Home / Romansa / Gadis Tompel Kesayangan Tuan Muda / Bab 1. Tekad Merubah Diri

Share

Gadis Tompel Kesayangan Tuan Muda
Gadis Tompel Kesayangan Tuan Muda
Author: Diyahlubis

Bab 1. Tekad Merubah Diri

Author: Diyahlubis
last update Last Updated: 2024-03-14 23:29:30

Di depan cermin berukuran raksasa, duduk seorang gadis yang terpaku menatap perubahan besar dalam dirinya. Dia tidak pernah mengira akan secantik itu hanya dengan mengubah warna rambut hitam alaminya menjadi toffee.

"Ah, kau cantik banget, Djuwira!” puji penata rambut yang ditemuinya hari ini.

"Ibu bisa aja!” Djuwira pun tersipu malu. Dengan perasaan berdebar-debar, gadis itu menundukkan kepala.

"Serius! Kau itu cantik banget, Djuwira. Cuman suka minder, kadang ibu itu bingung melihatmu suka pakai masker,” sahut si ibu.

"Hehe," sahut Djuwira malu.

"Harusnya kau itu menerima kekurangan dan kelebihan diri sendiri," lanjutnya lagi.

Djuwira tersenyum lebar. "Iya, Bu. Terima kasih atas pujiannya. Walau sejujurnya yang lebih cantik itu ibu," balasnya memuji balik si penata rambut.

"Haha, kau bisa aja!" Si ibu malah malu dibuatnya.

Djuwira lantas membuka tas jinjing di pangkuannya untuk mengambil sejumlah uang demi membayar jasanya hari ini, lalu memasang masker wajah berwarna putih sebelum pergi.

"Lah ... Lah ... udah cantik—kenapa malah di tutup lagi mukanya, Dju?” tanya ibu tersebut terlihat kecewa.

Djuwira nyengir malu di balik maskernya. "Enggak apa-apa, Bu. Tompel saya mengganggu mata orang,” tandas gadis itu dengan nada rendah.

Si ibu menggeleng kepalanya saat mendengar ucapannya. "Tompelmu itu gak salah, Djuwira," ujarnya membenarkan.

"Itu menurut ibu, tapi orang-orang bersikap sebaliknya." Djuwira nyaman dengan masker yang sudah dia gunakan bertahun-tahun agar mengurangi beban pikiran atas cibiran manusia yang tidak mampu menerima kekurangan orang lain.

Gadis berusia 20 tahunan itu sebenarnya cantik. Mengalir aura Belanda di darahnya meski rambut hitam alami mencerminkan percampuran etnis antara keduanya. Memiliki tubuh yang terawat tak membuat Djuwira berani angkat wajah dan bersikap biasa.

Kulit putih merahnya mulus dan lembab, rambut panjang bergelombang memberikan kesan seksi saat tergerai sampai ke pinggang. Tubuh tinggi semampai dengan bentuk wajah oval serta hidung yang mancung—harusnya cukup menjadikan Djuwira sempurna.

Namun, hanya karena masalah tanda lahir di pipi sebesar biji Ketapang itu langsung membuat Djuwira apes. Semua kesempurnaan di tubuhnya lenyap tak bersisa. Dia sering kali dihardik karena memiliki tompel di mukanya.

Dalam perjalanan pulang, rasa bahagia Djuwira luntur akibat bertemu preman sekitar yang sering mangkal di ujung jalan. Dia menerima sapaan tidak mengenakkan.

"Eh, si tompel ngecat rambut. Haha! Gak usah sok cantik, deh! Dari pada nge-warnain rambut—lebih bagus warnai tuh tompelmu biar sama dengan warna kulit!" hina pria berbaju putih lusuh itu, mengajak teman-temannya merundung Djuwira.

Dia hanya bisa bersabar dalam hati setelah mendengar cacian yang tak seharusnya dia dengar hari ini. Djuwira pun geram dan merasa bosan untuk terus diam. Ia memberanikan diri membalas ucapan tersebut untuk pertama kali dalam hidupnya.

"Duh, Kak! Kenapa sih, heboh banget ngurusin hidup orang lain? Gak ada kerjaan, ya?”

"Eh, sorry ye! Kita duduk-duduk di sini itu juga namanya kerjaan,” sambar pria itu pula dengan muka menjengkelkan.

