Prita dan Surti menoleh ke asal suara. Dapat dilihat bahwa ekspresi wajah Firas sangat menakutkan. Entah kesalahan apa yang sudah Surti perbuat hingga membuat Firas begitu marah. Surti tergopoh-gopoh berjalan menuju Firas. Tidak ada yang tahu apa yang akan Firas lakukan pada Surti. "Saya, Tuan," kata Surti menunduk. "Kamu tahu kesalahan kamu apa?" Firas bertanya pada Surti tentang kesalahannya. "Tidak, Tuan. Saya tidak tahu kesalahan saya apa," jawab Surti menggelengkan kepalanya. "Kamu lihat, siapa wanita yang baru saja kamu tatap matanya?" tanya Firas bertele-tele. Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa Firas sampai marah begitu. Dan kenapa tidak langsung pada intinya saja. Malah memutar kata-katanya membuat Surti bingung. "Tahu, Tuan. Beliau Nyonya Muda, istri Tuan yang tadi Tuan jelaskan," jawab Surti ketakutan. "Kalau sudah tahu, di mana sopan santunmu, huh?! Berani-beraninya kamu menatap mata istriku," Firas membentak Surti hanya karena kesalahan sepele. Hanya karena menata
Firas kembali fokus menatap layar ponselnya mendengar pertanyaan Anggi. Ia penasaran jawaban apa yang akan ia dengar dari mulut Prita. "Perasaan lo sama Om Firas gimana, Ta?" tanya Anggi. "Gue ngga ada perasaan apa-apa, Nggi, tapi ngga tau nanti," sahut Prita tidak berpikir apa yang akan terjadi pada perasaannya nanti. "Emang lo ngga ada gelenyar-gelenyar aneh gitu pas deket-deket sama Om Firas. Secara dia 'kan ganteng. Dulu aja pas pertama lo liat Pak Irsyad lo bilang gitu," tanya Anggi penasaran."Ngga ada, Anggi. Om Firas sama Pak Irsyad itu beda," sahut Prita membeda-bedakan. "Apa bedanya? 'Kan dia sama-sama ganteng?" tanya Anggi lagi. Ia paling menyukai laki-laki dengan paras tampan. Firas terkejut mendengar jawaban Prita. Mata dan telinganya terbuka lebar penasaran dengan jawaban apa yang akan keluar dari mulut Prita. "Cih! Apanya yang beda? Paling ngga ada apa-apanya dibandingkan denganku," cibir Firas menatap layar ponselnya. "Bedanya itu di saat pertama kali gue ketemu
"Van, Van, Van tunggu!" teriak Rena berusaha menghentikan langkah Vanya yang sangat cepat. "Lo apaan, sih, treak-treak udah kayak di hutan aja deh," keluh Vanya kesal. "Iya, sorry," balas Rena lesu."Kenapa?" tanya Vanya sambil mengerutkan keningnya."Menurut lo, cewek yang di sana itu Prita, bujan?" tanya Rena menunjuk ke sebuah toko baju. "Mana? Lagian ngga penting banget, sih, ngurusin dia," sahut Vanya malas. Sepertinya gadis itu tidak melihat Prita sedang memeluk dan mengecup pipi seorang pria. Jika melihat, pasti akan memiliki ide gila untuk memotret dan menyebarkannya."Et dah ya. Sini dulu apa," kata Rena sambil menarik tangan Vanya. "Iya, iya. Mana?" sahut Vanya malas. "Itu si Prita lagi sama om-om," kata Rena menggerakkan kepala Vanya agar menatap ke arah Prita. "Waow!" Vanya tersenyum dengan manik mata berbinar."Sumpah gue ngga nyangka banget ternyata Prita peliharaan om-om," kata Rena sambil menggelengkan kepalanya melihat Prita mencium Firas. "Gue juga ngga nyangk
