“Bang tunggu!” Teriak Indriana dari belakang.“Ada apa lagi dek?” Tanya Arsen.“Abang mau kemana lagi? Please bang jangan pergi lagi. Kasihan Mami memikirkan abang terus,” Indriana memberitahu Arsen.Arsen menatap adiknya ada rasa bersalah dalam hati Arsen. Dia meminta sang adik untuk menemani Mami selama dia belum bisa berada di samping Mami. Arsen berjanji pada Indriana setelah semuanya bisa di atasi dia akan segera pulang ke rumah.“Dek, abang minta padamu tolong jaga Mami. Selagi abang jauh dari kalian,” ujar Arsen yang meminta sang adik untuk menjaga Mami.“Iya bang. Aku akan selalu menjaga Mami, abang di luar sana hati-hati ya,” ucap Indriana pada Arsen.“Iya dek.”Arsen pergi meninggalkan Indriana seorang diri. Saat ini Arsen bertujuan untuk membantu hotel dan club malam sang Papi yang sedang membutuhkan suntik dana besar. Sempat beberapa tahun belakangan ini hotel dan club malam milik Ryan terkena imbasnya akibat sepinya pengunjung.[Hallo Ricky, segera adakan kerjasama dengan
m“Maaf anda cari siapa ya?” Tanya Kinan.“Saya mencari Nenek Mirna. Apakah nenek ada?” Tanya seorang laki-laki tersebut.“Nenek ada di dalam.Maaf anda siapa ya?” Tanya Kinan.“Oh iya perkenalkan saya Andre dan saya datang kesini mau lihat tanah yang akan saya beli dari Nenek Mirna,” ucapnya pada Kinan.“Kinanti,” jawab Kinan.Kinan mempersilahkan tamunya masuk. Dia langsung memberitahukan pada Nenek. Jika di depan ada tamu.“Baiklah nenek akan menemui nak Andre terlebih dahulu. Tolong buatkan air untuk nak Andre ya,” nenek meminta pada Kinan untuk membuatkan air minum.“Baik nek.”Nenek pergi menuju ke ruang tamu. Dia melihat seorang pemuda yang sedang duduk di kursi bambu. Nenek menyapa tamunya tersebut.“Maaf nak Andre menunggu nenek terlalu lama,” ucap nenek meminta maaf pada Andre.“Ah tidak apa-apa nek. Lagi pula saya baru saja tiba,” jawab Andre. Nenek membicarakan tanah yang akan di jual pada Andre. Tidak lama Kinan membawa minuman yang akan disuguhkan pada tamu nenek. Andre y
“Ayo ikut ibu!” Ucap Bu Susi.“Kita mau kemana ibu?” Tanya Olivia.“Kamu harus melakukan aborsi di klinik teman ibu,” ujar bu Susi.“Apa aborsi!” Ucap Olivia dengan kaget.“Iya Oliv secepatnya kamu harus melakukan aborsi. Ibu memiliki teman seorang Dokter, dia bisa melakukan aborsi pada pasien yang meminta tolong padanya. Ibu mau minta tolong padanya agar kamu bisa aborsi di kliniknya,” ucap bu Susi pada Olivia.Olivia terdiam dia sudah membayangkan jika aborsi apa yang akan terjadi dengannya nanti. Dia membayangkan saja sudah ngeri apalagi melakukannya. Apalagi ini dia harus melakukan aborsi langsung.“Bu, apakah tidak ada cara lain lagi selain melakukan aborsi?” Tanya Oliv.“Tidak ada cara lain lagi Oliv. Selain kamu melakukan aborsi,” ujar Bu Susi.“Ibu akan menelpon dulu Dokter yang akan melakukan aborsi. Kamu siap-siap ya jika dia ada waktu maka kita langsung jalan ke kliniknya,” Bu Susi memberitahu Oliv untuk bersiap-siap. Oliv hanya menganggukkan kepala. Bu Susi meminta Oliv m