Djuwira tersenyum miring di balik maskernya, endusan kesal terhembus di balik maskernya. "Pengangguran dibilang banyak kerjaan. Aneh! kerjanya ngurusin hidup orang, ya?” tukasnya membalas ocehan pria yang jelas-jelas lebih tua darinya, tapi tidak punya sopan santun.

Pria itu langsung beranjak dari tempat duduknya, lalu menghampiri Djuwira sampai mundur selangkah karena wajahnya terlalu condong ke depan.

"Kalau ngomong hati-hati Lu!” pekiknya menunjuk-nunjuk wajah Djuwira menggunakan jari telunjuk yang kuku-kukunya menghitam.

"Kenapa marah? Kakak bisa bilangin aku punya tompel lah, gak laku lah. Giliran aku bilangin kakak pengangguran—kenapa kakak marah?” tantang Djuwira balik karena merasa benar. Baru ini dia senekat itu demi membela diri.

Pria hampir saja mengayunkan telapak tangan kanannya ke pipi wanita yang sudah punya keberanian melawannya itu. Dia ingin sekali menampar wajah Djuwira, tapi harus ditahan.

"Ah!” jeritnya, lalu menurunkan tangan yang hampir menampar muka perempuan di depannya. "Gara-gara CCTV sialan ini, kalau enggak—udah abis Lu!" lanjutnya sambil melirik ke atas. Ada sebuah kamera pengawas milik salah satu toko yang menahan niatnya.

Djuwira menatap preman itu dengan sinis. Tidak bergeming dan takut sama sekali. Andai dia laki-laki sudah pasti berani menantang makhluk meresahkan di wilayah sini.

"Gua tandain Lu, ye! Lain kali, pasti bakal gua kasih pelajaran!" ancamnya pada Djuwira, lalu pergi mengajak teman-temannya.

Djuwira lega, meski dia masih menginginkan momen interaksi yang jauh lebih lama dari sekarang. Ingin menendang preman tersebut dengan kata-kata yang sudah lama terpendam.

"Cih, gitu aja kalah! Gak seru. Beraninya sama perempuan," bisiknya geram setelah pria itu pergi.

Entah mendapatkan keberanian dari mana dia hari ini. Djuwira seolah memantapkan hati untuk mengubah hidup yang awalnya mudah ditindas dan culun menjadi lebih berani juga kekinian.

Muak adalah kata yang tepat saat menerima cercaan mereka. Hanya karena sebuah tanda lahir di pipi kirinya, Djuwira sering kali diperlakukan tidak adil. Tak hanya di sekitar rumah, ditempat kerja lamanya juga mendapatkan perlakuan buruk. Beruntung sekarang dia menemukan pekerjaan yang lebih menerima kinerja diri ketimbang kesempurnaan fisik semata.

"Lihat aja nanti, kalau aku punya uang banyak—pasti akan aku hilangkan tompel ini!" janjinya dalam hati saat langkah kakinya telah sampai di rumah, lalu membuka pintu.

"Assalamualaikum!" ucapnya dengan nada kesal.

"Wa'alaikumsalam," jawab sang ayah yang berada dekat dengan jendela. Pria yang duduk di kursi roda itu berbalik arah setelah mendengar suara putrinya.

Djuwira berjalan mendekatinya dengan ekspresi manyun. Menggerakkan hati Rinaldi untuk bertanya, "Ada apa, Nak?”

Ketegangan muka Djuwira berubah perlahan saat mendengar pertanyaan darinya. Dia sontak tersenyum pada ayahnya, lalu menggeleng lambat.

"Enggak apa-apa, Ayah,” sahut putrinya.

Rinaldi tak percaya begitu saja dan kembali menginterogasi. "Kau kenapa, Djuwira?”

Akhirnya Djuwira membuka diri. Sebenarnya dia ingin memendamnya saja, tapi kemarahan itu tak juga mampu dia simpan. "Aku kesal dengan preman simpang gang kita,” jawab Djuwira, sambil mengembuskan napas kuat dari hidung.

"Kau diejek mereka lagi?” duga Rinaldi setelah melihat ekspresi putrinya.

"Iya, Ayah. Pengen rasanya aku cekik dia!” Djuwira meremas tangannya sendiri seperti sedang menghancurkan batang tenggorokan preman itu.

Rinaldi tertawa mendengarnya. "Harusnya kau bersyukur. Mereka mengejek itu karena mereka punya kekurangan sementara kau diberi kelebihan,” ujar sang ayah.

