dari buket-buket mawar yang memenuhi ruangan. Dengan sopan ia mengulurkan tangannya kepadaku. Kusambut dengan rasa gugup, aku dapat merasakan jari-jari tangannya panjang dan ringkih. "Kenalkan, aku Helena Jacques. Ibu kandung dari Maxwell, kau pasti Senja,

  • Gadis yang Tertawan   Gadis yang Tertawan bab 79

    "Kau tau wanita yang sedang kau ancam? Jika kau lupa akan aku ingatkan. Dia adalah Mademoiselle Demesringny, dan dia datang bersamaku!" Sebenarnya siapa Rosie? Aku bertanya-tanya dalam hati. Sudah berbulan-bulan kami saling mengenal. Dan yang aku tahu, wanita cantik yang kini terlihat mengejek pria bernama sir Lynch itu terlihat santai. Tidak merasa terdiskriminasi oleh tatapan yang seolah-olah siap menerkam. 'Rosie sudah memiliki kekasih? Apa pria itu Maxwell. Jika iya, alangkah sempurnanya mereka bersandiwara untuk menutupi hubungan.' Aku terus berpikir, hingga aku tersentak kala terdengar gebrakan meja yang begitu kuat."Kau dan kau!" Sir Lynch mengangkat jari telunjuknya ke arah Maxwell dan Rosie dengan wajah yang merah padam. "Apa kalian pikir aku, Bocah ingusan? Camkan ini baik-baik! Kalian akan menyesal. Terutama kau, Mademoiselle Demesringny. Suatu saat aku akan memastikan kau akan kalah dengan penuh penyesalan," hardik pria itu.Rosie tersenyum semakin lebar. "Ah, sayang se

  • Gadis yang Tertawan   Gadis yang Tertawan bab 78

    Selama berlayar dan ada di atas kapal, Maxwell dan perawat Rosie mengajarkan aku banyak hal. Kebetulan aku fasih berbahasa Belanda, mengingat aku pernah mengenyam pendidikan di sekolah ternama. Orang tuaku yang seorang priyayi, sangat mampu untuk membiayai pendidikan anak-anaknya. Namun sayang, takdir berkata lain. Semua kemewahan yang kami miliki, lenyap hanya dalam satu malam. "Uhhh, tanganmu kasar sekali, Dara. Bekas lukanya tak kunjung hilang. Lihat, wajahmu pun ada bekas jahitan. Rambutmu sedikit kusam, dan warna kulitmu kecoklatan." Perawat Rosie sibuk menelisik penampilanku. Ia akan menggeleng jika menemukan kekurangan. Mulai dari rambut hingga kaki, semuanya tak luput dari pemeriksaannya. Aku hanya bisa pasrah, dan Maxwell sesekali memperhatikan kami. Ia sibuk dengan buku yang ada di tangannya."Ohh, sungguh. Aku tidak sabar ingin segera tiba di tempat tujuan. Aku berjanji akan merubah penampilanmu. Dasarnya kau memang cantik, pasti tidak akan sulit. Lagipula, aku yakin mad

  • Gadis yang Tertawan   Gadis yang Tertawan bab 77

    Hari hampir siang saat kapal SS Nieuw Amsterdam siap untuk berlayar. Kapal itu berwarna abu, putih, bercampur biru. Tampak gagah dan besar, di atasnya terdapat sebuah tiang yang mengeluarkan asap kehitaman yang terbawa angin di dermaga. Aku menatap kagum, meski ada sedikit rasa takut akibat trauma masa lalu.Di sampingku Diah tergugu dengan tubuh yang sedikit bergetar. Matanya tampak bengkak, dengan pangkal hidung yang terlihat merah. Sedangkan mba Sidja lebih bisa menguasai diri, meski jejak air mata sangat kentara di wajahnya yang selalu memancarkan ketulusan. Begitu teduh dan nyaman.Ini adalah bagian yang aku benci, karena setiap pertemuan pasti akan ada yang namanya perpisahan. Kedua wanita ini yang selalu membersamai diriku. Sudah menjadi teman untuk segala keluh kesahku. Dalam canda, dalam tawa, dalam suka maupun duka."Mba tega meninggalkanku? Kita datang ke tempat ini bersama-sama, dan sekarang, Mbak, ingin pergi lebih dulu?" Aku menghel

  • Gadis yang Tertawan   Gadis yang Tertawan bab 76

    POV DARAEntah nyata atau hanya mimpi. Dalam sinar mentari yang terbit di pagi ini, hatiku bergemuruh. Saat ini darahku seakan tak mengalir, saat ini detak jantung seakan berhenti, dan pikiranku dijejali oleh ribuan pertanyaan. Tanganku bergetar tatkala memegangi sepucuk surat yang akhirnya datang padaku. Mataku mengembun, dan bersamaan bulir bening yang menetes di pipi, maka tumpahlah segala isi hati. Entah bagaimana caranya aku bisa mengekspresikan kebahagiaan ini."Aku bebas?" tanyaku yang masih tidak percaya.Inilah hari yang aku nantikan. Tak ada lagi beban, tak ada lagi siksaan, tak ada lagi Kungkungan. Di setiap hela nafas ini, aku merasakan kehidupan yang baru. Kini, waktu tak lagi berlari. Karena aku sudah bebas dalam pikiran, angan, dan kebahagiaan. "Selamat, Dara. Kau sudah jadi orang yang merdeka." Maxwell merentangkan kedua tangannya, dan aku menghambur ke dalam pelukannya yang hangat. Lelaki ini menepati semua janjinya kepadaku. Membuktikan kalau dia bersungguh-sunggu

