"Oh iya, ntar malem lo siap-siap ya buat dengerin penjelasan Om Firas. Dengerin dulu aja sampe dia selese ngomong, jangan pake nyela. Paham!" lanjut Anggi.
"Oke sip!" sahut Prita mengangkat ibu jarinya.
Kini dua gadis itu melangkahkan kakinya menyusuri koridor sekolah. Mereka berjalan tanpa tahu bahwa ada dua orang yang sedang memperhatikan mereka dari jauh. Dua orang itu, terlihat sedang merencanakan sesuatu. Entah apa yang mereka rencanakan. Hanya mereka berdua dan Tuhan yang tahu. Semoga saja, apapun rencana mereka, tidak akan membuat Prita terluka.
Sampai pada akhirnya jam pelajaran terakhir pun tiba. Dan ternyata, jam terakhir hari ini adalah mata pelajaran bahasa Inggris.
"Kenapa harus pelajaran bahasa Inggris, sih?" keluh Anggi meletakkan kepalanya di meja.
"Emang kenapa, sih, Nggi? Biasanya oke-oke aja lo," tanya Prita melihat Anggi tidak seperti biasanya.
"Sebenarnya, sih, sama mata pelajarannya gue ngga masalah. Tapi ngga tau kenap
"Ehm.. ehm... ehm..."Prita berteriak dalam bekapan seseorang. Ia berontak mencoba melepaskan diri sambil mencari tahu siapa sosok seseorang itu. Namun, seseorang itu tidak membiarkan Prita melihat wajahnya. Ia diseret ke depan lemari besar berisi buku-buku. Entah apa yang seseorang itu lakukan hingga lemari itu berbalik dan kini Prita berada di ruangan yang berbeda."Loh, ko kaya kamar lama, sih?"Kemudian Prita membalikkan badannya setelah seseorang itu melepaskannya."Om Firaaas!" teriak Prita geram."Hehehe, peace!" kata Firas menunjukkan huruf V.Akhirnya rencana Firas untuk mengerjai Prita berhasil dengan sukses."Om Firas apaan, sih. Kebiasaan banget deh ngga jelas kaya gini," ujar Prita mengerucutkan bibirnya."Sengaja," sahut Firas menjulurkan lidahnya.Bukannya marah karena sikap dan ulah Firas. Prita justru berjalan mendekat dan memeluk suaminya yang sedari tadi ia cari-cari.***Jam-jam me
"Apa benar gosip yang beredar di sekolah mengenai kamu?" tanya Pak Irsyad."Emangnya gosip apa yang Bapak dengar?" jawab Prita balik bertanya."Gosip mengenai kamu peliharaan om-om muncul kembali. Waktu itu juga mas pernah memergoki kamu berciuman dengan seseorang di dalam mobil," jawab Pak Irsyad membuat Prita membuka mata dan mulutnya lebar-lebar.Gadis itu benar-benar terkejut dengan apa yang baru saja Pak Irsyad katakan. Ternyata gosip tentang peliharaan om-om kembali mencuat dan semakin menyebar luas di seluruh sekolah. Prita juga merasa tidak pernah berciuman dengan Firas di dalam mobil. Kecuali di hari pertamanya menyandang status sebagai seorang istri. Itu juga karena ia bertengkar dengan Firas."Kenapa diem aja? Apa benar yang mereka katakan?" tanya Pak Irsyad lagi.Prita bisa melihat bagaimana ekspresi wajah Pak Irsyad yang kecewa. Atau memang Prita saja yang salah melihat."Ngga bener sama sekali, Pak. Selain itu, apa ada hal lain
Pak Irsyad keluar ruangan dengan langkah gontai. Ia membayangkan bagaimana khawatirnya dirinya, ketika melihat Prita jatuh pingsan di depan matanya. Ia membopong tubuh Prita berlarian menyusuri koridor sekolah menuju parkiran. Setelah itu ia membaringkan tubuh Prita di kursi penumpang. Dan bergegas menginjak pedal gas menuju rumah sakit terkedat.Bahkan setelah sampai rumah sakit pun, ia kembali berlarian menuju dokter bertugas berada, tanpa mendaftar ke bagian administrasi terlebih dahulu."Dokter... dokter... tolooong!" teriak Pak Irsyad meminta tolong.Ia menoleh ke kanan dan ke kiri, namun tak ada satu pun dokter yang mendekat. Ia meletakkan Prita di sebuah brankar dan bergegas berlarian ke arah sekumpulan dokter, yang entah sedang fokus membicarakan sesuatu."Brengsek! Kalian itu dokter atau ibu-ibu tukang ngerumpi, sih, hah?!" bentak Pak Irsyad melupakan statusnya sebagai seorang guru.Guru itu menarik kerah jas kebesaran seorang dokter
