“Tidak…, apapun itu berhenti memikirkan hal yang tidak mungkin,” potong Luca menatap Sarah dengan serius.
“Jangan memikirkan hal lain. Sarah fokus hamil saja. Aku menginginkan anak itu.”
“Tapi kondisi sekarang tidak memungkinkan,” sela Sarah.
“Apa yang tidak mungkin?”
“Deon masih menghilang dan …,”
“Dan apa..?” sela Luca.
“Dan karirku baru menanjak. Fashion show akan berlanjut sampai keliling dunia. Kesuksesan Sarah sudah di depan mata.”
“Sarah sudah berhasil membawa Santika Wedding gown sejauh ini, harus mengurus semua hal. Bagaimana saya bisa mengurus semua itu bila harus dalam keadaan hamil?”
Luca diam sejenak mengontrol emosinya yang sudah sempat naik. Terjadi keheningan diantara mereka. Sampai terdengar ketukan pintu.
“Masuk..,” ucap Sarah melirik ke arah Luca yang memilih duduk menjauh di sofa d
Bab 137Andrew membersihkan kekacauan yang dibuatnya sambil menangis.Melya ingin membantu tetapi dilarang.“Mulai sekarang, kamu diam di dalam kamar atau kamu yang akan saya usir keluar. Untuk pelayan berikutnya tidak ada hak kamu untuk memecat lagi. Semua itu akan menjadi urusan Pelayan,” ucap Castello sambil memandang tajam ke arah Melya.“Bila kamu tidak setuju, maka saya akan senang hati mengembalikan kamu kepada ayahmu,” lanjutnya.Sikap Castello berubah seolah ia tidak membutuhkan pewaris lainnya, Deon adalah sosok yang sudah sesuai dengan pribadinya.“Besok Andrew akan dikirim ke apartemen Bram untuk belajar tata karma yang tidak mampu kamu ajarkan,” lanjutnya sambil melihat ke arah Andrew yang memungut mainannya sambil menangis.“DIAM !!!,” teriak Castello yang berhasil membuat semua orang ketakutan.“Pria tidak gampang mengeluarkan airmata. Itu harus Andrew ingat s
Bab 138Drtt… drt…. Drtt… Ponsel Castello tiba – tiba berbunyi menampilkan nama Deon.Mau tak mau Castello menjawab panggilan.“Berikan Lily kepadaku, aku akan menjadi seorang pewaris yang dapat membanggakanmu,” ucap Deon.“Bagaimana bila saya tidak menerima negosiasi apapun darimu?” tanya Castello kembali menantang.“Dorrr… Dorr…,” suara tembakan kembali mengejutkan Castello.“Saya baru menembak Jenny. Dan saya akan menembak setiap pengawal yang kakek kirim bila itu bukan Lily,” ucap Deon langsung memutuskan pembicaraannya.“KAMU…..,” Castello membanting gawainya.Baru kali ini Castello merasa ditantang. Kemarahannya sungguh memuncak. “Anak itu akan kubunuh saja,” ucapnya kemudian.“Bunuhlah dan kamu akan menyesalinya nanti. Kamu sudah tua dan Dia adalah pewaris sesungguhnya,” ucap Li
Sementara di dalam kamar Melya, ia masih merajuk. Wisnu merasa kesal dan hanya bisa melampiaskannya dengan main game di ponselnya.“Mas, kamu kok ngk perduli sih? Saya mual lho dan kaki ini capek sekali,” seru Melya dengan sebal.“Haizzz, bukankah Mas ngk bekerja sudah hampir dua bulan menemani mu disini? Kalau kaki mau dipijit, kan bisa menyuruh tukang pijit. Tinggal telepon saja. Untuk apa merepotiku, itu menyebalkan tahu?” jawab Wisnu dengan mata tetap memandang ke layar handphonenya.Melya yang semakin kesal hanya bisa merengut kemudian membantingkan pantatnya dengan kesal ke ranjang. Kemudian berusaha tidur.Wisnu melirik sebentar,”Sudah tertidur, merepet saja setiap hari..”Wisnu membuka gallery photo di handphonenya. Terpampang foto Rini, kakak Luca dengan si kecil Michael.“Bagaimana kabar kalian sekarang ya? Aku rindu…,” gumam Wisnu sambil mengelus handphonenya dengan lembut.