“Dokter tolong anak saya Olivia! Dokter tolong!” Teriak bu Susi.“Bu, sepertinya Olivia mengalami pendarahan! Secepatnya kita bawa dia ke rumah sakit,” ucap Dokter Ririn.“Apa pendarahan!” Bu Susi sangat kaget mendengar penjelasan dari Dokter Ririn.Mereka membawa langsung Olivia ke Rumah sakit. Setibanya di Rumah sakit Olivia langsung diberikan tindakan medis. Dokter yang memeriksa keadaan Oliva dapat memastikan jika Oliv sudah melakukan aborsi pada janinnya tersebut. Sedangkan pagi ini Arsen merasa sangat mual. Segera dia memuntahkan semua makanan yang ada di dalam perut. Dia segera menelpon Ricky agar segera memanggilkan Dokter untuk memeriksakan keadaannya saat ini.Tok tok tok! Terdengar suara ketukan pintu dari luar apartemen. Ternyata Dokter Rio yang datang ke apartemen Arsen. Arsen mempersilahkan Dokter Rio masuk dan memeriksakan keadaannya saat ini.“Apa yang harus saya bantu Tuan Arsen?” Tanya Dokter Rio.“Sudah beberapa hari ini saya setiap pagi hari selalu muntah. Saya ng
Arsen keluar dari dalam mobil. Dia memandang satu persatu dari kedua orang yang ada di hadapannya. Arsen menuju pada kedua orang tersebut.“Apa maksudmu menghadang mobil kami!” Ujar salah satu dari mereka menunjuk arsen.“Lepaskan wanita yang kalian sandra itu!” Tegas Arsen.“Ha ha ha apa kau bilang lepaskan! Dia itu target kami. Karena, Bos menginginkan wanita itu!” Ucapnya dengan nada suara yang tinggi.“Sudah lebih baik kita beri pelajaran saja laki-laki ini,” mereka sudah siap menghajar Arsen.Dengan cepat Arsen dapat menangkis serangan dari mereka berdua. Terdengar suara pukulan yang dilayangkan Arsen pada kedua orang tersebut. Arsen masih bertahan dengan lawannya yang tidak seimbang. Dirinya hanya sendiri sedangkan lawannya dua orang. Namun, dia dapat mengalahkan keduanya.Buk buk buk terdengar suara pukulan yang diberikan Arsen pada keduanya. Mereka tersungkur di atas tanah. Dengan cepat Arsen langsung menuju ke arah mobil kedua orang itu. Dia langsung membuka pintu mobil belak
Arsen masih berada di Bandung. Dia tidur di rumah nenek. Hari-harinya kini ceria kembali tidak seperti hari-hari yang lalu selalu murung dan terlihat cuek pada semua orang. Namun, setelah bertemu kembali dengan Kinanti hidupnya terasa senang.“Dek, kamu mau kan ke Jakarta lagi?” Tanya Arsen pada Kinan.“Bang sebenarnya aku lebih nyaman tinggal disini bersama dengan nenek,”jawabnya pada Arsen.“Tapi aku takut jika kamu tinggal disini hanya berdua saja dengan nenek. Aku takut kejadian kemarin terulang kembali,” ujar Arsen yang khawatir pada Kinan.Kinan mengerti kenapa Arsen bersikap seperti itu. Dia tidak ingin kehilangan dirinya lagi. Kinan mendekat pada Arsen dan berbicara dengan pelan.“Abang nggak usah khawatir ya. Aku bisa jaga diri,” ucap Kinan.“Gimana aku nggak khawatir sama kamu dek. Kemarin aja kamu hampir di culik sama orang! Bagaimana aku bisa tenang ninggalin kamu sama nenek disini!” Ucapnya dengan tatapan gusar pada Kinan.“Kalau begitu biar aku perintahkan anak buahku unt
Setelah tiga hari rawat inap di Rumah sakit. Akhirnya, Olivia diperbolehkan pulang. Dokter meminta Oliv jangan melakukan aktivitas yang terlalu berat dulu.“Ingat ya Bu Olivia sesampainya di Rumah nanti. Bu Olivia tidak boleh melakukan aktivitas yang berat dulu. Karena, kami takut jika bu Oliv mengalami pendarahan hebat,” ucap Dokter yang meminta Olivia beristirahat.“Baik Dokter. Ucapan Dokter akan saya ingat,” jawab Olivia.“Silahkan ibu tebus obat untuk bu Olive minum di Rumah nanti,” Dokter memberikan resep obat untuk Olive minum sesampai di rumah nanti.“Baik Dokter.”Selesai menuliskan resep obat. Dokter langsung meninggalkan Bu Susi dan Olivia. Bu Susi segera menuju ke apotek untuk menebus obat Olivia.“Nak, ibu ke apotek dulu ya. Mau nebus obat untuk kamu minum setelah pulang sampai rumah nanti,” ucapnya pada Olivia.“Iya bu. Hati-hati di jalan ya dan cepat kembali,” ujar Oliv yang meminta ibunya untuk berhati-hati.“Iya ibu pasti kembali lagi,” ujarnya pada Olivia.Bu Susi pe
