Lorong Sand Box University terlihat sepi karena kelas sudah dimulai sejak tiga puluh menit yang lalu. Seluruh mahasiswa sudah masuk ke kelas mereka masing-masing untuk menerima materi dari dosen pembimbing.
Namun, tidak dengan Dara. Gadis itu berjalan dengan santai menuju kelasnya yang berada di lorong paling ujung tepat di lantai tiga. Helaan napas lega sontak keluar dari bibir mungilnya karena dosen yang mengajar di kelasanya sedang izin keluar.
"Ya ampun, Dara! Kamu terlambat lagi? Untung saja Miss Calista sedang ada urusan sebentar dengan Dekan, kalau tidak—" Gadis berambut hitam sebahu itu menahan suaranya sebentar sebelum kembali bicara. "Kamu nanti pasti akan mendapat hukuman."
Gadis bernama lengkap Andara Salsabil itu hanya bisa nyengir setelah mendengar ucapan sahabat baiknya, Shasa. Hari ini dia kembali terlambat datang ke kampus karena sang kekasih mengajaknya bercinta lagi pagi ini. Beruntung dia tidak pernah mendapat hukuman dari pihak kampus karena Tama—lelaki yang berstatus sebagai kekasihnya menjadi donatur terbesar di kampusnya.
"Maaf, aku tadi bangun kesiangan karena semalam lembur," ucap Dara diakhiri dengan kekehan.
Gadis itu memang bekerja paruh waktu di Dalcom Cafe sebagai pelayan sepulang kuliah. Dara sebenarnya tidak perlu bersusah payah bekerja karena Tama bisa memberinya banyak uang untuk dikirim pada sang ibu yang tinggal di desa. Namun, dia terpaksa bekerja untuk menutupi hubungan terlarang yang dia jalani bersama Tama karena lelaki yang menjadi kekasihnya itu sudah memiliki istri dan seorang anak.
Dara bertemu dengan Tama pertama kali saat datang ke kota. Saat itu dia mendapat beasiswa untuk melanjutkan pendidikan di salah satu universitas swasta paling bergengsi di kota metropolitan tersebut. Namun, hidup di kota besar ternyata tidak semudah yang Dara bayangkan, apa lagi saat itu dia masih berusia delapan belas tahun dan belum begitu memahami kehidupan di kota.
Uang pemberian sang ibu untuk bekal habis dalam waktu beberapa hari karena harga barang kebutuhan di kota berkali-kali lipat lebih mahal dari pada di desa.
Dara sempat luntang-lantung di jalan seperti gelandangan. Dia bahkan pernah mengumpulkan barang bekas untuk menyambung hidup. Hingga tanpa sengaja dia bertemu dengan Tama. Lelaki dewasa itu telah berhasil membuatnya jatuh cinta. Dara seolah-olah menemukan sosok ayah dalam diri Tama yang selama ini tidak pernah dia dapatkan. Padahal Tama sudah berkeluarga dan memiliki anak, tapi dia memilih menutup mata akan hal itu.
"Tadi Miss Calista ngasih kita tugas kelompok buat akhir semester. Tugas ini penting banget karena jadi salah satu syarat wajib agar lulus mata kuliah ini," jelas Sasha.
"Tugas apa?" tanya Dara sambil mengeluarkan tabletnya dari dalam tas. Meskipun sibuk, gadis itu tidak pernah lupa mengerjakan tugas kuliahnya karena baginya pendidikan sangat penting. Lagi pula dia ingin membanggakan sang ibu dan memiliki keturunan yang cerdas.
"Miss Calista menyuruh kita melakukan penelitian tentang kehidupan masyarakat yang tinggal di pesisir pantai."
Dara mengangguk paham mendengar penjelasan singkat dari Shasa. "Em, okay. Kalau begitu siapa saja kelompok kita?"
"Em, aku, kamu, Brian, dan Keynan."
Dara mengerutkan dahi karena nama cowok itu terdengar asing di telinganya."Siapa, Keynan?"
Shasa menepuk jidat. "Aku lupa ngasih tahu kamu, Keynan mahasiswa pertukaran pelajar dari kampus sebelah."
"Oh, gitu ...." Dara mengangguk, lantas memperhatikan cowok yang sedang menelungkupkan kepalanya di atas meja paling belakang di kelas. Semoga saja Keynan bisa diajak kerja sama.