"Prita mana, yah? Ko tumben banget, sih, di halte ngga ada?" batin Firas bertanya-tanya.Kalau saja waktu itu mereka tidak bertengkar. Dan jika setelah bertengkar Firas tidak melupakan ponsel baru Prita. Mungkin saat ini, ia bisa menghubungi istri kecilnya. Meskipun mungkin nanti Pak Irsyad yang akan menjawabnya. Namun setidaknya, ia tidak akan kebingungan menunggu Prita."Apa aku tanya Anggi aja? Mungkin sekarang Prita lagi sama Anggi. Yah, aku telpon Anggi aja buat nanya Prita."[Anggi, kamu lagi sama Prita ngga?][Ngga, Om. Bukannya Prita udah pulang duluan Om Firas yang jemput?][Ini aku lagi di depan sekolah nunggu Prita. Aku pikir dia lagi sama kamu.][Loh, ngga Om Prita ngga sama aku. Tadi pas bel pulang aku ke toilet sebentar. Pas aku balik lagi, Prita udah ngga ada. Karena aku pikir dia udah pulang duluan. Jadi aku langsung pulang naik angkot.][Trus di mana Prita sekarang?][Coba Om Firas cari Prita ke dalam sekolah.]
"Trus di mana Irsyad sekarang, Pak, Bu?""Ada di ruang perawatan," sahut Susilo."Kalo begitu, saya izin permisi Pak, Bu, mau liat kondisi Pak Irsyad," pamit Firas.Ia berbalik arah dengan tangan yang terkepal kuat. Ia sudah tidak sabar ingin melabrak Pak Irsyad, yang ia anggap sebagai biang masalah."Loh, Nak Firas mau ke mana? Apa ngga sebaiknya kita jenguk Nak Zafran dulu sebelum menjenguk Pak Irsyad?" pertanyaan Wati membuat Firas mengurungkan langkahnya.Bukankah Zafran jauh lebih penting daripada kemarahannya terhadap Pak Irsyad. Lagi pula tidak ada gunanya bagi Firas, untuk menemui guru sekaligus mantan idola istri kecilnya itu. Yang ada, ia hanya membuang-buang tenaga saja. Toh, kini Prita sudah menjadi milik Firas seutuhnya. Jadi lebih baik, ia mengabaikan masalah apa saja yang telah ditimbulkan oleh Pak Irsyad."Ya udah Pak, Bu, kita sama-sama jenguk Zafran. Setelah itu, baru kita jenguk Anggi," ajak Firas."Loh, Nak Firas n
"Aduh!" pekik Firas sambil menyentuh perutnya."Kenapa Om?" tanya Prita."Ngga tau nih, perut aku sakit banget. Kayanya gara-gara tadi makan sambel deh," jawab Firas meringis kesakitan.Firas berbohong mengenai sakit perutnya. Ia sengaja mengulur waktu, agar Prita tidak jadi ke ruang perawatan Zafran dan Anggi."Loh, loh, loh. Om Firas gimana, sih? Udah tau ngga bisa makan pedes. Tapi malah makan sambel," omel Prita."Ngga tau kenapa aku lagi pengen yang pedas-pedas. Mungkin bawaan orok kali ya," lanjut Firas berbohong."Yang hamil itu aku, bukan kamu Om Firas.""Bisa aja kali, Ta. Emang kamu ngga pernah liat istri hamil suami yang mengidam?""Ngga. Emang ada?" tanya Prita mengerutkan keningnya."Ada lah. Karyawanku juga banyak yang kaya gitu. Udah ah aku ke toilet dulu," kata Firas hendak melangkahkan kakinya menuju toilet.Entah yang dikatakan Firas benar atau tidak. Yang pasti, kejadian seperti itu banyak diala