“Sayang ternyata kamu ada disini juga!”“Beberapa hari ini aku mencarimu di rumah tapi tidak ada. Ternyata, kamu berada disini,” ucap seorang wanita.Arsen dan Kinan menoleh ke arah suara wanita tersebut. Ternyata Jesika yang berada di belakang mereka. Arsen merasa geram melihat Jesika yang berada di tempat yang sama dengannya.“Ternyata kau mengikutiku sampai disini! Sampai segitunya ya kamu tertarik padaku. Kemanapun aku pergi kau selalu mengikutiku,” Arsen menatap Jesika dengan raut wajah dingin.“Ah kau salah sayang, aku kesini karena sedang ada pemotretan di pantai ini. Lihatlah disana banyak teman-teman seprofesi denganku,” ucap Jesika yang menunjuk teman-temannya yang berada di tempat yang sama.“Ayo sayang kita pulang saja,” ajak Arsen pada Kinan.“Wah ada wanita hamil di luar nikah ternyata ha ha ha! Nggak malu tuh sama tetangga belum menikah tapi sudah hamil duluan,” ucap Jesika yang menyudutkan Kinan.“Berhenti kamu berbicara seperti itu! Secepatnya aku akan menikahi Kinan.
Pagi ini mereka sudah selesai sarapan. Mereka berniat akan ziarah ke makam sang papa. Batu nisan dengan tulisan Marbun tertera di atas makam tersebut. Mereka menabur bunga diatas makam Papa dan membacakan doa untuk Papa tercinta.“Papa, anak kita Gina sudah kembali. Saat ini dia sudah menikah dan memiliki dua orang anak kembar. Lihat lah anak pertama kita juga sudah menikah dan memiliki seorang istri yang cantik. Aku, anak- anak dan menantu datang kesini ingin ziarah sama kamu Pa. Maafkan Mama yang sudah lama tidak datang kesini, tapi mulai hari ini kita akan sering bertemu Pa. Karena, Mama sudah memutuskan untuk tinggal di kampung. Mama ingin selalu dekat dengan Papa,” ujar Mama Ratih yang menjelaskan pada suaminya yang sudah tiada.Kinan dan yang lainnya merasa sangat sedih mendengar curahan hati Mama pada suaminya yang telah tiada. Kinan mengelus sang Mama dengan penuh kasih sayang.“Mama jangan nangis lagi ya, aku dan Bang Andre akan selalu menjaga dan melindungi Mama,” ucap Kina
Pagi ini Arsen, Kinan, Andre dan Ira sudah siap. Mereka akan mengantar mama Ratih ke kampung halaman. Mengendarai mobil masing-masing. Sepanjang perjalanan mereka asyik mengobrol dan si kembar asyik bernyanyi.“Lihat bang, anak-anak terlihat sangat senang diajak ke kampung halaman,” ujar Kinan yang memperhatikan anak-anaknya.“Iya mereka begitu senang diajak ke kampung.”“Sayang kalian senang ya diajak pulang ke rumah Oma?” tanya Kinan pada kedua anaknya.“Iya Mommy, aku dan adik senang di ajak ke rumah Oma,” ucap Frederick pada sang Mommy.“Kalau adik Nicholas gimana, apakah senang juga kita ke rumah Oma?” tanya Kinan pada Nicholas.“Aku juga senang Mommy, dan sampai disana aku bisa bermain,” katanya yang sudah ingin cepat- cepat sampai di kampung.Kinan tersenyum mendengar celoteh kedua anak kembarnya. Dia merasa bersyukur memiliki kedua anak yang pintar dan Soleh. Selain itu, dia juga memiliki suami yang sangat perhatian padanya dan pada anak-anak juga.“Sebentar lagi anggota kelua