Setelah itu Dara dan Shasa terlibat obrolan singkat tentang mahasiswa baru yang menjadi anggota kelompok mereka. Dari gosip yang beredar, Keynan tidak pernah memiliki teman karena sangat dingin dan irit bicara. Selain itu Keynan tidak suka bersosialisasi dengan orang lain.
"Padahal Keynan ganteng banget. Kalau sifatnya nggak dingin pasti udah aku jadiin gebetan," sungut Shasa terdengar penuh semangat.
"Heh?!" Dara refleks menepuk lengan Shasa. "Jangan keras-keras kalau ngomong, nanti kedengeran sama orangnya," ucapnya sambil melirik Keynan yang masih setia menelungkupkan kepalanya di atas meja.
Shasa malah terkekeh tanpa dosa mendapat peringatan keras dari Dara. Mereka terpaksa berhenti mengobrol karena Miss Calista kembali ke kelas.
Dara dengan serius menyimak materi yang disampaikan oleh Miss Calista di depan kelas seolah-olah sudah mengikuti perkuliahan sejak awal. Padahal dia baru saja datang.
***
Keynan berulang kali menghela napas panjang sambil melihat benda mungil bertali yang melingkari pergelangan tangan kirinya. Tidak terasa sudah dua jam dia menunggu sang ayah untuk makan malam bersama. Namun, ayahnya belum juga pulang sampai sekarang. Bahkan makanan yang tersaji di atas meja makan sudah dingin.
Keynan pun meraih ponselnya yang tergeletak di atas meja. Jemari tangannya begitu lincah mengetik beberapa kata untuk dikirim pada sang ayah. Tidak lama kemudian ada pesan masuk di ponselnya.
Ayah:
[Maaf, ayah malam ini tidak pulang. Jangan tidur terlalu malam. Love ❤]Helaan napas panjang kembali lolos dari bibir Keynan. Dia pikir, malam ini ayahnya akan pulang, tapi ternyata tidak. Entah apa yang sang ayah lalukan di luar sana, dia tidak pernah tahu karena hubungan mereka tidak sedekat dulu.
Keynan benar-benar rindu dengan keluarganya yang dulu. Saat sang ibu belum mengalami kecelakaan hingga tidak sadarkan diri sampai sekarang.
Hubungan kedua orang tuanya dulu sangat harmonis karena ayahnya sangat sayang dan perhatian pada keluarga. Selain itu ayahnya selalu menempatkan keluarga di atas segala-galanya.
Namun, sejak pertengkaran hebat yang terjadi pada ayah dan ibunya lima tahun lalu membuat keadaan seketika berubah. Sang ayah lebih senang menghabiskan waktu di luar rumah dan jarang sekali memperhatikannya. Rumah yang dulu terasa hangat pun sekarang terasa begitu dingin. Hening. Benar-benar sepi.
"Maaf, Den Keyanan. Apa makanannya perlu bibik hangatkan lagi?"
Pertanyaan Bik Minah sontak membuat Keynan tersadar dari lamunan. Cowok berusia dua puluh satu tahun itu pun menggelengkan kepala pelan karena nafsu makannya mendadak hilang.
"Buang saja semua makanannya, Bik," ucapnya sebelum beranjak ke kamar.
Bik Minah hanya bisa menghela napas melihat sang majikan yang meninggalkan ruang makan. Wanita paruh baya yang sudah merawat Keynan sejak kecil itu merasa iba atas apa yang terjadi pada keluarga Narendratama. Padahal Keynan dulu sosok anak yang begitu hangat dan ceria, tapi kejadian lima tahun lalu telah mengubah Keynan menjadi pribadi yang begitu tertutup dan dingin pada siapa pun.