"Huh?” Djuwira tidak paham.

"Pahala mereka yang berkurang. Sementara pahalamu bertambah.” Rinaldi menjelaskan pertanyaan di balik tanggapan singkat putrinya.

Djuwira langsung tersenyum. "Oh, Alhamdulillah kalau begitu, Yah. Berarti sekarang aku lagi panen pahala. Haha!"

Rinaldi mengangguk benar. Dia mengelus punggung Djuwira dan menyuruhnya makan. "Abaikan aja mereka. Oya, ayah dapat sop dari tetangga sebelah, makan lah dulu," kata Rinaldi mengalihkan perhatian.

Djuwira senyum pada ayahnya dengan senyuman serta tatapan aneh. "Bu Sumi ngasih makanan lagi ke Ayah? jangan-jangan dia suka sama Ayah,” ledeknya.

"Haha ... Ada-ada aja. Mana mungkin itu terjadi. Ayah ini lumpuh. Mana ada yang suka sama ayah. Paling dia ngasih makanan karena ingin berbagi,” Rinaldi cekikikan.

"Hem, Ayah merendah. Sebenarnya kalau dia menerima apa adanya, ya gak masalah.” Djuwira membalas ucapan Rinaldi sambil berjalan menuju meja makan.

Rinaldi menghela napas. "Ayah dan adikmu ini aja udah jadi beban untukmu. Apalagi kalau Ayah nikah lagi—udah pasti bakalan buat kau menderita, Djuwira. Mau ayah kasih nafkah pakai apa dia, Nak?”

Djuwira tersenyum. "Rezeki gak ada yang tahu, Ayah! Bu Sumi itu 'kan orang kaya. Kali aja dia nanti yang biayain hidup kita,” jawabnya.

Rinaldi geleng kepala. "Pantang menyusahkan orang, Nak! Ingat itu!” tegurnya bernada marah.

"Iya, Ayah. Maafkan aku ya karena udah bicara sembarangan.” Djuwira mengangguk setuju pada nasihat sang ayah yang meminta dia untuk tidak membuat orang susah hanya karena menanggung nasib mereka.

Biarlah semua masalah rumah ditanggung oleh Djuwira seorang diri semenjak ayahnya lumpuh. Djuwira yang dulunya manja dan selalu diberi apapun, sekarang harus bekerja banting tulang demi mendapatkan biaya hidup.

Keesokan harinya.

Seorang anak berusia sepuluh tahun menghampiri Djuwira yang sedang asyik memasak sarapan. Anak itu adalah adiknya, Ben. Sambil mengucek mata, Ben bicara pada kakaknya.

"Kak ... Aku haus," katanya.

Djuwira memberikannya segelas air hangat. "Tumben kau cepat bangun, Ben," sindirnya pada sang adik, lalu memberikan segelas air putih.

"Tadi aku mimpi buruk, Kak," ujarnya lagi.

"Mimpi apa sih, Ben? Matamu sampai bengkak begitu. Kau nangis, Ben?" Djuwira memperhatikan raut wajah adiknya.

Ben mengangguk lambat. "Aku mimpi ayah meninggal, Kak," jawabnya.

Related chapters

  • Gadis Tompel Kesayangan Tuan Muda   Bab 2. Tabrakan di Hotel

    Djuwira mendesau geram. Mimpi aneh itu datangnya dari setan. Dia yakin itu dan tak seharusnya ditakutkan."Sudah berapa kali kakak bilang—kalau mau tidur itu—kau harus cuci kaki dan tangan. Mukamu juga dibasuh," tegasnya sang adik, tidak mau terlalu serius menanggapi mimpi adiknya.Ben melirik sinis pada kakaknya yang mematahkan kesedihan akibat mimpi. "Aku bukan anak kecil lagi, Kak. Sudah pasti aku lakukan itu," sambarnya menepis sahutan Djuwira.Ben langsung pergi ke kamar mandi setelah mendengar nasihat kakaknya yang dianggap tidak bersahabat. Dia ingin kakaknya ikut bersedih, tapi malah teguran yang didapat."Anak sekarang aneh—dinasehati malah balik marah," tandas Djuwira, lalu kembali masak. Alisnya naik sebelah bersamaan dengan sudut bibir kirinya.Sejujurnya tak hanya Ben, dia juga bermimpi aneh malam ini. Seorang pria misterius kerap kali datang ke dalam mimpinya dan memintanya untuk ikut. Djuwira penasaran dengan muka pria yang tidak pernah bisa diingatnya itu. Hanya suara