Mereka tiba di rumah Mama Ratih. Kinan, Baby twins dan juga Suster langsung disambut Mama Ratih dan Ira.“Selamat datang cucu Oma tersayang! Sudah lama sekali kita tidak bertemu ya,” kata Mama Ratih pada anak dan kedua cucunya.“Oma! Aku mau makan kue,” rengek Baby Nicolas.“Ayo kita masuk! Oma sudah buat kue untuk cucu-cucu nenek yang ganteng ini,” ucap Mama Ratih yang langsung menemani si kembar masuk.“Bagaimana kabar kak Ira? Apakah semuanya sehat?” tanya Kinan pada kakak iparnya.“Alhamdulillah kabar saya baik, bagaimana kabarmu Bu?” Tanya Ira.“Jangan panggil Ibu dong! Masa Kakak Ipar manggil aku ibu sih! Panggil adik atau panggil nama saja.” Kinan meminta Ira untuk memanggil dirinya dengan sebutan nama saja.“Baiklah aku akan memanggilmu dengan sebutan nama saja,” ujar Ira pada Kinan.“Nah gitu dong, kalau panggil pakai nama kan terlihat lebih akrab,” kata Kinan pada Ira.“Ya sudah kita masuk yuk, aku sudah lapar,” ucap Kinan yang sedikit pelan.“Kebetulan tadi Mama sudah masak
Setelah kematian Pak Rudi, Kinan sering merasa bersalah pada dirinya sendiri. Dia merasa belum bisa jadi anak yang membahagiakan orang tuanya.“Sayang, kamu menangis?” Tanya Arsen pada Kinan.“Aku hanya ingat sama Ayah dan Bunda, aku kangen sama mereka,” ucap Kinan yang meneteskan air mata.“Sebaiknya kamu kirim doa untuk Ayah dan Bunda.” Arsen memberikan saran pada Kinan.“Iya bang, setiap sujudku selalu ku panjatkan doa untuk Ayah dan Bunda,” jelas Kinan pada Arsen.“Iya sayang, apapun yang kamu lakukan, aku akan selalu mendukungmu,” ujar Arsen pada Kinan.“Sudah jangan menangis lagi sayang,” ucapnya pada Kinan.“Iya bang.”Arsen memeluk sang Istri, Kinan yang di peluk pun merasakan kehangatan dari pelukan sang Suami. Kinan bersyukur di saat dirinya terpuruk masih ada sang suami yang memperhatikan dirinya.“Sayang, Abang mau ke kantor dulu ya. Kamu di rumah, jaga kesehatan dan jangan terlalu banyak melamun ya sayang,” pesan Arsen pada sang Istri.“Iya bang, hati-hati di jalan ya. A
“Nggak mungkin Ayah meninggalkan aku! Ini semua bohong kan Bang! Jawab aku bang, jangan diam saja!” Teriak Kinan dengan histeris.“Sayang kamu tenang ya, kasihan baby yang ada di dalam sini kalau kamu nggak tenang sayang,” jelas Arsen pada Kinan.“Ayah,bang, dia sekarang sudah pergi meninggalkan aku, hiks hiks hiks,” ucap Kinan dengan deraian air mata.“Ikhlaskan ya sayang, ini semua sudah takdir dari yang Maha Kuasa, kita harus mengikhlaskan semua yang sudah terjadi,” Arsen menenangkan sang istri.“Ayo kita masuk sayang,” ajak Arsen pada sang istri.Mereka berdua masuk ke ruang operasi yang dimana masih tergeletak jasad Pak Rudi di atas bed pasien. Terlihat senyum di wajah Pak Rudi. Kinan baru saja akan menemui jasad Ayahnya. Namun, Dokter dan Suster meminta Kinan dan Arsen keluar dari ruang operasi.“Pak, Bu, maaf jenazah pasien akan kami pindahkan ke ruang jenazah,” ucap seorang Suster yang akan mendorong bed pasien keluar dari ruang operasi.“Baik Suster, silahkan, “ ujar Arsen ya
Setelah acara pernikahan Olivia, semua keluarga sudah pulang ke rumah masing-masing. Begitu juga dengan Kinan dan keluarga kecilnya telah pulang ke rumah. “Capek banget Bang,” keluh Kinan pada sang suami. “Kalau kamu capek biar Abang gendong ya,” jawab Arsen yang langsung membopong Kinan, dalam pangkuannya. “Terima kasih ya bang, kamu selalu ada di saat aku membutuhkanmu,” ucap Kinan pada sang suami. “Iya sayang, apa pun akan abang lakukan asalkan, kamu dan anak-anak bahagia,” ujarnya pada Kinan. Kinan mengalungkan tangan di leher Arsen. Dia merasa bahagia karena, Arsen memanjakan dan menyayangi dirinya dengan baik. Arsen membawa Kinan masuk ke dalam kamar dan membaringkan sang istri di atas King size yang selama ini mereka pakai memadu kasih. “Sebaiknya kamu istirahat ya, sepertinya baby kita kecapean dan Mommy nya harus beristirahat,” Arsen meminta sang istri untuk beristirahat. “Iya bang, terima kasih ya sudah mau memanjakanku,” ucapnya pada Arsen. “Iya sayang,” jaw