"Mau ke mana?" tanya Prita mencekal lengan suaminya."Ngga ke mana-mana cuman mau keluar sebentar," sahut Firas."Ngga usah, di sini aja. Mau ngobrol sama ibunya Anggi aja pake keluar. Apa jangan-jangan ada yang kamu sembunyiin dari aku yah," kata Prita curiga dengan sikap Firas."Ng-ngga ko. Aku ngga nyembunyiin apa-apa dari kamu. Kamu nih yah, hamil malah jadi tambah sensitif begini," sahut Firas mencubit hidung Prita."Ya udah, kalo emang bener ngga ada yang disembunyiin. Om Firas di sini aja ngga usah keluar.""Astaga! Aku harus gimana?" batin Firas kebingungan.Ia tidak tahu harus bagaimana lagi agar Prita mau membiarkannya keluar. Sementara ibunya Anggi sudah menunggu jawaban darinya sedari tadi. Mau tidak mau ia harus mengatakan semuanya di depan Prita."Tapi kamu jangan marah yah?""Tuh 'kan ada sesuatu yang disembunyiin dari aku. Udah cepet jawab tuh ibunya Anggi.""Janji dulu," kata Firas mengangkat jari keling
"Loh, Pak. Ko Prita sama Nak Firas ngga ada? Apa jangan-jangan mereka sudah pulang?" Wati terkejut melihat ruang perawatan putrinya kosong tanpa penghuni."Bapak juga ngga tau, Bu," sahut Susilo mengedikkan bahunya."Ko tega-teganya mereka ngga kabarin kita kalo mereka sudah pulang. Trus kita ngapain ke sini pagi-pagi bawa makanan?" keluh Wati.Pagi-pagi buta, ia sudah bersibuk ria di dapur. Ia sengaja memasak banyak makanan, berencana membawa buah tangan untuk menantunya. Tapi ternyata orang yang dituju malah tidak ada di ruangannya."Ya udah, berhubung kita udah ada di sini. Mendingan kita sekalian jenguk Nak Zafran sama Anggi. Mau ngga Bu?" tanya Susilo."Ya udah ayo! Daripada sia-sia masakan buatanku. Lebih baik kasih Anggi sama Nak Zafran aja."Susilo dan Wati keluar menuju tempat di mana Zafran dan Anggi berada. Sepanjang perjalanan yang hanya menghabiskan waktu lima menit. Wati terus saja mengoceh karena ketidakberadaan pu
"Lepasin, lepasin aku, lepasin aku... " teriak Prita sambil memukul-mukul punggung Firas.Firas keluar kelas dalam posisi membopong tubuh Prita di bahunya. Sepanjang jalan keluar, Prita terus saja berteriak dan berontak. Tanpa menghiraukan semua tatapan orang-orang. Firas pun tetap fokus berjalan menuju halte di mana Zafran berada. Sementara Zafran, ia melihat sang bos keluar dari gerbang sekolah, langsung keluar dan membukakan pintu mobil. Firas bergegas membaringkan tubuh Prita di kursi penumpang. Kemudian, ia langsung ikut masuk dan menutup pintu mobil."Kunci, Za!" perintah Firas."Buka pintu, buka pintunya!" teriak Prita memukul-mukul jendela mobil."Bukaaa... bukaaaaa... " sambung Prita berteriak menatap tajam ke arah Firas."Ntar aku buka kalo udah sampe rumah," balas Firas santai."Rumah? Rumah siapa?" tanya Prita melirik tajam."Rumah kitalah, rumah siapa lagi. Udah, mendingan kamu duduk diem," balas Firas.Prita mengg
Hari demi hari, Firas jalani dengan penuh kesabaran. Demi kesembuhannya dan yang paling penting, demi menjemput kembali ingatan istrinya. Firas tidak pernah menanyakan apapun perihal Prita pada kedua orang tuanya. Ia tahu alasan mereka tidak memberitahukan pada dirinya karena mereka khawatir. Jadi, ia memilih diam dan fokus pada kesembuhannya.Sementara Firas fokus pada kesembuhannya. Prita juga melakukan beberapa tes dan diizinkan pulang setelah dokter memastikan, bahwa ia benar-benar baik-baik saja. Satu Minggu berrlalu, Firas pulih. Begitu pula dengan Prita, yang kembali masuk sekolah. Gadis itu memiliki banyak pertanyaan yang muncul di benaknya.Kenapa tiba-tiba ia berubah menjadi kelas tiga? Kenapa sebentar lagi ia sudah harus menjalani ujian sekolah? Padahal ia baru saja naik kelas dua SMA. Ia terus saja bertanya pada Anggi. Karena selalu diberondong pertanyaan, akhirnya ia mencoba untuk mengingatkan Prita. Namun sayangnya, sahabatnya itu tidak mempercayain