    Last Updated : 2024-03-14
  • Gadis Tompel Kesayangan Tuan Muda   Bab 3. Kehilangan Harga Diri

    Tanpa mendapatkan jawaban, Djuwira diminta menunggu hingga wanita paruh baya tersebut kembali masuk ke kamar dan meninggalkannya sendiri. Dia harus menanti dengan perasaan kesal. Secarik kertas pembayaran masih berada di tangannya.Tidak lama kemudian Riena pun keluar lagi dengan gerakan terburu-buru. "Maaf membuatmu menunggu," kata Riena, lalu menutup pintu kamar.Mereka berdiri berhadapan di depan pintu."Terima kasih sudah mengantar pesanannya. Kau temui pemilik acara di dalam dan bersikap baik lah karena dia sedang banyak masalah," lanjut wanita itu lagi dengan jempol kanan yang mengarah ke kamar di belakangnya.Riena bergegas meninggalkan Djuwira yang kebingungan. Intinya malam ini dia benar-benar dihantui oleh kebingungan yang membuatnya seperti orang bodoh. Ia tidak mungkin masuk begitu saja ke dalam kamar itu tanpa mendapatkan nama."Bu!" panggilnya sebelum wanita itu jauh.Riena berhenti melangkah, lalu menghela napas. "Ada apa lagi?" sahutnya berbalik tanya.Djuwira mengejar

    Last Updated : 2024-03-14
  • Gadis Tompel Kesayangan Tuan Muda   Bab 4. Perempuan Dalam Pelukan

    Dia pun menunduk, menatap karpet di bawahnya sambil berpikir. "Bukan cuma rusak, tapi mati total. Berarti biayanya lebih banyak atau jangan-jangan aku harus menggantinya dengan yang baru?" tanyanya dalam hati sambil menduga-duga, kedua matanya terbelalak menghitung jumlah uang yang harus dikeluarkan untuk membeli ponsel baru yang sama seperti itu.Ingin rasanya Djuwira melarikan diri saja saat ini. Pikiran tanggung jawab atas kesalahannya harus dikubur dalam-dalam. Dia menyesal sudah bersedia bertanggung jawab.Sambil tersenyum sedih, Djuwira menggeleng dengan dada sesak, lalu mundur dari posisinya saat ini. Dia benar-benar ingin kabur saja. Mengabaikan pandangan dingin dan menakutkan dari pria di depannya yang sudah membaca gerakan melarikan dirinya."Aku harus pergi," bisiknya dalam batin mengingat uang dalam dompet dan rekeningnya sangat terbatas.Namun, baru dua langkah bergerak menjauhi pria tersebut—suara bel berbunyi pun terdengar. Membuat keduanya sama-sama menoleh. Sontak saj

    Last Updated : 2024-03-15
  • Gadis Tompel Kesayangan Tuan Muda   Bab 5. Pupus Harapan

    Terhenyak seketika Djuwira mendengar pertanyaan dari Key."Mem-bantu, Tuan?" tanya balik Djuwira, sambil mengerutkan keningnya."Ya, bantu aku menyelesaikan masalah ini," jawab Key dengan ekspresi dinginnya. Bisa-bisanya dia melihat wanita cantik di depannya dengan perasaan canggung."M-masalah apa maksudnya, Tuan?" Djuwira pun terbata-bata menjawabnya."Jadi lah tunanganku malam ini," jawabnya dengan arah pandangan sedikit melenceng ke kanan. Bukan jawaban itu yang seharusnya keluar. Key malah menimpali dengan permintaan bukan penjelasan akan masalahnya. Djuwira dipaksa memahami hal yang tidak dia pahami."Tuan," sahutnya meminta Key melepaskan tubuhnya. Permintaan jadi tunangan bukanlah permintaan yang sepele. Masa depan bisa berubah kalau dia menerimanya.Key mengabulkan permintaan lepas dari Djuwira kemudian menantikan jawaban atas pertanyaan tadi. Pikiran kusut yang melanda membuat Key memilih cara ini."Maaf, Tuan. Aku tidak bisa mengikuti kemauan Tuan. Aku tidak mau menerima t

    Last Updated : 2024-03-15
  • Gadis Tompel Kesayangan Tuan Muda   Bab 6. Menolak Bertemu