Setelah mempersiapkan semuanya, Rizal dan Olivia pun melaksanakan pernikahannya. Keluarga Rizal datang ke acara pernikahan Rizal. Begitu juga dengan Pak Rudi, Kinanti “Apakah kedua mempelai sudah siap mengikrarkan ijab qabul?” Tanya Pak Penghulu.“Saya sudah siap Pak,” jawab Rizal.“Baik, kalau begitu kita mulai ya,” ucap Pak Penghulu.“Silahkan yang menjadi wali maju dan duduk di samping saya,” ujar Pak Penghulu.Seorang laki-laki paruh baya yang menuju ke depan. Dengan menggunakan kemeja batik dan celana panjang hitam. Dialah Ayah kandung dari Olivia, yang bernama Pak Sunandar.“Apakah Bapak, Ayah kandung dari calon mempelai perempuan?” Tanya Pak Penghulu.“Iya Pak, saya Ayah kandung Olivia.”Semua tamu yang ada disana melihat laki-laki yang akan menjadi wali untuk pengantin wanita. Begitu juga dengan Bu Susi, dia hanya bisa melihat mantan suaminya tersebut.“Mari silahkan duduk disini Pak,” ucap Pak Penghulu pada Pak Sunandar.“Silahkan di mulai Pak,” ucap Pak penghulu.Pak Sunand
Saat ini Indriana sudah berangkat ke luar negri. Dia menempuh pendidikan di Amsterdam. Tanpa ada yang tau jika Indriana pergi karena, ingin memulihkan hatinya yang sempat patah hati.“Semoga Indriana betah disana ya Bang,” ungkap Kinan pada Arsen.“Iya dek, semoga saja dia betah disana,” jawab Arsen pada Kinan.“Bagaimana keadaan Panti asuhan sekarang ini?” Tanya Arsen pada Kinan.“Semuanya baik Bang, tumben kok abang tanya soal panti?” Tanya Kinan.“Jadi begini dek, Abang punya teman dia seorang kontruksi bangunan. Dia menawarkan jasa pada abang untuk pembangunan, nah abang ingat kalau kamu kan kelola Panti Asuhan, apakah rumah Panti perlu di renovasi atau tidak,” jelas Arsen pada sang istri.“Oh gitu, ya memang perlu sih di renovasi bang, namanya juga rumah Panti kan rumah sudah tua peninggalan dari almarhumah Bunda. Jadi menurut aku sih perlu di renovasi panti asuhannya bang,” ujar Kinan yang menjelaskan pada Arsen.“Baiklah kalau begitu, besok abang suruh teman untuk merenovasi ru
Saat ini Indriana sudah mempersiapkan semuanya. Keluarga hari ini sedang berkumpul di ruang keluarga Caniago. Begitu juga dengan Arsen dan Kinan datang ke rumah sang Papi dan Mami. “Kenapa kamu nggak lanjut kuliah di Jakarta aja sih dek?” tanya Arsen yang masih keberatan jika Adiknya kuliah di Belanda.“Bang, aku tuh udah lama banget mau lanjutin study di Amsterdam,” ujar Indriana pada Arsen.“Kalau menurut Papi dan Mami, gimana? Apa Papi dan Mami setuju jika Indriana melanjutkan kuliah di Amsterdam?” Tanya Arsen pada kedua orang tuanya.“Kalau Papi kurang setuju, tapi mau gimana lagi adikmu yang mau untuk kuliah disana,” ucap Papi dengan pasrah.“Ya sudah kalau memang kamu sudah tekad bulat ingin sekolah di Amsterdam ya sudah tidak apa-apa yang penting kamu disana bisa jaga diri dengan baik,” Arsen berpesan pada sang adik.“Baik bang,” jawab Indriana.“Sini nak, baby Frederick dan baby Nicolas biar bermain dengan Papi dan Mami. Kalian bisa beristirahat di kamar,” ucap sang Mami pad