"Si-siapa ini?" tanya Tasya bingung bercampur takut.
"Aku Ferdhian Windraya! Aku sedang dalam perjalanan untuk menjemputmu, jadi jangan buat aku menunggu!" balas Ferdhi dengan nada membentak.
"Menjemputku? Untuk ap ...." Belum juga Tasya sempat menyelesaikan pertanyaan, sudah terdengar bunyi 'Tuut tut tut' karena Ferdhi sudah memutuskan sambungannya secara sepihak.
"Ck ... dasar orang kaya sombong! Main matikan seenaknya saja," rutuk Tasya sambil meletakkan kembali ponselnya.
Tasya pergi ke kamar mandi untuk sekedar membasuh wajahnya. Sebenarnya Tasya sudah ingin tidur, karena ia terlalu lelah hari ini.
Tak lama kemudian terdengar ketukan pintu. Tasya pun bergegas menuju pintu tersebut untuk membukanya.
"Tuan, mari silakan masuk!" tutur Tasya mempersilakan, karena orang yang mengetuk pintu tersebut adalah Ferdhi.
"Aku tidak datang untuk bertamu, aku datang untuk menjemputmu, cepatlah masuk ke mobil," perintah Ferdhi.
"Tapi kita mau ke mana, Tuan?" tanya Tasya.
"Jangan banyak tanya!" Ferdhi memberikan tatapan tajamnya.
Tasya mengumpat dalam hati, ia mengunci pintu kontrakannya lalu. lalu segera masuk ke dalam mobil.Ferdhi melajukan mobilnya, dengan tujuan yang sama sekali Tasya tidak tahu. Dua insan itu diam seribu bahasa, karena tidak ada satu pun yang mau memulai percakapan.
Tasya terus memandang ke arah jendela, sambil bertanya-tanya sendiri dalam hati, ke mana pria arogan ini akan membawanya malam-malam begini?
Mobil Ferdhi berbelok memasuki sebuah gerbang besar dengan ukiran rumit, gerbang itu otomatis terbuka saat mobil Ferdhi memasukinya.
"Turunlah!" perintah Ferdhi, setelah mobilnya berhenti.
Tasya hanya diam mengangguk, ia turun dari mobil. Mata Tasya kini terkagum-kagum pada penampakan tempat ia berada saat ini.
Dia sekarang berada di depan sebuah mansion besar dengan pilar-pilar kokoh yang menjulang tinggi.
Pada bagian depan halaman terdapat sebuah taman besar yang dihiasi lampu-lampu kristal berwarna biru dan putih, yang menambah keindahan taman tersebut di malam hari.
"Mengapa diam di situ? Ayo masuk!" sergah Ferdhi membuyarkan lamunan Tasya.
Tasya mengangguk patuh, dia mengikuti langkah Ferdhi dari belakang. Kesan mewah dan elegan terasa begitu kental saat Tasya menginjakkan kaki di dalam mansion Ferdhi.
Mansion ini diisi berbagai macam furnitur kelas wahid, dengan hiasan guci-guci Raksasa di setiap sudutnya.
Hiasan di dindingnya pun tak kalah membuat mata terbelalak. Ada banyak lukisan dari sastrawan ternama bergantungan di sana, belum lagi beberapa lukisan langka yang harganya bisa mencapai miliaran juga turut menggantung di sana.
"Pak Yanto, antar dia ke kamarku!" perintah Ferdhi pada pak Yanto, pria paruh baya ini adalah kepala pelayan di mansionnya.
"Ke kamarmu? Apa maksudmu, Tuan?" tanya Tasya bingung.
"Mulai malam ini kau akan tinggal di sini, karena besok kita akan menikah," sahut Ferdhi.
"Be-besok, Tuan?" Tasya membelalakkan matanya.
"Apa pendengaranmu tidak berfungsi dengan baik, huh?" Ferdi balik bertanya.
"Me-mengapa cepat sekali, Tuan?" tanya Tasya heran.