Dalam dua hari Sarah sudah menunjukkan keadaan badan yang segar, sementara keadaan Luca sungguh berbanding terbalik.Luca yang kurang tidur dan bekerja terus – terusan untuk mencari Deon mulai kehilangan tenaga dan kesehatannya.Luca juga bersikeras selalu merangkul Sarah dalam tidurnya sehingga ia sendiri juga tidak dapat tidur dengan nyenyak melainkan tangan yang kebas di setiap pagi. Sehingga Luca hanya mampu tidur selama 2 jam setiap harinya.Di suatu pagi yang cerah, tiba – tiba Luca merasa mual dan ingin muntah.Dengan berlari kecil, Luca menuju ke kamar mandi kemudian memuntahkan semua isi perutnya. Perasaannya begitu kacau selama dua hari belakangan ini.Akhirnya ia memutuskan untuk mencari dokter supaya bisa memberikan pengobatan kepadanya karena ia harus kuat. Tugas dan tanggungjawabnya sungguh tidak bisa diwalikan kepada orang lain.“Apakah aku salah makan?” tanya Luca kepada dirinya sendiri di cermin.
Hampir sama seperti mimpi Sarah, nan jauh disana Deon sedang berhadapan dengan beberapa pria dewasa.Deon yang seusai pulang sekolah hendak menikmati suasana berjalan sendirian melewati lorong kecil dengan tujuan untuk mengenali lingkungan sekitar perjalanan ke mansionnya.Deon menghindar dari supir dan pengawal yang sudah menunggunya di depan pintu gerbang.“Bosan sekali selalu diantar jemput, saya tahu kok jalan pulang sendiri. Saya akan singgah di taman bermain sebentar dan membeli es krim,” gumamnya sendiri kemudian memanjat pagar di belakang sekolahnya.Sekitar 15 menit Deon berjalan kaki, ada sebuah taman bermain, Deon duduk di atas ayunan dan bermain sebentar. Ia berusaha mengingat sebuah kenangan tentang mamanya yang seolah pernah berdiri di belakangnya sambil membantu ia mengayun.Suara tawa mamanya masih terdengar lembut dan menyenangkan.Tapi kenangan tu terhapus karena sudah mulai rintik hujan. Deon berlari kecil meng
Giliran Lily melihat ke arah Deon, kemudian berucap,” Ya, binatang memang sudah seharusnya diberi pelajaran.”Mereka pun saling tersenyum, mobil masuk ke dalam halaman rumah. Deon merasa bangga karena kekuatan dan seni bela diri yang ditunjukkan Lily dalam melawan sekelompok pemuda tadi membuat dia terkejut sekaligus kagum. Ternyata tante Lily tidak selemah yang dia anggap lambat dan selalu berlari mengikutinya dari belakang dengan nafas ngos –ngosan.“Mandilah dengan air hangat, Tante sudah menyuruh orang menyiapkannya. Dokter akan datang sebentar lagi untuk mengecek kondisimu, katakan kepada Tante apa yang ingin kamu makan?”Deon berpikir sesaat,” Saya ingin makan bubur hangat yang dimasak tante,” ucapnya sambil berlalu menaiki tangga.Lily tersenyum lalu beranjak ke arah dapur. “Anak ini sebenarnya penuh cinta kasih walau sikapnya dingin sekali,” gumamnya dalam hati.Drttt....,drttt…..
