Kinan sudah mulai tenang dan sudah bisa tertawa. Walaupun, masih terlihat di raut wajahnya tersimpan kesedihan. Tapi dia tetap tegar dan masih melayani keluarganya dengan baik. Ting tong! Terdengar suara bel pintu dari luar rumah. Bi Darmi langsung menuju ke ruang tamu dan dia membukakan pintu. “Eh Pak Rudi, Bu Susi silahkan masuk,” Bi Darmi mempersilahkan kedua orang tua Kinan masuk. “Terima kasih bi,” jawab Pak Rudi. “Bi, nak Arsen dan Kinan ada di rumah?” Tanya Bu Susi. “Ada bu, silahkan duduk. Saya panggilkan dulu ya,” ujar bi Darmi. “Terima kasih bi.” Bi Darmi menuju ke dalam rumah. Sedangkan Pak Rudi dan Bu Susi menunggu di ruang tamu. Bu Susi merasa takjub melihat rumah Arsen dan Kinan. Begitu megah dan mewah, dan banyak guci dan barang- barang bermerk dan mahal harganya. “Mujur sekali ya nasib si Kinan, dapat suami anak orang kaya. Beda jauh sama Olivia yang hanya menjadi simpanan suami orang,” keluh Bu Susi dalam hati. “Bu kamu lagi ngapain disitu? Ayo dudu
Sudah satu bulan Andre terbaring di Rumah sakit. Hampir setiap hari Kinan datang membesuknya. Kinan merasa dekat sekali dengan Andre. Dia merasa ada ikatan batin dengan Andre.“Bang kapan kamu bangun? Ini sudah 1 bulan tapi kamu kok belum sadar juga,” ujar Kinan yang menatap Andre.“Kamu tau nggak bang. Aku kok merasa dekat sama kamu, seperti adik yang merindukan kakaknya,” ucap Kinan yang mengajak ngobrol Andre.“Cepat sembuh ya bang cuma kamu yang tau dimana keberadaan baby Frederick berada,” ujar Kinan yang mengajak Andre mengobrol.Andre hanya terdiam dalam keadaan komanya. Kinan masih saja mengajak Andre ngobrol. Walaupun, dia tidak bisa membalas ucapan Kinan.“Bang, aku sudah selesai membesuk kamu di Rumah sakit dan sudah waktunya aku untuk pulang ke Rumah,”ucapnya pada Andre.Kinan keluar dari ruang ICU menuju ke luar dan dia langsung menuju pada mobil yang terparkir. Kinan langsung masuk dan menghidupkan mesin mobil menuju rumah. Sepanjang perjalanan Kinan menghidupkan musik d
Pagi ini Arsen dan Kinan akan pergi ke Rumah sakit jiwa. Yang dimana ibu Andre di rawat. Mereka ingin menanyakan alamat rumah Andre yang sebenarnya. Karena, Arsen mendapatkan alamat rumah andre namun,di rumah itu tidak ada baby Frederick. Bahkan, penghuni rumah itu mengatakan jika rumah yang dia tempati itu rumah miliknya.“Dek, aku sama anak buahku pernah mendatangi rumah Andre. Tapi di rumah itu yang menempati orang lain,” Arsen menjelaskan pada Kinan.“Apakah seperti itu bang? Berarti kita ke Rumah sakit pun percuma bang. Sudah pasti Andre memberikan alamat palsu pada pihak Rumah sakit jiwa,” ujar Kinan pada Arsen.“Ya kita coba saja dulu dek,” jelas Arsen pada Kinan.“Ya sudah kita coba saja dulu ya bang,” jawab Kinan.Mereka sudah siap berangkat ke Rumah sakit jiwa. Namun, baru saja mereka mau jalan tiba-tiba terdengar suara ponsel berdering.Drtt drtt“Tunggu dulu dek handphoneku berbunyi,Sepertinya ada yang menelponku,” ujar Arsen yang memberitahu Kinan.“Dilihat saja dulu bang