"Ikuti saja perintahku dan jangan banyak bertanya!" bentak Ferdhi dengan suara berat, yang membuat Tasya langsung membungkam mulutnya.
"Mari, Nona!" ajak pak Yanto mempersilakan.
Tasya mengangguk pelan, dia tidak punya pilihan. Saat ini Tasya sudah benar-benar terjebak dengan pria arogan bernama Ferdhi ini. Dengan langkah pasrah Tasya mengikuti pria berumur setengah baya itu menuju lantai atas.
"Nona, ini kamar tuan Ferdhi, silahkan letakkan jari Nona di sini," ujar pak Yanto sambil mendekatkan alat biometrik pendeteksi sidik jari kepada Tasya.
Semua ruangan privat di mansion ini memang hanya bisa diakses dengan sidik jari, dan kini sidik jari Tasya sudah ter-scan, dan itu berarti Tasya sudah bisa masuk ke setiap ruangan yang ada di mansion ini.
"Silahkan, Nona. Anda sudah bisa masuk sekarang," ujar pak Yanto.
"Terimakasih, Pak," tutur Tasya.
Pak Yanto meninggalkan Tasya untuk kembali melanjutkan pekerjaannya. Tasya menempelkan ibu jari di sensor yang ada di bawah knop. Pintu itu pun terbuka secara otomatis.Tasya masuk ke dalam kamar, dia terperangah melihat kemewahan di dalamnya, kamar ini sangat luas. Bahkan beberapa kali lipat lebih luas, dibanding kontrakan kecil Tasya secara keseluruhan, termasuk dapur dan Ruang tamu.
Tasya geleng-geleng kepala, kamar ini memiliki fasilitas yang mengalahkan kamar presidential suite di hotel bintang lima.
Pada bagian depan kamar ini terdapat tempat bersantai, dengan sofa lembut untuk menonton televisi. Tak jauh dari sofa tersebut terdapat mini bar, dengan berbagai koleksi minuman beralkohol, yang terpajang rapi di dalam rak kaca.
Tasya berekselerasi sendiri di dalam kamar, dia pergi melihat ruang tidur yang berisi ranjang dengan ukuran ekstra king. Memandangi ranjang empuk itu membuat Tasya seolah terpanggil, untuk merebahkan tubuh lelahnya di sana.
Tapi tunggu dulu, Tasya masih ingin melihat bagian yang lain dari kamar mewah ini. Tasya pergi melihat kamar mandi, tidak berbeda dengan bagian depan tadi, hanya kesan mewah yang terpancar dari dalam kamar mandi ini. Ukurannya pun hampir sama besar dengan kamar tidur Tasya di kontrakannya.
Tasya berjalan keluar, dari balkon terdapat pemandangan taman belakang mansion, yang terlihat sangat berbeda taman depan.
Jika taman depan didesain mewah sebagai tempat bersantai, dengan air mancur yang diberi lampu-lampu kristal, ditambah hiasan patung-patung dengan berbagai ukuran. Taman belakang ini lebih memberi kesan sejuk dan alami, karena di dominasi pepohonan dan buah-buahan.
Dari balkon Tasya beranjak beberapa langkah, ada sebuah kolam renang besar dengan air jernih berwarna biru. Di samping kolam renang terdapat sebuah gazebo yang didesain minimalis, lengkap dengan meja dan kursi santainya.
Mata Tasya kini tertuju pada kolam kecil tak jauh dari gazebo, yang tak lain adalah kolam Jacuzzi.
Tasya tergoda untuk berendam di dalam hangatnya air kolam jacuzzi itu, pasti sangat menyenangkan bagi Tasya berelaksasi di dalam kolam kecil itu, apalagi dengan kondisi tubuhnya terasa begitu lelah hari ini.
Pada dasar kolam jacuzzi ini juga terdapat air menyembur, dan menghasilkan gelembung-gelembung kecil, yang akan membuat orang yang berendam di dalamnya, bisa merasakan sensasi seperti sedang dipijat.
Tasya sudah tidak sabar untuk masuk dan berendam di dalam kolam itu, tapi urung karena Tasya tiba-tiba teringat bahwa dia tidak memiliki pakaian ganti.