    Bulir air mata jatuh dengan sendirinya akibat mendapatkan kabar buruk di tengah cuaca yang sama buruknya dengan nasib pagi ini. Petir menggelegar tak lagi mengejutkan Djuwira karena kabar pemecatannya mengalahkan ketakutan halilintar.Jemarinya menyeka sudut mata, berusaha menghentikan air mata yang terus jatuh. Namun, semakin ingin berhenti semakin deras pula ia jatuh. Sayangnya, tangisan dalam diam itu terasa sangat menyakitkan. Sakit sekali seperti disayat-sayat.Djuwira tidak mau ayah dan adiknya tahu kalau dia sudah tidak bekerja. Mereka bisa sedih dan ikut frustasi. Biar ia saja yang menanggung sedih serta berusaha mencari jalan keluar atas permasalahannya ini.Sekitar satu jam berlalu. Djuwira keluar kamar setelah memastikan bahwa muka serta matanya bebas dari jejak tangisan. Senyuman ditarik paksa, mengubah ekspresi sedihnya menjadi gembira. Ia membawa tas selempang berbahan denim dari kamarnya, lalu berpamitan."Ayah, aku keluar dulu," katanya.Rinaldi yang sedang sarapan lan

    Last Updated : 2024-03-28
  • Gadis Tompel Kesayangan Tuan Muda   Bab 7. Ruangan Panas

    "Fitnah?" Ekspresi Key terlihat tidak senang. Lirikan tajamnya menusuk hingga membuat Djuwira mengerutkan kening.Sekretaris Key pun ikut kelimpungan dengan situasi yang sama sekali tidak dia pahami. Secara bergantian wanita itu melihat bos dan juga tamunya itu."Ya, Tuan memfitnahku dan sudah melayangkan pernyataan bohong pada pemilik toko roti Diamond dan itu semua tidak benar!" jelasnya lagi dengan nada meninggi.Suara Djuwira bisa terdengar hingga ke sisi ruangan para karyawan. Gea langsung mengawasi mereka, memastikan kalau mata-mata penasaran dari ruang karyawan yang mendengar obrolan panas itu tidak membuang waktu kerja mereka hanya demi mencari informasi.Saat dia hendak memberi solusi untuk bicara empat mata dalam ruangan, bosnya justru sudah beranjak pergi sambil mencengkram balik tangan Djuwira dan membawa paksa ke ruangan pribadinya.Djuwira dilepas paksa dari cengkraman Key hingga membuat gadis itu hampir tersungkur. Beruntung Ia menemukan credenza kemudian menahan diri ag

    Last Updated : 2024-03-30
  • Gadis Tompel Kesayangan Tuan Muda   Bab 8. Mual Muntah Karena Tompel

    Percakapan serius antara Key dan seseorang yang dimaksud adalah Riena, pelayan kepercayaan keluarga. Dia yang telah memberi laporan palsu pada pemilik toko roti karena marah pada Djuwira yang dianggap tidak mau membantu Key untuk berpura-pura menjadi tunangannya malam itu.Key tampak mendidih hati ketika mengetahui bahwa seorang wanita berstatus 'pelayan' sudah berani melakukan hal di luar persetujuannya. Ia menutup panggilan tersebut dengan satu ancaman."Semoga Bibi ingat pada kejadian masa lalu tentang sekretaris pribadiku yang sudah lancang menyetujui perjanjian bisnis atas namaku. Kupastikan Bibi juga akan menerima hukuman yang sama," tekannya pada wanita yang sudah gemetar mendengar setiap balasan dari Key."Key, saya minta maaf! Saya melakukan itu karena tahu betapa pentingnya pertunanganmu dengan Nona Sayuri demi memperluas bisnis keluarga Matsumoto," sahutnya mengharap ampunan."Bibi tahu hal yang aku benci, bukan? Memaafkan sesuatu yang tidak bisa kumaafkan." Key memutus pan

    Last Updated : 2024-03-31
  • Gadis Tompel Kesayangan Tuan Muda   Bab 9. Cerita Masa Lalu