Andre menelpon Rio dan meminta padanya untuk membawa baby Fredy datang ke Rumah sakit. Rio menyetujui permintaan Andre untuk membawa baby Fredy ke Rumah sakit. Sesampainya di Rumah sakit, Kinan yang melihat anaknya tiba langsung merebutnya dari tangan Rio dan menggendongnya.“Lepas! Aku mau gendong anakku!” Teriak Kinan pada Rio.“Rio biarkan dia bersama ibunya,” ucap Andre.“Siap bos,” jawab Rio.Kinan menangis bahagia melihat kembali bayi kembar yang sempat hilang darinya. Arsen yang melihat Kinan memeluk anaknya sangat begitu bahagia. Dia bersyukur akhirnya, mereka bisa berkumpul kembali dengan Putra kembarnya.“Terima kasih Kinan karena, kamu sudah menolongku. Aku minta maaf kalau selama ini sudah membuatmu sedih dan kecewa,” ucapnya pada Kinan.“Terima kasih juga. Karena, abang sudah mau mengembalikkan baby Fredy,” ucap Kinan pada Andre. “Biar bagaimanapun juga hukum tetap berjalan. Saya sudah melaporkan kamu pada pihak yang berwajib atas penculikan yang kamu lakukan pada anak
“Kamu-,” ucapannya terpotong.“Kamu? Kamu apa yah?” Tanya Kinan.“Kamu bukan anak kandung Ayah dan Bunda,” ucap Pak Rudi.“Jadi a-aku bukan anak kandung Ayah dan Bunda? Kenapa Ayah nggak kasih tau aku?” Ujar Kinan pada Pak Rudi.“Sabar sayang.”Arsen menenangkan istrinya“Itu semua karena, Bunda nggak mau kalau sampai kamu bersedih jika mengetahui dirimu bukan anak kandung kami,” kata Pak Rudi dengan suara lirih.Kaget! Kinan sangat terkejut mengetahui jika dirinya bukan anak kandung Ayah Rudi dan Bunda Melati. Dia merasa di bohongi oleh kedua orang tua angkatnya. Kinan memohon pada Ayah Rudi untuk menceritakan tentang dirinya semasa kecil dulu.“Tolong Ayah ceritakan bagaimana aku bisa kalian adopsi! Aku mohon yah,” pinta Kinan yang memohon pada Ayahnya.“Baiklah Ayah akan menceritakan semuanya padamu,” ujar Ayah pada Kinan.15 tahun yang lalu …“Mas, ayo kita periksa kesehatan. Aku ingin segera memiliki momongan,” ucap Melati pada Rudi.“Baiklah kalau begitu kamu bersiap ya. Kita lan
“Maafkan aku, Ayah. Selama ini sudah mengecewakan ayah. Terima kasih ayah dan bunda sudah merawat aku dari kecil sampai aku dewasa,” ucap Kinan pada Pak Rudi.“Seharusnya ayah yang meminta maaf kepadamu karena, selama ini ayah nggak peduli padamu. Padahal kamu begitu menyayangi ayah,” Pak Rudi meminta maaf pada anaknya.Kinan dan ayah langsung berpelukan. Kinan menangis setelah dia tau jika dirinya bukanlah anak kandung Pak Rudi. Namun, dia tetap bersyukur jika dulu Bunda tidak mengadopsi dirinya entah saat ini dia berada dimana.“Ini baby Fredy sudah ditemukan nak?” Tanya Ayah.“Iya yah. Baby Fredy sudah ditemukan dan alhamdulillah kami bisa berkumpul kembali,” ujar Kinan pada ayahnya.“Iya nak. Alhamdulillah jika kalian sudah bisa kembali bersatu dan semoga kalian selalu akur dalam keadaan apapun,” Pak Rudi menasehati anak dan menantunya.“Iya ayah terima kasih sudah menjadi ayah yang terbaik untukku,” ucap Kinan.“Iya sayang.”Setelah itu mereka berdua berpamitan pulang. Karena, ba
Pagi ini Arsen libur ke kantor dia sengaja diam di rumah. Karena, dia ingin hari weekend dia habiskan bersama keluarga kecilnya. Dia meminta Suster untuk menyiapkan Baby twins. Karena, hari ini dia akan mengajak istri dan anaknya berlibur ke Villa yang berada di puncak.“Sayang ayo ganti pakaiannya kita akan menghabiskan hari weekend di Villa Puncak,” ucapnya pada Kinan.“Iya sayang. Sebentar aku ganti pakaian dulu ya,” sahut Kinan pada suaminya.Kinan menuju ke dalam kamar dan dia segera mengganti pakaian. Selesai mengganti pakaian dia langsung keluar dari kamar. Sementara Arsen sudah menunggunya. Baby twins dan Suster Ela pun sudah siap. “Apakah semuanya sudah siap Sus?” Tanya Kinan.“Sudah bu,” jawab Suster.“Baiklah jika semuanya sudah siap, sekarang saatnya kita berangkat,” ujar Arsen.Mereka segera pergi menuju keluar rumah. Namun, di depan rumah sudah ada bu Susi berdiri menunggu Kinan.“Ibu! Sedang apa ibu berdiri disini?” Tanya Kinan.“Memangnya Ibu nggak boleh datang kesini