Tasya kembali masuk ke kamar sambil mendesah berat, karena niatnya untuk berendam di kolam jacuzzi harus tertunda.
Tasya tiba di ruang tidur, lalu menghempaskan tubuh lelahnya di ranjang yang sangat empuk itu.
Tasya rebahan dengan mata menatap langit-langit kamar. Dia berada di istana yang sangat nyaman saat ini. Perlahan mata Tasya terpejam dan mulai membawanya ke alam tidur.
Ferdhi kembali dari ruang kerjanya, matanya langsung berkilat marah karena melihat Tasya enak-enakan tidur di ranjang empuknya.
"Heii ... siapa yang mengizinkanmu tidur di ranjangku," bentak Ferdhi, dia tidak segan menjambak rambut Tasya, dan menarik turun gadis yang baru saja terlelap itu.
Bersambung.
Tasya membuka matanya, dia memekik menahan sakit karena jambakan Ferdhi.Seperti tidak mempunyai hati nurani, Ferdhi menarik Tasya hingga tersungkur di lantai.Tasya merintih kecil menahan sakit di lututnya karena terbentur lantai, dan meningggalkan jejak memar di sana."Sakit?" tanya Ferdhi dingin.Tasya mengganguk pelan, sambil menahan air matanya agar tidak menetes."Itu belum seberapa. Kau akan merasakan sakit yang lebih dari itu, jika berani membantahku! Kau ingat isi perjanjian yang sudah kau tandatangani?"Tasya menggangguk. "Aku tahu, Tuan!""Bagus! Pastikan kau melayani semua kebutuhanku dengan baik, dan jangan ada kesalahan, atau kau akan kubuat lebih menderita!" seru Ferdhi lalu melangkah ke arah balkon.Baru beberapa langkah berjalan, Ferdhi kembali menghentikan langkahnya."Bawakan wine ke kolamku!" perintahnya."Baik, Tuan."Tasya berjalan ke mini bar, dia mengambil wine dari dalam lemari kaca, la
Kini proses pernikahan sudah selesai, Tasya sudah resmi menjadi pengantin. Hanya ada akad yang dihadiri orang-orang kepercayaan Ferdhi, tanpa resepsi sama sekali. Kini tinggallah raut kesedihan yang tampak di wajah Tasya, entah kehidupan macam apa yang akan dia jalani nanti, Tasya sudah pasrah dengan diri dan nasibnya. Tasya diantar oleh pelayan suaminya menuju kamar. Tasya terdiam menatap seisi kamar itu, dia tidak berani menyentuh apa pun, karena takut Ferdhi akan memarahi dan memakinya dengan hinaan yang sangat menyakiti hatinya Tasya berjalan menuju balkon, dia mendudukkan dirinya menatap taman belakang mansion yang terlihat begitu menyejukkan mata. Ingin rasanya dia keluar dan bermain di taman itu, hanya saja Tasya sadar dia tidak memiliki hak apa pun di sini, mansion mewah ini adalah penjara sekaligus neraka baginya. Tasya seperti sedang melihat berlian indah di depan mata, tapi jangankan berharap untuk memiliki, menyentuh pun tidak boleh. "Hey, Bodoh s
Tasya keluar dari kamar mandi sekitar 25-menit kemudian, dia menuju sudut kamar untuk mengambil pakaian ganti. Namun tiba-tiba langkahnya melemah, disertai pandangan yang mulai buram. Tasya sudah tidak kuat untuk menopang dirinya, dia pun terjatuh lalu kehilangan kesadarannya.Ferdhi mengkerutkan dahinya melihat Tasya yang tiba-tiba ambruk, dengan langkah sedikit tergesa-gesa dia melangkah menghampiri Tasya."Hey, bangun! Kau sengaja ingin menggodaku, ya? Dengan berpura-pura seperti ini!" seru Ferdhi sambil menguncang tubuh Tasya.Pikiran Fedhi monolak untuk mengangumi kemolekan tubuh Tasya, namun matanya tidak bisa berbohong, wanita yang ada di hadapannya ini sungguh menggoda iman. Apa lagi saat ini tubuh itu hanya berbalut handuk saja.Ferdhi sekuat hati menjernihkan pikirannya yang mulai melayang, dia berdecak sambil menepuk pipi Tasya, tapi Tasya tidak merespon sama sekali. "Apa dia benar-benar pingsan!""Ck ... menyusahkan saja!" gerutu Ferdhi
