공유

KEBAHAGIAAN DAN AWAL CINTA LAYLA

"Kudanil mau pulang ya? Kok pagi-pagi ke rumahnya Layla?"

Gadis cantik itu duduk di kursi roda di depan rumahnya seraya memeluk boneka kelinci miliknya. Di hadapan Layla, sosok Nathaniel yang kini duduk menundukkan kepalanya dan tersenyum tipis.

"Ya, aku harus pulang ke Jerman dan ke sini lagi kalau kau sudah besar," jawab Nathaniel.

"Hem? Layla sudah besar? Layla kan sekarang sudah besar, Kudanil."

"Kata siapa? Kau masih cengeng dan kau mudah sekali menangis, Layla Tan."

"Huum..."

Layla tersenyum hingga kedua matanya menyipit dan mengangguk lucu. Nathaniel diam memperhatikan wajah Layla, anak laki-laki itu pernah meminta pada sang Kakek untuk membujuk Aaron menyerahkan Layla pada keluarga Ferdherat.

Pasalnya, Nathaniel ingin mempunyai adik secantik Layla. Rambut Layla yang sedikit kecoklatan, senada dengan matanya, pipinya yang bulat putih merona, dan tanda lahir bintik hitam di leher Layla, sama seperti mendiang Ibu Nathaniel yang meninggal.

"Kalau aku sudah besar nanti, aku
잠긴 챕터
앱에서 이 책을 계속 읽으세요.

관련 챕터

최신 챕터

DMCA.com Protection Status