Drtt.. drtt.. ponsel Bram berbunyi, dari bawahannya yang ditugaskan menyelidiki keberadaan Deon di Indonesia.“Maaf Tuan, kami sudah menyelidiki semua jalur di Indonesia, memang ada cukup banyak anak seusia Deon yang menjadi korban penculikan, akan tetapi tidak ada yang mempunyai data sama persis. Wajah juga tidak ada yang sama seperti data foto, kami sudah memperbesar wilayah pencarian sampai ke pulau Sulawesi dan Kalimantan. Semua anggota kami juga sudah mulai kelelahan dan buntu.”“Baiklah, kalian istirahatlah dulu. Dalam 1 minggu kembali mencari,” ucap Bram dengan kesal kemudian menutup ponselnya.“Deon masih belum dapat ditemukan?” tanya Bunga setelah Bram kembali menutup matanya.“Hmm,” Bram menggelengkan kepalanya pelan.“Kasihan sekali anak itu, entah bagaimana nasibnya, sebagai seorang wanita, saya bersimpati dengan perasaan ibunya,” ucap Bunga dengan suara kecil.Bram terd
Tapi saat Luca ingin mencium apa yang terpampang di depannya, ia tiba – tiba merasa mual dengan aroma pada tubuh Desi.Tak dapat dicegah lagi, Luca memuntahkan semua isi perutnya ke bagian depan dada Desi. Semburan muntahan bukan hanya terkena ke bagian depan Desi yang terbuka jelas, tetapi juga ke wajah dan rambut Desi.Desi berteriak dengan jijik.“Arrghhhh…, Tuan, ini- jijik sekali,” serunya dengan suara tinggi.Tepat pada saat itu, Sarah membuka pintu kamar dan pelayan senior berdiri di belakangnya.Desi berusaha menyimpan bagian depannya yang polos dan jorok dengan menggunakan tangannya, karena bajunya sudah terkoyak tak berbentuk.“Tuan…., tuan mabuk dan ia hendak ….,” ujar Desi dengan ketakutan dan berlinang airmata.Sementara Luca tertidur dalam muntahannya di lantai.Sarah menelan ludah dan menutup matanya. Ia berusaha menekan amarahnya.“Pergi sana bersih
Taman yang indah, hijau dan luas tempat pernikahan Luca dan Sarah akan dilaksanakan.“Bunga ini seharusnya diletakkan disana,” ucap Bunga menunjuk ke arah panggung. Pemain musik dan penyanyi sudah disiapkan dan sedang mengalunkan beberapa lagu mellow .Acara akan dilakukan dengan mewah tanpa kehadiran pemuka agama. Karena Castello pasti tidak bersedia hadir untuk merestui pernikahan mereka. Castello masih menentang dengan keras pernikahan Luca. Castello masih merasa terganggu dengan masa lalunya terhadap Kanya. Cinta pertama yang tidak dapat dimilikinya.“Meja untuk menandatangani Akte pernikahan sudah dihias dengan indah,” ucap Bunga kepada Bob.“Baik, terimakasih, Sayang,” jawab Bob sambil memberikan kecupan kecil di kening Bunga kemudian ia beralih sibuk mengurus hal yang lain.Segala jenis makanan yang menggugah selera sudah disusun rapi disepanjang taman.“Bikin lapar,” gumam Bunga sambil
Tidak ada yang tahu bahwa Luca pulang untuk menyelesaikan semuanya. Dia berada di rumah saat ini dan Sarah berada dalam pelukannya“Luca,” sapa Sarah dengan suara kecil.“Hmm…” Terlihat Luca sudah mulai mengantuk. Sarah terdiam tidak ingin melanjutkan pertanyaan yang ingin diutarakannya. Melihat Luca yang sudah pasti lelah bekerja sepanjang harinya.Tapi Sarah tidak dapat terlelap sama sekali walau sudah membalikkan tubuhnya beberapa kali untuk mendapatkan posisi nyaman.Akhirnya Sarah bergerak menuju ke dapur untuk mencari makanan yang bisa menahan rasa laparnya.Luca yang memang sudah tertidur tapi merasa pergerakkan tidak nyaman sang istri akhirnya dengan malas berdiri untuk menyusul istrinya karena khawatir. Memikirkan istrinya sedang hamil tua.Luca menatap Sarah dari jauh. “Malam – malam cari makanan, jangan bilang itu bawaan Rahim,” celutuk Luca ringan.“Mas…&r