    Key tidak sanggup tetap berada di ruangan bersama Djuwira yang telah membangkitkan trauma masa kecilnya. "Tolong awasi dan tunggu dokter datang, saya mau keluar dulu," katanya.Gea tercekat mendengar perintah bosnya yang di luar nalar. Key meninggalkan dua beban pada sekretarisnya. Pertama, muntah yang berceceran di lantai dan kedua, wanita asing yang pingsan di sofa.Key melangkah tergesa-gesa tanpa menoleh sedikit pun pada Djuwira. Dia ingin mencari udara segar untuk menghilangkan mual yang masih dirasanya hingga sekarang.Sisi atap perusahaan adalah tempat terbaik bagi Key menjernihkan pikiran yang membawanya mengingat momen tak terlupakan. Momen ketika lahirnya seorang adik perempuan bernama Sasha.Flashback."Papa, adiknya laki-laki atau perempuan?" tanya Key kecil pada Matsumoto, ayahnya."Adik kamu perempuan, Key. Dia sangat cantik seperti mamamu," jawab Matsumoto penuh perasaan bahagia.Mereka belum diperbolehkan masuk setelah proses lahiran karena si ibu dan bayinya sedang dib

    Last Updated : 2024-04-02

Latest chapter

  • Gadis Tompel Kesayangan Tuan Muda   Bab 56. Rencana Di Hari Pertunangan

    Beberapa hari kemudian. Ketika Key selesai menjalani rapat penting dengan klien, tiba-tiba Sayuri muncul tanpa janjian. Sayuri bingung saat melihat sosok perempuan yang harusnya menjadi posisi terbawah di perusahaan calon tunangannya malah sekarang terlihat berduaan dengan Key. "Key!" panggil Sayuri. Pria yang hendak naik ke mobilnya itu pun langsung menahan salah satu kakinya demi melihat orang yang sudah memanggilnya. Djuwira ikut menoleh karena berdiri di dekat Key dengan posisi dekat pintu, baru saja membukakan pintu. Key berdeham karena melihat Sayuri semakin menjadi hantu yang mengikuti ke mana pun. Djuwira mundur selangkah dan menyaksikan Sayuri memeluk kekasihnya. "Sayang!" sapanya ramah, bersikap seolah seperti perempuan bangsawan. Melirik Djuwira sesaat dengan alis mengerut. "Kenapa kau bisa di sini?" tanya Key heran, perlahan melepas pelukan itu. "Ah, tadi aku bertemu teman lama. Kalau tahu kau mau ke sini, pasti kita bisa pergi bareng, Key ...." Sayuri mul

  • Gadis Tompel Kesayangan Tuan Muda   Bab 55. Tetap Romantis di Tengah-tengah Monster Gurun Merayu Key

    Waktu berlalu. Key berakting baik sebagai calon tunangan Sayuri. Perempuan itu semakin sering ke kantor dan merasa bahwa perusahaan tersebut sudah menjadi miliknya. Dia bahkan tidak segan menegur karyawan yang dirasanya tidak sesuai dan bermalas-malasan.Djuwira juga tersambar dengan sindiran juga makian. Sayuri tidak secantik wajah dan namanya. Djuwira hanya bisa bersabar karena mengingat tujuan Key pada Sayuri."Cleaning service kok suka banget keluar masuk ruangan bos! kau genit ke pemilik perusahaan ini, ya?" tuduhnya.Djuwira terkejut saat mendengar bentakannya. Qesya saja emosi melihat Sayuri marah-marah ketika Key sedang menjalani bisnis di luar kantor. Qesya ingin meremas rambut Sayuri, lalu membenturkannya ke meja. "Maaf, Bu. Saya hanya ingin memastikan kalau ruangan Pak Keane tetap bersih." Djuwira menjaga sikapnya walau darahnya mendidih."Awas kalau sampai Kau berniat macam-macam dengan calon tunangan saya. Saya pastikan Kau akan menyesal.""Baik, Bu."Sayuri pergi dengan

  • Gadis Tompel Kesayangan Tuan Muda   Bab 54. Tindakan Menasehati Hati

    Djuwira melihat kerusuhan itu dan segera menerobos kerumunan. "Halo, maaf! permisi!" Tak hanya Djuwira, anak buah keluarga Matsumoto yang lain ikut menertibkan. Key dan Djuwira bergegas menuju mobil dan Key pun segera naik. Djuwira menyusul dan langsung tancap gas. Embusan napas Key di balik wajah tegangnya bisa dilihat oleh Djuwira dari spion. Dia tidak berani menanyakan apa pun saat kondisi seperti ini. "Terima kasih sudah membantuku," katanya. "Oh, iya, Tuan. Sudah tugasku melakukannya. Apa Tuan terluka?" tanya Djuwira. "Tidak, hanya saja aku tidak suka bau mereka. Bau badan salah satu dari mereka tadi menusuk hidungku," sahutnya. Djuwira menahan tawa karena memang dia juga merasakan tadi. "Mereka bekerja keras demi mendapatkan informasi. Panas-panasan menunggu Tuan." "Hum, jadi kau tahu mereka di sana sejak tadi?" Key menginterogasi. "Tidak, Tuan. Kalau aku tahu, sudah aku tutupin Tuan dari dalam pakai jaket, masker dan topi," jawab Djuwira. Key langsung tersenyu