“Oh jadi bu Susi mau menjadikan Putra saya sebagai mesin ATM iya? Ayo jawab jangan diam aja.” “Jeng Bella!” Ucap Bu Susi dengan kagetnya. “Iya ini saya besan bu Susi!” Ucap Bella yang menatap bu Susi dengan jengkel. “Jeng Bella! Ya ampun ternyata kamu berbesanan sama jeng Susi?” Tanya teman bu Susi. “Iya Jeng, tadinya saya nggak tau kalau Kinan memiliki ibu sambung yang nggak tau malu! Dulu aja anak sambungnya selalu di hina dan di siksa eh sekarang giliran anak sambungnya menikah sama anak saya eh malah maunya minta uang terus! Situ nggak punya malu ya!” Ejek Bella pada bu Susi. “Ibu kalau ngomong dijaga ya! Saya bisa menuntut ibu dengan pencemaran nama baik saya!” Ancam bu Susi. “Wow serem juga ya bu Susi mau melaporkan saya pada pihak yang berwajib! Ih serem. Tapi saya nggak takut tuh walaupun, ibu ancam saya,” ucap Bella pada Bu Susi. Bu Susi kesal dan tidak lama dia pergi meninggalkan toko tas tersebut. Sedangkan, Bella puas sudah membuat bu Susi jadi malu. Bella han
Pagi ini mereka sudah selesai sarapan. Mereka berniat akan ziarah ke makam sang papa. Batu nisan dengan tulisan Marbun tertera di atas makam tersebut. Mereka menabur bunga diatas makam Papa dan membacakan doa untuk Papa tercinta.“Papa, anak kita Gina sudah kembali. Saat ini dia sudah menikah dan memiliki dua orang anak kembar. Lihat lah anak pertama kita juga sudah menikah dan memiliki seorang istri yang cantik. Aku, anak- anak dan menantu datang kesini ingin ziarah sama kamu Pa. Maafkan Mama yang sudah lama tidak datang kesini, tapi mulai hari ini kita akan sering bertemu Pa. Karena, Mama sudah memutuskan untuk tinggal di kampung. Mama ingin selalu dekat dengan Papa,” ujar Mama Ratih yang menjelaskan pada suaminya yang sudah tiada.Kinan dan yang lainnya merasa sangat sedih mendengar curahan hati Mama pada suaminya yang telah tiada. Kinan mengelus sang Mama dengan penuh kasih sayang.“Mama jangan nangis lagi ya, aku dan Bang Andre akan selalu menjaga dan melindungi Mama,” ucap Kina
Pagi ini Arsen, Kinan, Andre dan Ira sudah siap. Mereka akan mengantar mama Ratih ke kampung halaman. Mengendarai mobil masing-masing. Sepanjang perjalanan mereka asyik mengobrol dan si kembar asyik bernyanyi.“Lihat bang, anak-anak terlihat sangat senang diajak ke kampung halaman,” ujar Kinan yang memperhatikan anak-anaknya.“Iya mereka begitu senang diajak ke kampung.”“Sayang kalian senang ya diajak pulang ke rumah Oma?” tanya Kinan pada kedua anaknya.“Iya Mommy, aku dan adik senang di ajak ke rumah Oma,” ucap Frederick pada sang Mommy.“Kalau adik Nicholas gimana, apakah senang juga kita ke rumah Oma?” tanya Kinan pada Nicholas.“Aku juga senang Mommy, dan sampai disana aku bisa bermain,” katanya yang sudah ingin cepat- cepat sampai di kampung.Kinan tersenyum mendengar celoteh kedua anak kembarnya. Dia merasa bersyukur memiliki kedua anak yang pintar dan Soleh. Selain itu, dia juga memiliki suami yang sangat perhatian padanya dan pada anak-anak juga.“Sebentar lagi anggota kelua