***
Jam sudah menunjukkan pukul delapan malam. Tama pun memutuskan untuk mematikan laptopnya lantas membereskan beberapa berkas yang berserakan di atas meja kerjanya. Bersiap untuk pulang. Lelaki berusia 47 tahun itu sekarang lebih banyak menghabiskan waktu dengan bekerja sejak lima tahun terakhir karena pekerjaan bisa mengalihkan pikirannya dari bayang-banyang kisah masa lalunya yang kelam bersama sang istri."Selamat malam, Pak.""Malam." Tama mengangguk penuh wibawa pada seorang petugas keamanan yang bertemu dengannya di loby. Dia tiba-tiba berhenti melangkah karena ponselnya yang berada di dalam saku celana bergetar.Helaan napas panjang sontak lolos dari bibirnya setelah membaca pesan dari putra semata wayangnya. Tanpa menunggu waktu lama dia pun mengirim pesan balasan pada sang anak untuk memberi tahu kalau malam ini dia tidak pulang ke rumah.Malam ini, dan seperti malam-malam sebelumnya Tama akan pulan
Dara terus menggerutu sambil memakai baju karena pagi ini dia terlambat bangun. Padahal dia ada kelas tepat jam delapan nanti."Kalau aku sampai terlambat, semua ini gara-gara kamu," omelnya pada seorang lelaki yang sedang berbaring nyaman di atas tempat tidurnya."Kenapa kamu menyalahkanku?" tanya lelaki itu tidak terima."Karena kamu terus mengajakku bercinta. Aku kan, juga lelah dan perlu beristirahat." Dara mendengkus kesal karena dia semalam hanya tidur selama tiga jam karena Tama mengajaknya bercinta nyaris sampai pagi.Tama malah terkekeh karena Dara terlihat sangat menggemaskan jika sedang marah."Aduh, sisir aku di mana?" Dara mengobrak-abrik meja rias dan tempat tidurnya mencari sisir."Itu, di kepalamu.""Oh." Dara sontak melirik ke atas, ternyata benda yang dia cari sejak tadi ada di kepalanya. "Kalau kaos kaki?""Di lemari pal
Dara dan Sasha sedang menunggu pergantian jam di kantin sambil menikmati makan siang bersama. Kedua gadis itu biasanya pergi ke kantin hanya berdua, tapi sekarang ditemani Keynan dan Brian karena ingin membahas tugas kelompok dari Miss Callista."Bagaimana kalau kita mengerjakan tugas ini sepulang kuliah?" usul Shasa ketika soto daging pesanannya datang."Aku sih, terserah," jawab Brian dengan mulut penuh karena asyik menyantap mie ayam-nya."Kalau kamu, Key?" Shaha menatap cowok yang duduk tepat di samping Brian.Namun, cowok berwajah tampan itu malah asyik memperhatikan Dara yang sedang serius membaca novelnya.Dara diam-diam ternyata berhasil mencuri perhatian Keynan di awal pertemuan mereka. Padahal Dara sangat cuek, tidak seperti mahasiswi lain yang berlomba-lomba
"Hah?" Mulut Shasa dan Brian menganga lebar melihat apa yang Keynan lakukan barusan. Mereka benar-benar tidak menyangka Keynan mau mengantar Dara pulang. Padahal cowok itu terlihat tidak peduli dengan Dara."Sumpah, aku nggak nyangka Keynan mau nganter Dara pulang."Brian sontak menatap gadis yang duduk di sebelahnya. "Memangnya kenapa?""Keynan kan, dingin banget, Bie. Kok, dia mau sih, nganter Dara pulang?"Brian malah tersenyum. "Cowok memang kayak gitu, Sha. Mereka bersikap dingin cuma ke cewek yang berhasil menarik perhatian mereka.""Berarti Keynan tertarik sama Dara, dong?" Shasa menatap Brian dengan pandangan tidak percaya.Brian mengangguk. "Bisa jadi."
Keynan menggosok rambutnya yang sedikit basah dengan handuk kecil saat keluar dari kamar mandi. Tubuhnya terasa jauh lebih segar setelah mandi. Kening Keynan berkerut dalam karena mencium aroma lezat yang berasal dari dapur.Apa Dara sedang memasak?"Kamu sudah mandi, Key?""Iya," jawab Keynan sambil mendudukkan diri di meja makan lantas memperhatikan Dara yang sedang sibuk mengaduk-aduk sesuatu di penggorengan."Perutku tiba-tiba lapar, untung saja masih ada spageti sisa tadi pagi. Sepertinya spageti ini cukup untuk kita makan berdua." Dara mematikan kompor lantas membagi spageti tersebut menjadi dua bagian."Ini buat kamu, selamat makan."Keynan hanya diam menatap sepiring spageti yang tersaji di ha