“Akan kuhabiskan istrinya kalau dia tidak menepati janjinya untuk melamar dan menikah denganku,” gumam Aninda dalam hati.Wisnu tidak mengerti sedang berhadapan dengan adik mafia yang kejam. Alfredo terkenal dengan kekejamannya dan Aninda terkenal dengan sifat egoisnya. Tidak ada yang tidak bisa dia miliki.Kesabarannnya menunggu Luca sudah cukup lama. Ini adalah saat yang tepat untuk memiliki Luca seutuhnya, Aninda membathin hingga terlelap.Mereka tertidur dengan posisi saling memalingkan tubuhnya secara berlawanan seperti sepasang suami istri yang sedang bertengkar.Drttt. Drt… pagi sekali ponsel Wisnu sudah berbunyi panggilan dari Luca yang membangunkannya. Wisnu meraih ponselnya dengan malas sambil diliriknya Aninda yang masih terlelap disampingnya.“Ya,…” sapa Wisnu sambil menguap.“Apakah dia sudah menandatangani kontrak?” tanya Luca.“Belum,” jawab Wisnu singkat.
“Lapor Tuan, Sir Louis meminta izin bertemu,” sapa seorang asisten Castello dengan sopan.Sir Louise adalah seorang pebisnis di bagian fashion yang sudah memiliki nama di dunia.“Iya, persilahkan masuk saja.”Tak lama kemudian Sir Louis masuk ke dalam ruangan kerja Castello.“Apa kabar, Sir Louis?” sapa Castello kemudian mereka saling berpelukan dengan ramah.“Mohon maaf sebelumnya atas kelancangan saya. Kedatangan saya ke Indonesia adalah karena saya ingin mengadakan event di Bali. Saya ingin menghadirkan produk dari Luca Coorperation. Tapi sudah seminggu ini Luca tidak menjawab email saya. Saya ragu apakah ada hal yang terjadi dengan sahabat saya itu,” tanya Sir Louis.“Tidak…, tidak ada yang terjadi. Luca kuutus ke San Fransisco untuk menyelesaikan sesuatu proyek. Itu saja, nothing special. Mungkin dia sedang sibuk sehingga tidak sengaja mengabaikan Anda. Tapi tidak usah k
Aninda sudah sampai di lobby bawah hotel.“Mas Luca, Aninda sudah dibawah. Mas sudah siap atau Aninda ke atas menunggu?” sapa Aninda melalui ponselnya.“Mas turun aja, tunggu disana,” ucap Leo sambil mengikat dasinya.Melya membantu membetulkan dasi Wisnu yang masih tidak rapi karena terburu – buru.“Mas pergi kencan dulu ya,” ucap Wisnu kemudian memberikan ciuman ke bibir Melya dan perut Melya.“Mas balik malam ini?” tanya Melya penuh harap.“Entahlah, tidak usah menunggu. Mas tidak tahu apa yang akan Mas alami hari ini. Kamu tidur saja, besok kita sarapan bersama ,ok?” ucap Wisnu kemudian menghilang di balik pintu.Wisnu keluar dari lift dan langsung dipeluk oleh Aninda dengan erat.Wisnu masih kebingungan tapi kemudian terpana dengan kecantikan Aninda yang berdiri di depannya saat ini dengan pakaian seksi yang menonjolkan semua lekuk tubuhnya dan belahan terbu