Mereka tiba di rumah Mama Ratih. Kinan, Baby twins dan juga Suster langsung disambut Mama Ratih dan Ira.“Selamat datang cucu Oma tersayang! Sudah lama sekali kita tidak bertemu ya,” kata Mama Ratih pada anak dan kedua cucunya.“Oma! Aku mau makan kue,” rengek Baby Nicolas.“Ayo kita masuk! Oma sudah buat kue untuk cucu-cucu nenek yang ganteng ini,” ucap Mama Ratih yang langsung menemani si kembar masuk.“Bagaimana kabar kak Ira? Apakah semuanya sehat?” tanya Kinan pada kakak iparnya.“Alhamdulillah kabar saya baik, bagaimana kabarmu Bu?” Tanya Ira.“Jangan panggil Ibu dong! Masa Kakak Ipar manggil aku ibu sih! Panggil adik atau panggil nama saja.” Kinan meminta Ira untuk memanggil dirinya dengan sebutan nama saja.“Baiklah aku akan memanggilmu dengan sebutan nama saja,” ujar Ira pada Kinan.“Nah gitu dong, kalau panggil pakai nama kan terlihat lebih akrab,” kata Kinan pada Ira.“Ya sudah kita masuk yuk, aku sudah lapar,” ucap Kinan yang sedikit pelan.“Kebetulan tadi Mama sudah masak
Setelah kematian Pak Rudi, Kinan sering merasa bersalah pada dirinya sendiri. Dia merasa belum bisa jadi anak yang membahagiakan orang tuanya.“Sayang, kamu menangis?” Tanya Arsen pada Kinan.“Aku hanya ingat sama Ayah dan Bunda, aku kangen sama mereka,” ucap Kinan yang meneteskan air mata.“Sebaiknya kamu kirim doa untuk Ayah dan Bunda.” Arsen memberikan saran pada Kinan.“Iya bang, setiap sujudku selalu ku panjatkan doa untuk Ayah dan Bunda,” jelas Kinan pada Arsen.“Iya sayang, apapun yang kamu lakukan, aku akan selalu mendukungmu,” ujar Arsen pada Kinan.“Sudah jangan menangis lagi sayang,” ucapnya pada Kinan.“Iya bang.”Arsen memeluk sang Istri, Kinan yang di peluk pun merasakan kehangatan dari pelukan sang Suami. Kinan bersyukur di saat dirinya terpuruk masih ada sang suami yang memperhatikan dirinya.“Sayang, Abang mau ke kantor dulu ya. Kamu di rumah, jaga kesehatan dan jangan terlalu banyak melamun ya sayang,” pesan Arsen pada sang Istri.“Iya bang, hati-hati di jalan ya. A
“Nggak mungkin Ayah meninggalkan aku! Ini semua bohong kan Bang! Jawab aku bang, jangan diam saja!” Teriak Kinan dengan histeris.“Sayang kamu tenang ya, kasihan baby yang ada di dalam sini kalau kamu nggak tenang sayang,” jelas Arsen pada Kinan.“Ayah,bang, dia sekarang sudah pergi meninggalkan aku, hiks hiks hiks,” ucap Kinan dengan deraian air mata.“Ikhlaskan ya sayang, ini semua sudah takdir dari yang Maha Kuasa, kita harus mengikhlaskan semua yang sudah terjadi,” Arsen menenangkan sang istri.“Ayo kita masuk sayang,” ajak Arsen pada sang istri.Mereka berdua masuk ke ruang operasi yang dimana masih tergeletak jasad Pak Rudi di atas bed pasien. Terlihat senyum di wajah Pak Rudi. Kinan baru saja akan menemui jasad Ayahnya. Namun, Dokter dan Suster meminta Kinan dan Arsen keluar dari ruang operasi.“Pak, Bu, maaf jenazah pasien akan kami pindahkan ke ruang jenazah,” ucap seorang Suster yang akan mendorong bed pasien keluar dari ruang operasi.“Baik Suster, silahkan, “ ujar Arsen ya
Setelah acara pernikahan Olivia, semua keluarga sudah pulang ke rumah masing-masing. Begitu juga dengan Kinan dan keluarga kecilnya telah pulang ke rumah. “Capek banget Bang,” keluh Kinan pada sang suami. “Kalau kamu capek biar Abang gendong ya,” jawab Arsen yang langsung membopong Kinan, dalam pangkuannya. “Terima kasih ya bang, kamu selalu ada di saat aku membutuhkanmu,” ucap Kinan pada sang suami. “Iya sayang, apa pun akan abang lakukan asalkan, kamu dan anak-anak bahagia,” ujarnya pada Kinan. Kinan mengalungkan tangan di leher Arsen. Dia merasa bahagia karena, Arsen memanjakan dan menyayangi dirinya dengan baik. Arsen membawa Kinan masuk ke dalam kamar dan membaringkan sang istri di atas King size yang selama ini mereka pakai memadu kasih. “Sebaiknya kamu istirahat ya, sepertinya baby kita kecapean dan Mommy nya harus beristirahat,” Arsen meminta sang istri untuk beristirahat. “Iya bang, terima kasih ya sudah mau memanjakanku,” ucapnya pada Arsen. “Iya sayang,” jaw