Pagi itu Tasya sedang memacu sepeda motornya matic tua-nya dengan sangat kencang. Ia hampir terlambat, pagi ini ada pertemuan dengan Dosen pembimbingnya yang killer."Tuhan ... habis sudah riwayatku kalau sampai terlambat," gumam Tasya lirih.Tasya terus memacu sepeda motornya dengan kencang, lalu di sebuah persimpangan, sebuah mobil berbelok tiba-tiba, dan membuat Tasya kehilangan kendali.Ciiittt ... Brakkk! Hantaman keras sepeda motor Tasya menabrak bagian belakang sebuah mobil sport mewah berwarna hitam.Tasya terjatuh, untung saja ia mengenakan celana panjang, sehingga hanya tangannya saja yang sedikit tergores, Tasya pun segera berdiri untuk menegakkan sepeda motornya.Di saat yang sama seorang pria bertubuh tinggi nan gagah, keluar dari mobil yang ditabrak oleh Tasya."Shit! What are you doing!" umpat pria tersebut, sambil melotot tajam.Pria itu menggeram kesal saat melihat kondisi bagian belakang mobilnya yang penyok akibat t
Tasya berjalan menuju parkiran kampus, ia menghela napas berat melihat kondisi sepeda motornya yang ringsek. Bagian depan motor itu rusak cukup parah, akibat tabrakan tadi pagi. Jadi mau tidak mau Tasya harus mengantar motornya ke bengkel."Kenapa, Sya? Kok lesu gitu?" tanya Dila sahabatnya."Motorku rusak! Tadi pagi abis tabrakan, kayaknya harus dibawa ke bengkel dulu nih motor," sahut Tasya lemas memikirkan uang keluar lagi, sementara setiap harinya dia harus berhemat dalam segala sesuatunya."Ya udah, ayo aku temanin!" Dila melirik jam di tangannya. "Kita harus buru-buru ke resetoran, kamu tahu sendiri risikonya kalau sampe telat, bisa di omelin habis-habisan kita sama bu Windy."Tasya mengangguk, mereka langsung pergi meninggalkan area kampus. Setelah mengantarkan motornya ke bengkel, mereka langsung menuju restoran tempat mereka bekerja part time.Setibanya di restoran Tasya dan Dila langsung di sambut tatapan tajam oleh bu Windy."Kali
Bagas menyambut kedatangan Tasya. Lalu mempersilahkan pengawalnya untuk pergi."Silahkan duduk, Nona Tasya." Bagas menarik kursi untuk Tasya.Tasya duduk di kursi yang disediakan Bagas, dia merasa bingung karena tidak melihat pria pemilik mobil yang ditabraknya kemarin."Anda mau minum apa, Nona?" tanya Bagas."Tidak perlu," jawab Tasya singkat.Bagas tersenyum tipis, sepertinya gadis yang ada di depannya saat ini tidak suka neko-neko."Perkenalkan, saya Bagas! Asisten pribadi Tuan Muda yang Nona tabrak kemarin," ujar Bagas memper-kenalkan diri."Di mana ...." Tasya bingung untuk melanjutkan pertanyaannya, karena dia tidak mengingat nama pemilik mobil yang ia tabrak kemarin."Maksud Nona, tuan Ferdhi?" tanya Bagas seperti dapat membaca raut kebingungan di wajah Tasya.Tasya menganggukkan kepalanya. "Iya, di mana dia?""Tuan berhalangan untuk hadir, karena harus mengurus sesuatu yang sangat penting, jadi saya yang me