Sedetik kemudian lampu kembali menyala. Dara segera menjauhkan wajahnya dari Keynan setelah menyadari apa yang baru saja dirinya lakukan. Suasana seketika berubah sangat canggung.Entah setan apa yang sudah merasuki pikiran Dara hingga berani mencium Keynan, apa lagi tepat di bibir."Ma-maafkan aku, Key," ucap Dara tanpa berani menatap wajah cowok yang baru saja dia ambil ciuman pertamanya.Keynan menarik napas panjang. Berusaha menormalkan detak jantungnya yang berdetak tidak karuan.Ciuman pertama.Seperti inikah rasanya?Rasanya sangat manis. Bahkah lebih manis dari cotton candy yang sering dia makan saat kecil.Rasanya sangat lembut. Bahkan lebih lembut dari cheesecake buatan sang ibu.Dan ....Ah, Keynan bingung menjelaskan bagaimana perasaannya sekarang. Tetapi yang jelas jantungnya sekarang berdebar kencang
Tatapan Keynan tertuju pada seorang gadis yang baru saja memasuki kelas. Aroma vanilla yang menguar dari tubuh Dara tercium jelas di indra penciumannya saat gadis itu berjalan melewatinya. Aroma yang menenangkan sekaligus membuat jantungnya berdebar. Apa lagi ketika mengingat ciuman mereka semalam. "Kalau lihat Dara, biasa saja kali, Key!" Keynan melirik Brian yang duduk di sebelahnya dengan tajam, tapi cowok berkulit tan yang menjadi sahabat barunya itu malah menertawakannya. Menyebalkan! "Kamu suka sama Dara, ya?" Keynan tersentak, jantungnya seolah-olah berhenti berdetak selama beberapa saat mendengar pertanyaan Brian barusan. Apa terlihat sangat jelas kalau dia menyukai D
Dara menarik napas dalam-dalam agar perasaannya menjadi lebih tenang sebelum menemui kembali ketiga temannya untuk mengerjakan tugas.Namun, bayang-bayang ciuman panasnya bersama Keynan beberapa menit yang lalu terus menari-nari di pikirannya.Sialan!Seharusnya dia menghentikan Keynan agar berhenti menciumnya. Tapi apa yang dia lakukan? Dia malah membalas ciuman cowok itu dan menikmatinya.Dara berjalan sambil menundukkan kepala untuk menyembunyikan wajahnya yang memerah lantas duduk di kursi kosong yang berada tepat di samping Shasa. Dia merasa sangat malu setiap kali mengingat apa yang baru saja dirinya lakukan bersama Keynan. Namun, cowok itu terlihat biasa saja seolah-olah tidak terjadi sesuatu di antara mereka."Kamu ke mana saja sih, Ra? Masa ngambil buku satu aja lama banget," gerutu Shasa."Em ...." Dara menggigit bibir bagian bawahnya karena bingung menjawab pert
Dara tertegun, sepasang mata caramell miliknya terpaku pada lelaki berkacama mata yang berjalan menghampirinya. Selama tiga puluh detik yang dia lakukan hanya diam sambil memandangi lelaki tersebut. Dara tidak pernah menyangka Dirga datang ke pernikahannya dan Keynan karena dia tidak mengundang lelaki itu demi menjaga perasaan suaminya. Dirga menarik napas dalam-dalam untuk mengurangi sesak yang menghimpit dadanya. Tangannya tanpa sadar menggenggam jemari wanita berkerudung merah muda yang menemaninya menghadiri resepsi pernikahan Dara dan Keynan dengan erat karena bagaimana pun juga Dara pernah mengisi ruang kosong di dalam hatinya. "Kamu baik-baik saja?" tanya Sabrina terdengar penuh perhatian. Dirga kembali menarik napas panjang lantas mengangguk samar. "Ya, aku baik-baik saja," jawabnya. Sabrina menatap Dirga dengan lekat. Sepertinya lelaki itu belum benar-benar bisa melupakan Dara dan berpura-pura terlihat tegar di depan banyak orang. "M-Mas Dirga ...?" Keynan memeluk pingga
"Kamu kan, sudah dapat kue sendiri, Ayes. Kue ini punya kakak.""Tapi Ayes masih mau kue lagi.""Kakak tidak akan memberikan kue ini padamu.""Dasar pelit!""Biarin."Kening Keynan berkerut dalam karena mendengar suara Ayes dan Keysha. Hari Minggu yang seharusnya dia gunakan untuk beristirahat sepertinya hanya akan menjadi angan-angan belaka karena Ayes dan Keysha sangat berisik. Mereka benar-benar mengganggu waktu istirahatnya.Keynan beranjak meninggalkan tempat tidurnya lantas menghampiri Ayes dan Keysha yang sedang memperebutkan sepotong kue brownies."Kenapa kalian berisik sekali?" tanya Keynan dengan wajah mengantuk karena dia baru bisa tidur jam satu semalam. Beberapa hari ini dia memang sengaja lembur untuk menyelesaikan pekerjaannya karena lusa dia akan menikah dengan Dara."Ayes, ini, Pa. Udah punya kue sendiri tapi masih minta punya Keysha.""Ayes cuma minta sedikit, Dad. Tapi Keysha nggak mau ngasih. Dasar pelit!"Kedua mata Keysha sontak membulat mendengar ucapan Ayes bar