Setelah mempersiapkan semuanya, Rizal dan Olivia pun melaksanakan pernikahannya. Keluarga Rizal datang ke acara pernikahan Rizal. Begitu juga dengan Pak Rudi, Kinanti “Apakah kedua mempelai sudah siap mengikrarkan ijab qabul?” Tanya Pak Penghulu.“Saya sudah siap Pak,” jawab Rizal.“Baik, kalau begitu kita mulai ya,” ucap Pak Penghulu.“Silahkan yang menjadi wali maju dan duduk di samping saya,” ujar Pak Penghulu.Seorang laki-laki paruh baya yang menuju ke depan. Dengan menggunakan kemeja batik dan celana panjang hitam. Dialah Ayah kandung dari Olivia, yang bernama Pak Sunandar.“Apakah Bapak, Ayah kandung dari calon mempelai perempuan?” Tanya Pak Penghulu.“Iya Pak, saya Ayah kandung Olivia.”Semua tamu yang ada disana melihat laki-laki yang akan menjadi wali untuk pengantin wanita. Begitu juga dengan Bu Susi, dia hanya bisa melihat mantan suaminya tersebut.“Mari silahkan duduk disini Pak,” ucap Pak Penghulu pada Pak Sunandar.“Silahkan di mulai Pak,” ucap Pak penghulu.Pak Sunand
Saat ini Indriana sudah berangkat ke luar negri. Dia menempuh pendidikan di Amsterdam. Tanpa ada yang tau jika Indriana pergi karena, ingin memulihkan hatinya yang sempat patah hati.“Semoga Indriana betah disana ya Bang,” ungkap Kinan pada Arsen.“Iya dek, semoga saja dia betah disana,” jawab Arsen pada Kinan.“Bagaimana keadaan Panti asuhan sekarang ini?” Tanya Arsen pada Kinan.“Semuanya baik Bang, tumben kok abang tanya soal panti?” Tanya Kinan.“Jadi begini dek, Abang punya teman dia seorang kontruksi bangunan. Dia menawarkan jasa pada abang untuk pembangunan, nah abang ingat kalau kamu kan kelola Panti Asuhan, apakah rumah Panti perlu di renovasi atau tidak,” jelas Arsen pada sang istri.“Oh gitu, ya memang perlu sih di renovasi bang, namanya juga rumah Panti kan rumah sudah tua peninggalan dari almarhumah Bunda. Jadi menurut aku sih perlu di renovasi panti asuhannya bang,” ujar Kinan yang menjelaskan pada Arsen.“Baiklah kalau begitu, besok abang suruh teman untuk merenovasi ru
Saat ini Indriana sudah mempersiapkan semuanya. Keluarga hari ini sedang berkumpul di ruang keluarga Caniago. Begitu juga dengan Arsen dan Kinan datang ke rumah sang Papi dan Mami. “Kenapa kamu nggak lanjut kuliah di Jakarta aja sih dek?” tanya Arsen yang masih keberatan jika Adiknya kuliah di Belanda.“Bang, aku tuh udah lama banget mau lanjutin study di Amsterdam,” ujar Indriana pada Arsen.“Kalau menurut Papi dan Mami, gimana? Apa Papi dan Mami setuju jika Indriana melanjutkan kuliah di Amsterdam?” Tanya Arsen pada kedua orang tuanya.“Kalau Papi kurang setuju, tapi mau gimana lagi adikmu yang mau untuk kuliah disana,” ucap Papi dengan pasrah.“Ya sudah kalau memang kamu sudah tekad bulat ingin sekolah di Amsterdam ya sudah tidak apa-apa yang penting kamu disana bisa jaga diri dengan baik,” Arsen berpesan pada sang adik.“Baik bang,” jawab Indriana.“Sini nak, baby Frederick dan baby Nicolas biar bermain dengan Papi dan Mami. Kalian bisa beristirahat di kamar,” ucap sang Mami pad