“Dia? Dia siapa?” tanya Wisnu dengan polos.“Sarah dan Aninda…”“Uhh, Mas memilih tidak menjawab. Untuk saat ini masih kamu istriku. Itu saja. Yang lain nanti kuurus, diamlah, biarkan Mas tidur sebentar,” jawab Wisnu sambil memejamkan matanya yang memang sangat mengantuk.Sementara di tempat lain, Luca sedang mengadakan rapat dengan beberapa bawahannya untuk menganalisa semua langkah yang harus dilakukan dalam mendapatkan proyek di San Fransisco. Tidak akan mudah untuk menantang Alfredo Augusta yang sudah menguasai hampir 90% bisnis di San Fransisco.Alfredo tidak akan segan – segan menggunakan jasa kotor untuk menghabisi lawannya. Dengan menguasai adiknya Aninda Augusta, maka setidaknya 50 % saham perusahaan akan menjadi milik bersama, sehingga Luca dapat memperoleh peluang kerjasama bukan menjatuhkan Alfredo.Keinginan Luca adalah menjatuhkan Castello, sang ayah. Maka kerjasama dengan Alfredo adala
Kalau hanya seorang Sarah, Melya tidak takut untuk menghadapinya, tapi dia masih punya kepala untuk memikirkan hal yang membuat ia tidak berani menyentuh cucu Mafia Castello.Akhirnya Melya menyimpan kembali ponselnya dan membatalkan niatnya untuk mengancam Luca. Padahal tadi ia berniat mengancam supaya Luca menuruti dan tidur bersamanya malam ini. Ternyata ambisinya gagal. Melya hanya bisa menelan ludah.Sesampainya di dalam kamar, Luca membaringkan tubuhnya yang lelah. Kemudian ia mencoba untuk menghubungi Sarah kembali. Berharap panggilan sudah diterima dan bisa melakukan video call sejenak untuk melepas kerinduan.….“Halo,” terdengar suara Sarah yang merdu menyapanya. Betapa hati Luca menjadi sangat lega dan terhibur.“Hallo Sarah, bagaimana kabarmu? Saya mencoba menghubungi dari semenjak tiba di sini,” sapa Luca dengan semua perasaan rindunya.“Saya pergi berbelanja kebutuhan rumah dan lupa me
“Hmm,” jawab Melya dengan singkat tanda mengerti.Mobil dibawa sampai ke restaurant mewah di pertengahan San Fransisco yang indah. Luca keluar duluan disusul dengan Aninda.Luca mengandeng tangan Aninda sampai ke restaurant yang sudah dibooking sehingga hanya tinggal mereka sebagai pengujung eksklusif.Makan malam disajikan. Mereka sungguh menikmati makan malam yang lezat dengan mengabaikan keberadaan Melya yang berjarak dua meter dari posisi mereka.Selesai makan malam, Luca dan Aninda berdansa ringan sejenak. Mereka saling berpelukan dan bercengkrama. Sesekali Aninda tertawa ringan dan membisikkan sesuatu di telinga Luca.“Aninda menginginkanmu Luca,” bisiknya halus di telinga Luca saat Luca mengengamnya erat dalam dansanya.Musik yang halus seolah sudah diatur demikian oleh Luca sehingga menciptakan suasana penuh keromantisan.“Saya sudah mempunyai istri,” jawab Luca dengan sopan sambil tersenyum
"Semua perhiasan yang diberikan oleh Nyonya mendiang hilang, astaga ... bagaimana ini bisa terjadi?"“Dia menolak kalung pemberianku tadi, bukan dia… siapa yang mengikuti kita tadi ya?” tanya Pelayan tua kepada dirinya sendiri dengan bingung.s“Pelayan kecil, ada seorang pelayan kecil yang mengikuti kami tadi…” teriak Pelayan tua setelah mengingat – ingat.“Panggil dia sekarang juga !!!” teriak Castello kepada bawahannya yang dari tadi tidak berani masuk ke dalam kamar mereka.“Periksa CCTV,” lanjut Castello.Tak lama kemudian, pelayan bernama Heidi diseret pengawal Castello untuk berlutut di hadapan Pelayan tua dan Castello dengan lutut gemetaran.“Katakan apa yang sudah kamu lihat?” teriak Castello.“Saya tidak melihat apa – apa Tuan.”“Bukan saya yang mengambil Tuan, Tuan boleh memeriksa kamar saya,” jawab Heidi deng