  • Gadis Tompel Kesayangan Tuan Muda   Bab 53. Hadiah Pagi yang Manis

    Keesokan harinya di rumah Key. Djuwira sudah bersiap menjemput bos sekaligus pria kesayangan yang semakin brutal menunjukkan rasa cintanya saat tidak ada yang melihat. Key menyambut kehadiran Djuwira dengan romantis. "Pagi, Sayang!" ucapnya mengejutkan Djuwira dan dihadiahi sebuah kecupan lembut tanpa diminta. Djuwira tersipu malu, memegang pipinya yang masih merasakan hangat sentuhan Key. "Tuan ... kenapa udah main serang aja pagi-pagi begini?" Key menatapnya dengan pipi menanjak akibat senyuman manisnya. Dia mengusap rambut Djuwira dan melihat kondisi wanita kesayangannya. "Apa kau mau lebih dari itu?" "Eh, tidak-tidak ... cukup, Tuan!" Djuwira menggeleng cepat. "Makanya jangan pernah tolak sesuatu yang kuberikan." Key mengeluarkan sesuatu dari kantongnya kemudian meminta Djuwira memejamkan mata. "A-Ada apa, Tuan? kenapa Tuan menyuruhku tutup mata?" tanyanya. Key mengusap muka Djuwira agar menuruti kemauannya kemudian meraih tangan gadis itu dan memasangkan sesuatu d

  • Gadis Tompel Kesayangan Tuan Muda   Bab 52. Penjelasan Key

    Key menggigit bibirnya saat mengejar Djuwira yang semakin menjauh. Hatinya berdebar keras, tercampur antara kekhawatiran akan keadaan Djuwira dan kemarahannya terhadap Uwais. Dia tahu bahwa ini bukan hanya tentang Djuwira, tapi juga tentang keputusannya sendiri.Saat akhirnya ia berhasil menyalip Djuwira dan menghentikan mobilnya di pinggir jalan, Key turun dengan cepat dan berlari menghampiri Djuwira yang berjalan dengan langkah cepat."Djuwira!" panggilnya, napasnya terengah-engah.Djuwira berhenti sejenak, tapi tidak menoleh. "Tuan, tolong jangan repot-repot. Aku baik-baik saja."Key mendekatinya dengan hati-hati. "Tolong dengarkan aku, Djuwira. Aku tahu ini semua terlalu cepat, tapi aku tidak bisa lagi menyembunyikan perasaanku. Aku mencintaimu, Djuwira. Harusnya aku tidak menyembunyikan masalah hatiku pada semua orang, tapi aku—"Djuwira akhirnya menoleh, matanya penuh keraguan dan ketidakpercayaan. "Tuan, bisakah kita bicara tentang ini nanti? Aku tidak ingin membuat masalah di

  • Gadis Tompel Kesayangan Tuan Muda   Bab 51. Kecemburuan Membuncah

    Dengan hati yang berat, Key memasuki mobilnya dan memulai perjalanan ke bar yang biasa didatangi oleh Key dan Uwais. Pikirannya dipenuhi dengan kegelisahan dan kekecewaan atas keputusan Djuwira. Dia merasa seperti segalanya berantakan di sekitarnya, dan dia tidak tahu bagaimana cara memperbaikinya. Di dalam mobil, Uwais berusaha menciptakan suasana yang lebih ceria. Dia bercerita tentang rencana-rencana mereka untuk malam itu, mencoba mengalihkan perhatian Djuwira dari keheningan yang tegang. Namun, Djuwira hanya menatap keluar jendela dengan ekspresi datar. "Djuwira, ada apa?" tanya Uwais. Ia pun terkejut dan menoleh. "Eh, enggak ada apa-apa, Uwais." "Apa ada masalah?" tanya Uwais lagi masih penasaran. "Gak ada, Kok! aku cuman ngerasa lelah." Uwais menghela napas. "Lelahmu akan hilang nanti saat tiba di sana. Teyamo adalah bar termewah dan juga asyik!" Djuwira tersenyum. "Apa di sana banyak laki-laki kesepian?" Uwais kaget mendengarnya. "Kenapa kau tanya itu?" "Hah