"Mu-mungkin cuman perasaan kamu aja kali. Aku ngga pernah ketemu sama kamu ko," elak Zafran."Iya kali, ya," ujar Prita mengangguk-anggukkan kepalanya."Kalian ngomongin apa, sih, ko kayanya serius gitu?"Anggi keluar dari kamar mandi dan bertanya dengan raut penasaran, melihat suasana ruangan yang terlihat sangat menegangkan bagi Zafran."Pasti kalian ngomongin gue, yah?" selidik Anggi dengan nada bertanya."Ko lo tau, sih. Jadi gini, gue itu nyoba mempromosikan lo sama Aa Za. Barangkali aja kalian cocok," balas Prita blak-blakan."Gila lo yah. Aa Za ngga usah dengerin dia. Prita ini emang orangnya nyablak, bar-bar gitu," ujar Anggi tidak percaya dengan apa yang sahabatnya katakan. Kemudian ia mencoba menjelaskan pada Zafran agar tidak mempercayai ucapan Prita."Sama, lo juga bar-bar. Gue 'kan cuman mau bantu lo aja, Nggi. Biar lo ngga jomblo terus-menerus," sungut Prita memajukan bibirnya."Emang lo kira lo ngga jomblo,
"Keadaan Prita gimana, Mah. Calon anakku baik-baik aja 'kan?" tanya Firas khawatir."Prita sama janin yang ada dalam kandungannya baik-baik aja ko. Udah mendingan kamu istirahat aja, ngga usah mikirin yang lain dulu," sahut Aisyah meminta agar putranya fokus pada kesembuhannya."Firas kangen pengen ketemu Prita, Mah," ujar Firas berusaha bangkit."Awww... " Firas memekik kesakitan sambil menyentuh lukanya."Mamah bilang istirahat dulu ya istirahat dulu. Ngga usah nyesel deh. Kamu itu udah gede bukan anak kecil lagi. Kalo sampe jahitan kamu kebuka lagi gimana?" sergah Aisyah membantu Firas membaringkan tubuhnya."Tapi, Mah... Firas kangen pengen ketemu Prita. Firas mohon!" lirih Firas memohon. Entah mengapa setelah sadar, perasaannya tidak enak. Ia merasa ada yang salah, namun ia tidak tahu itu apa."Pokoknya kalo belom sembuh total, kamu ngga boleh ketemu sama Prita!" sahut Aisyah memutuskan.Sebenarnya, ia tidak bermaksud melarang pu
"Kondisi ini biasanya memerlukan psikoterapi yang berdasarkan analitik psikodinamik dan hanya bisa dilakukan oleh psikiater yang berpengalaman. Psikiater yang mampu melakukan hipnosis juga biasanya bisa membantu pasien dengan kondisi amnesia disosiatif. Jadi, nanti saya akan memberikan rujukan pada psikiater di rumah sakit ini," jawab Dokter Rudi."Baik Dok, terima kasih banyak. Kalo begitu saya permisi mau kembali menemani putri saya," pamit Susilo sambil mengulurkan tangannya yang kemudian disambut uluran tangan Dokter Rudi.Susilo kembali ke ruang perawatan putrinya. Namun sebelum masuk, ia mengatur nafas, mengusap wajahnya, dan mengatur senyum di wajahnya agar tidak terlihat kaku."Kata dokter apa, Pak?" tanya Prita melihat sang ayah kembali."Ngga papa ko, kamu sehat," sahut Susilo menyembunyikan kenyataan yang ada."Bapak keluar dulu yah, bapak pengen nyari udara segar," sambung Susilo ingin menemui kedua besannya karena tadi sudah berjanji u