  • Gadis yang Tertawan   Gadis yang Tertawan bab 75

    "Kau pulang terlambat, Dara." Maxwell berdiri seraya menyandarkan dirinya pada sebuah tiang besar yang ada di selasar, melipat kedua tangannya di depan dada, sambil memperhatikan Dara yang berjalan menaiki anak tangga."Maaf, Ell. Apa aku membuatmu cemas?" tanya Dara hati-hati, wajah Maxwell yang bermandikan cahaya dari lampu kekuningan tampak dingin, apalagi mengetahui orang yang mengantar gadis itu pulang sampai depan pagar."Tentu saja aku sangat mengkhawatirkanmu, aku sengaja pulang lebih cepat agar kita bisa makan malam bersama. Tapi kata orang rumah, kau belum juga sampai." Maxwell segera membawakan buku-buku yang menumpuk di tangan Dara."Sekali lagi maafkan aku, Ell. Aku lupa waktu kalau sedang membaca buku. Kau pernah berkata, bukan? Kalau sudah waktunya untukku merubah diri menjadi lebih baik." "Mari masuk," ajak Maxwell saat seorang pelayan membukakan pintu setinggi dua meter setengah untuk mereka. "Dan kau memilih menambah pengetahuan lewat buku-buku ini? Jika demikian, t

  • Gadis yang Tertawan   Gadis yang Tertawan bab 74

    "Kenapa betah ada di dalam telaga duka kalau kau bisa bahagia, Dara? Kau harus membuka lembaran baru. Aku bisa menjadi penghapus untuk menghilangkan guratan luka di hatimu. Aku bisa menjadi pena untuk menulis kisah bahagiamu. Tapi percuma, kau selalu terlalu lama menutup bukumu hingga berdebu."Kata-kata yang diucapkan Bara bagai embun yang menyejukkan hati Dara yang selama ini kering."Kau harus mulai melangkah. Bebaskan dirimu, kau harusnya bersyukur dengan kehidupan baru yang kau miliki. Di luar sana, banyak orang yang tak seberuntung dirimu."Sekali lagi, apa yang dikatakan Bara adalah kebenaran. Untuk apa terus bersedih dan terpuruk, mengurung diri dalam penjara luka yang tercipta oleh kenangan buruk. Selama tujuh bulan setelah kepergian Xander, Bara acapkali memberikan perhatian lebih untuk gadis cantik itu.Membantu membuka hati dan menata hidupnya kembali.Bara dan Xander bagai panorama yang memiliki keindahannya sendiri. Jika Xander seperti lautan—yang lewat tatapan matanya m

  • Gadis yang Tertawan   Gadis yang Tertawan bab 73

    Dara membuang pandangan ke luar jendela mobil yang dikendarai Maxwell. Menatap orang-orang yang berlalu-lalang, memperhatikan deretan toko-toko dan tiang jalanan, mengamati kebun-kebun yang mereka lewati. Hatinya berkecamuk setelah melepas kepergian Xander satu jam yang lalu. Dara tidak melepaskan matanya pada sosok pria berperawakan tinggi besar itu saat melewati papan titian. Ia memandang dari kejuahan, melihat Xander yang berdiri di tepi geladak sambil melambaikan tangan. Mata mereka saling bertemu, sama-sama bertatapan dengan lekat meski terhalang jarak. Saat terdengar peluit panjang, asap tebal berwarna hitam mengepul dari cerobong asap kapal SS Statendam III, dan kapal itu pun mulai berlayar. Membawa sosok Xander menjauh dari pandangan mata. Ada sesuatu yang hilang di hati Dara, tapi ia enggan untuk mengakuinya. Percuma, karena gadis itu pesimis mereka akan berjumpa lagi. Maxwell memperhatikan dari kaca spion mobil, ia dan perawat Rosie hanya saling pandang. Membiarkan Dara m

  • Gadis yang Tertawan   Gadis yang Tertawan bab 72

    Hari-hari berlalu dengan cepat. Secepat angin menggugurkan dedaunan kering, atau secepat anak panah yang melesat setelah dilepas dari busurnya. Kehidupan orang-orang di pabrik gula bisa dibilang berjalan normal, termasuk kehidupan Dara dan Xander setelah runtutan perjalan mereka yang penuh dengan cerita luka.Hari ini, Dara berdiri di pantai berpasir putih. Langit tampak lebih biru daripada yang pernah diingat gadis itu satu tahun yang lalu, saat ia baru tiba di Paramaribo. Bentangan air hijau pucat dan biru tidak terbatas, kesunyian di sini membuatnya aman dan puas. "Dia akan berangkat satu jam lagi," ucap perawata Rosie yang datang dengan membawa dua buah kepala muda di kedua tangannya. Dara menoleh pada Rosie, wanita itu berpakaian bebas—kemeja putih dengan rok lebar biru sepanjang lutut, melepas seragam putih-putih yang ia kenakan setiap hari saat bertugas. Dara menerima satu buah kelapa muda yang airnya terasa manis."Mereka sedang mengurus berkas-berkas keberangkatannya," tamb

DMCA.com Protection Status