  • Gadis Tompel Kesayangan Tuan Muda   Bab 50. Key Meyakinkan Djuwira

    Di rumah usai pulang kerja. Djuwira melihat Maya datang dan membawanya ke kamar untuk berbincang.Dengan perasaan bahagia, Djuwira menceritakan masalah Key yang mencintainya. Namun, reaksi Maya justru berbeda."Buaya!" pekik Maya spontan."Eh, apa maksudmu, Maya?" Djuwira bingung."Dia hanya ingin pasang dua. Kau disembunyikan sementara si Sayuri diakui dunia. Ah, kau ini terlalu polos, Dju!"Djuwira mengerucutkan bibirnya. "Masa Tuan Key cuma mau mempermainkan aku?""Hei, Djuwira! namanya juga laki-laki. Mana ada yang menolak bangkai.""Maksudmu aku bangkai?"Maya cekikikan. "Dia menerima pertunangan dengan Sayuri, terus nanti kau diundang. Kau melihat mereka bertunangan, lalu kau disuruh berpikir kalau semua itu hanya bohongan?"Djuwira menelaah setiap ucapan Maya. "Katanya dia dendam sama Sayuri," sahutnya masih membela keyakinan hati."Dendam? kau tahu siapa Sayuri? anak konglomerat! mempertahankan hubungan dengan Sayuri jauh lebih menguntungkan daripada mempertahankan kau, Dju."

  • Gadis Tompel Kesayangan Tuan Muda   Bab 49. Disembunyikan Di Bawah Meja

    Di tengah-tengah kemesraan, tiba-tiba suara alarm pintu yang dikunci otomatis oleh Key terdengar. Ada yang berusaha membukanya dari luar. Qesya adalah pelakunya yang kaget saat mengetahui pintu dikunci. Dia berniat mengecek kegiatan bosnya bersama si cleaning service.. "Lho, kenapa dikunci? apa Djuwira sedang disidang habis-habisan sampai begitu privasi?" tanyanya sendiri, lalu berdecak heran. Dari ujung koridor, Qesya melihat Sayuri datang dengan jalan gemulainya yang khas. Qesya bisa membaca arah langkahnya ke ruangan Key. "Selamat siang," sapa Sayuri setengah ramah. "Siang, Bu!" sahut Qesya tersenyum palsu. Jujur dia malas sekali melihat saingannya datang. Mana ia merasa curiga pada Djuwira yang sudah terlalu lama di dalam, sekarang malah bertambah lagi beban pikirannya. "Keane, Mana?" tanya perempuan bergaun simpel warna medah muda itu. "Pak Keane di ruangan, tapi sepertinya sedang ada tamu," jawabnya. "Tamu?" Sayuri berdecak tawa kecil. "Buka pintunya," perintahnya

  • Gadis Tompel Kesayangan Tuan Muda   Bab 48. Panggilan Romantis

    Ketika Key keluar dari ruang peralatan, matanya mengawasi sekitar. Dia berharap tidak ada yang melihat. Ketika dia merasa aman, secepat mungkin langkahnya mengarah ke ruangan sendiri. Tiba-tiba Qesya muncul dari balik lemari. "Pak," panggilnya. Key sedikit gugup, tapi berusaha dia kontrol. "Ada apa, Bu Qesya?" "Ah, saya mencari Bapak dari tadi. Ini ada proposal yang baru masuk, boleh bapak cek dulu," jawab Qesya. "Ya, saya akan mengeceknya di ruangan," sahut Key, membawa berkas tadi menuju ruangan. Qesya bingung melihat tingkah gugup Key, tapi dia berusaha menepis pikiran negatifnya kemudian kembali bekerja. Tidak lama setelah itu, Djuwira pun berniat mengembalikan kunci tadi, tapi Uwais datang membawanya pergi. "Eh, kita mau ke mana, Pak?" tanya Djuwira heran. Banyak mata memandang ke arah mereka. "Makan siang, aku telat istirahat dan akan mengajakmu," jawab Uwais seenak hati. Dia tidak mengikuti aturan jam kerja kantor. Beberapa saat kemudian, di kafe. Djuwira su

DMCA.com Protection Status