Keynan tampak begitu serius membaca berkas yang ada di tangannya padahal jam sudah menunjukkan pukul delapan malam. Semenjak satu minggu yang lalu lelaki itu memang sengaja menyibukkan diri dengan bekerja karena ingin mengalihkan pikirannya dari Dara dan Ayes.Namun, pekerjaan ternyata tidak berhasil membuatnya berhenti memikirkan Dara dan Ayes. Sehari begitu tiba di Indonesia, dia langsung menghubungi Dara untuk menanyakan kabar Ayes.Dara mengatakan kalau Ayes baik-baik saja. Namun, entah kenapa perasannya mengatakan kalau Dara sedang membohonginya. Sebagai seorang ayah yang memiliki ikatan darah dan batin dengan Ayes, dia seolah-olah bisa merasakan kalau Ayes sedang bersedih karena kepergiannya. Apa lagi dia tidak berpamitan pada Ayes."Kau belum pulang?"Keynan mengalihkan pandang dari berkas yang ada di tangannya sekilas agar bisa menatap Brian yang sedang berjalan menghampirinya."Kau sendiri kenapa masih di sini? Bukankah aku sudah memintamu untuk pulang dari tadi?""Aku tadi s
Tidak ada yang membuka suara sejak lima belas menit yang lalu. Dara hanya diam sambil meremas kesepuluh jemari tangannya tanpa berani menatap Dirga yang duduk tepat di hadapannya. Dara sepenuhnya menyadari Dirga pasti marah dan kecewa karena dia tidak memberi tahu jika dia bertemu lagi dengan Keynan. Dirga kembali meneguk segelas air putih yang ada di tangannya. Amarah dan kekecewaan tergambar jelas di wajah tampannya. Dirga merasa sangat marah sekaligus kecewa karena Dara tidak memberi tahu jika Keynan datang. Sepupunya itu bahkan tinggal di apartemen calon istrinya. Entah apa yang sudah Dara dan Keynan lalukan selama mereka tinggal bersama. Membayangkannya saja sudah membuat dadanya terasa sesak. Apakah ada hal yang lebih menyakitkan lagi dari pada ini? "Sudah berapa lama?" "Maksud, Mas?" Dara malah balik bertanya karena tidak mengerti dengan maksud Dirga. Dirga melirik Keynan dan Ayes yang sedang asyik bermain ular tangga di ruang tengah. Melihat mereka yang begitu dekat, memb
"Bagaimana undangan ini, Nona?"Dara menatap undangan yang terdapat bibit tanaman pada kertasnya. Kertas undangan tersebut akan tumbuh dan berbunga sangat indah jika diberi air lalu ditanam. Selain itu di dalam undangan tersebut tertulis doa agar rumah tangga calon memperlai pengantin berjalan harmonis.Namun, menurut Dara undangan tersebut terlalu rumit dan harganya lumayan menguras kantong."Apa ada contoh undangan lain?""Sebentar, Nona." Wanita berambut pirang yang duduk di depan Dara mencari beberapa contoh desain undangannya untuk direkomendasikan pada Dara."Bagaimana dengan yang ini, Nona?" Wanita itu menunjukkan contoh udangan pilihannya pada Dara. Sebuah undangan dress code yang dilengkapi dengan aksesoris seperti pita atau bros yang bisa digunakan tamu undangan saat menghadiri resepsi pernikahannya dengan Dirga."Undangan ini cukup populer dikalangan calon pengantin akhir-akhir ini. Apa Anda tertarik dengan undangan ini?""Em ...." Kedua alis Dara tampak menyatu jika dia se
Dara hanya diam. Tidak ada satu kata pun yang keluar dari bibirnya meskipun di kepalanya tersimpan berbagai pertanyaan untuk Keynan. Selama tiga puluh menit yang dia lakukan hanya diam sambil mengusap keringat dingin yang membasahi tubuh Keynan. Enam tahun lebih dia mengenal Keynan, dan baru pertama kali ini dia melihat lelaki itu mengerang kesakitan hingga nyaris pingsan. Obat yang dia temukan beberapa hari lalu ternyata milik Keynan. Setelah mencari tahu lewat internet, akhirnya dia tahu kalau obat tersebut adalah aspirin. Obat bagi penderita penyakit jantung. Kenapa Keynan minum aspirin? Apakah lelaki itu menderita penyakit jantung? Keynan melirik Dara lewat ekor matanya. Dia yakin sekali Dara pasti ingin menanyakan banyak hal pada dirinya. Namun, Dara malah menahannya sampai kondisinya kembali membaik. Wanita itu sangat pengertian. Sepertinya dia harus menyiapkan jawaban yang tepat agar Dara tidak khawatir. "Key ...." "Ya?" "Apa aku boleh tanya sesuatu?" "Tentu saja, Dara.