"Lo serius itu yang lo inget?" tanya Anggi memastikan."Iya. Emang kenapa? Apa ada yang terlewat yang ngga gue inget?" balas Prita mengangguk. Kemudian ia balik bertanya pada Anggi.Anggi tersenyum kikuk tidak tahu harus menjawab apa. Gadis itu dan Wati saling tatap. Mereka jelas-jelas tahu bagaimana kejadiannya. Karena memang Anggi menceritakan segalanya ketika ia menghubungi orang tua Prita. Tapi kenapa? Ada apa dengan Prita?Klek!Susilo dan dokter masuk ke dalam. Kemudian dokter itu langsung melangkah mendekat dan mulai memeriksa mata menggunakan senter, denyut nadi, detak jantung, dan yang terakhir memeriksa kondisi janin. Meski dalam kondisi syok berat, namun kondisi janin di perut Prita dalam kondisi baik-baik saja. Entah apa yang membuat janin itu bertahan dengan begitu kuatnya. Padahal sebelumnya terlihat sangat lemah."Bagaimana kondisi Ibu Prita? Apa ada yang sakit atau dikeluhkan?" tanya dokter."Maaf Dok, saya masih muda baru ke
"Nona bisa keluar sekarang," ujar Pak Polisi mengetuk kaca mobil."Nona? Mau keluar sendiri atau mau kami paksa?" ujar polisi lain.Indira terlihat ragu-ragu. Ia menggigit bibirnya sambil meremas jemarinya. Meskipun demikian, ia tetap membuka pintu mobil dan keluar. Namun sebelum keluar, ia membuka laci mobil sebelah kiri. Ia mengambil benda runcing berukuran kecil dan menyembunyikannya di balik gaun dengan rok mengembang."Mari ikut kami," ajak Pak Polisi agar Indira masuk ke dalam mobilnya.Ketika dua polisi berbalik, wanita itu bergegas berlari ke arah Prita dan Firas berada."Kalo aku ngga bisa milikin kamu, maka dia juga ngga boleh," teriak Indira berlari ke arah Firas dan menusuk perutnya.Firas menoleh bersamaan juga dengan Prita. Mereka berdua tidak tahu apa yang akan Indira lakukan. Setelah mendekat barulah Firas mengetahuinya. Karena kini perutnya sudah berlumuran cairan merah.Srekkk!"Aaa... " teriak Firas terkejut
Semenjak pertama kali mengetahui Firas sudah menikah dengan Prita. Indira mulai menyelidiki asal-usul gadis itu. Ia mencari tahu informasi sedetail-detailnya. Sampai ia menemukan informasi di mana Prita bersekolah. Setelah itu, ia mulai mengawasi Prita melalui detektif swasta. Sampai pada hari ini, ia mendapat kabar bahwa Prita tidak dijemput oleh Firas melainkan oleh Zafran, sekretarisnya. Wanita itu langsung kabur dari lokasi syuting menuju sekolah Prita. Sampai di sana, ia tidak mendapati orang yang ia cari. Kemudian, ia menghubungi detektif swasta sewaannya. Untuk mencari tahu di mana lokasi Prita saat ini. Dan yah, di sinilah Indira saat ini. Memaksa Prita untuk keluar dari mobil dengan alasan ada yang ingin ia bicarakan. Karena Prita tak kunjung keluar, membuat wanita itu nekat. Ia hampir memecahkan jendela mobil jika Zafran tidak memundurkan mobilnya. Tepat ketika Zafran memundurkan mobilnya, Indira jatuh tersungkur karena pijakan kakinya yang tidak seim
"Lo tau ngga kalo Mas Zafran mulai sekarang yang bakal jemput gue?" tanya Prita."Ngga. Emang kenapa?" balas Anggi balik bertanya."Gue denger dari Om Firas, kalo dia ngelakuin itu demi lo. Demi bisa jemput lo pulang sekolah tiap hari."Deg!Ternyata ucapan Zafran kemarin bukan hanya buallan saja. Pria itu benar-benar melakukan semua sesuai ucapannya."Emang ada apa, sih, antara lo dengan Mas Zafran? Apa jangan-jangan lo sama Mas Zafran udah jadian? Tapi lo sengaja nyembunyiin itu dari gue?""Ya Elah lo Nggi, bisa-bisanya lo ngga kasih tau gue. Apa jangan-jangan lo sengaja mau balas dendam sama gue?" sambung Prita menebak.Prita berpikir bahwa Anggi sengaja ingin membalaskan perbuatannya dulu. Ketika ia menikah namun tidak memberitahu Anggi. Padahal kenyataan yang sebenarnya tidak seperti itu. Kenyataannya Zafran hanya ingin membantu Anggi menyembuhkan traumanya. Itu saja dan tidak lebih."Ngga gitu, Ta. Gue sama Aa Za ngga ada