"Kamu sudah gila?" pekik Dara ketika menyadari kalau Keynan ingin tinggal bersamanya dan Ayes."Biaya sewa hotel sangat mahal, Dara. Karena itu aku memutuskan untuk tinggal bersama kalian."Dara memijit kepalanya yang tiba-tiba terasa penat. Wanita itu benar-benar tidak mengerti dengan jalan pikiran Keynan. Bagaimana mungkin Keynan ingin tinggal bersamanya dan Ayes padahal lelaki itu tahu kalau dia sebentar lagi akan menikah dengan Dirga.Apa Keynan sudah kehilangan akal?"Keynan, jangan gila!""Kamu sudah mengatakan itu dua kali. Terima kasih."Kedua tangan Dara mengepal kuat di sisi tubuhnya. Ucapan Keynan barusan membuatnya semakin geram karena lelaki itu menganggap remeh ucapannya."Keynan, dengar. Kamu memang ayah kandung Ayes, tapi bukan berarti kamu bisa seenaknya tinggal bersama kami. Lagi pula aku sebentar lagi akan—""Sstt ...." Dara sontak berhenti bicara karena Keynan menaruh jari telunjuk tepat di bibir."Aku tahu kalau kamu sebentar lagi akan menikah dengan kak Dirga. Ta
'Aku tahu karena Brian harus meng-handle semua pekerjaan Keynan.' Dara lupa kalau Shasa pernah memberi tahu kalau Brian menjadi sekertaris sekaligus orang kepercayaan Keynan. Sepertinya Brian terpaksa meng-handle semua pekerjaan Keynan karena lelaki itu sedang berada di Sidney sekarang. 'Aku benar-benar kesal dengan Keynan. Sejak dulu mantan kekasihmu itu suka sekali membuat Brian kerepotan,' gerutu Shasa seperti nenek-nenek. Dara tanpa sadar tersenyum karena yang Shasa katakan benar. Keynan memang egois dan keras kepala. Akan tetapi anehnya dia malah tertarik dengan lelaki itu. Ada satu hal istimewa di dalam diri Keynan yang bethasil membuat Dara jatuh cinta. Dan hal itu tidak dimiliki oleh Dirga meskipun lelaki itu sangat baik dan perhatian pada dirinya. Cinta memang rumit. 'Dara kamu masih di situ, kan?' Pertanyaan Shasa berusan membuat Dara tergagap. "Iya, Sha." Terdengar helaan napas panjang di seberang. 'Aku punya firasat buruk tentang hubunganmu dan kak Dirga.' "Maksud k
"Mommy, jangan tata rambut Ayes seperti ini." Ayes selalu tidak suka jika Dara membelah rambutnya ke samping karena jidatnya yang agak sedikit lebar menjadi kelihatan. "Biar rapi, Ayes." Dara tidak menyerah menata rambut Ayes sesuai dengan keinginannya. Lagi pula Ayes harus tampil rapi ke sekolah. Ayes mengerucutkan bibir kesal. Menurutnya tatanan rambut yang Dara buat tidak cocok untuknya dan menurunkan sedikit kadar ketampanannya. "Nah, kalau begini kan, kelihatan tampan." Dara membetulkan dasi Ayes yang sedikit miring sebelum mengajak putra semata wayangnya itu sarapan. "Ayes, kenapa?" tanya Keynan heran karena melihat muka Ayes yang masam. "Bukan urusanmu." Dara menjawab ketus pertanyaan Keynan kemudian menyiapkan pancake untuk Ayes. Keynan menghela napas panjang, sepertinya Dara masih marah karena dia sudah mengecup bibir wanita itu sembarangan. "Anak ayah kenapa cemberut?" tanya Keynan terdengar penuh perhatian membuat telinga Dara mendadak terasa gatal. Apa lagi ketika me