"Hahaha... " Firas tertawa terbahak-bahak melihat Prita memejamkan matanya. Gadis itu membuka matanya sedikit demi sedikit. Tiba-tiba perasaan aneh menyelimutinya. Ia merasa kecewa karena apa yang ia pikirkan barusan tidak benar. "Ih, Om Firas apaan, sih! Ngga jelas banget," sungut Prita memajukan bibirnya. "Ini otak isinya apa, sih? Pikirannya ngeres mulu. Apa jangan-jangan kamu ngarep banget yah aku cium," ledek Firas menoyor kepala Prita sambil tersenyum jahil. "Ng-ngga, kok. Apaan, sih, ye... Mending juga dicium sama Pak Irsyad," sahut Prita salah tingkah hingga keceplosan menyebut nama Pak Irsyad. Deg! Jantung Firas kembali bergetar mendengar nama Pak Irsyad disebut oleh Prita. Lagi-lagi pertanyaan mengenai Pak Irsyad kembali muncul di benaknya. Kemudian Prita mendorong Firas dan bergegas keluar. Ia menyentuh pipinya yang menghangat. Entah apa yang ia rasakan saat ini. Yang pasti, ia belum menyadari perasaan aneh apa yang kini muncul secara tiba-tiba. "Hayo, lagi mikirin a
Waktu istirahat pun tiba. Kini, Prita dan Anggi berjalan menuju kantin untuk makan siang. Namun hari ini tidak seperti biasanya yang hanya tenang-tenang saja, karena Vanya tidak akan tinggal diam setelah melihat Prita dan Firas kemarin. "Temen-temen! Gue ngga nyangka loh, ternyata Prita itu peliharaan om-om," teriak Vanya diakhiri dengan tawa mengejek. "Iyah, bener banget. Kalian liat 'kan dada Prita yang menantang? Ternyata ada alasannya di balik dadanya itu loh," teriak Rena melirik ke arah dada Prita. "Emang apa alasannya, Na?" tanya siswa lain. "Alasannya cuman satu, yaitu om-om. Hahaha... " sahut Rena dan Vanya bersamaan. Prita tidak menanggapi semua orang yang menatapnya jijik. Ia melangkah ke depan dengan langkah mantap. Namun baru beberapa langkah, Prita jatuh tepat di depan Vanya. Ia jatuh tersungkur ke lantai karena ada seseorang yang sengaja menyengkat kakinya. Tidak diragukan lagi bahwa seseorang itu adalah Vanya. Satu-satunya orang yang merasa tersaingi karena Prita
"Vanya, Rena, ikut ke ruangan saya sekarang!" ucap Pak Irsyad tegas. "Baik, Pak," jawab Vanya dan Rena bersamaan. Entah apa yang akan Pak Irsyad lakukan setelah melihat perbuatan Vanya dan Rena terhadap Prita. Meskipun ia tidak tahu apa yang membuat Vanya sengaja menyengkat kaki Prita hingga terjatuh. "Duduk!" ujar Pak Irsyad ketika sudah masuk ke dalam ruangannya. Setelah Vanya dan Rena duduk, Pak Irsyad menatap mereka bergantian. Ia tetap berdiri sambil mengetuk-ngetuk meja dengan pulpen. "Sekarang katakan! Apa alasan yang membuat kalian melakukan itu pada Prita?" tanya Pak Irsyad menyelidik. "Kami tidak melakukan apa-apa, Pak," jawab Vanya. "Vanya!" "Itu azab buat seorang peliharaan om-om, Pak," jawab Vanya malas. "Bener banget tuh, Pak, apa kata Vanya. Prita pantes diperlakukan seperti itu," kata Rena menimpali. "Cukup! Maksud kalian apa mengatakan hal seperti itu?" bentak Pak Irsyad tidak terima ada orang yang mengatakan hal buruk tentang Prita. "Emangnya Bapak ngga lia
"Jangan pergi!" lirih Prita mencekal tangan Firas dalam keadaan mata masih tertutup. Karena tidak tega, akhirnya Firas kembali duduk dan membaringkan tubuhnya di samping Prita. Ia menarik tubuh Prita, meletakkan kepalanya di lengannya, dan memasukkan Prita ke dalam pelukannya. Sedangkan sang empu yang memang butuh sandaran merasa sangat nyaman. Ia semakin memperdalam pelukannya hingga wajahnya menempel di dada bidang Firas. Pria itu mengecup kening dan mengusap-usap punggung Prita. Sampai pada akhirnya, rasa kantuk yang kini melanda membuat ia tertidur pulas. *** Dentuman jam dinding menunjukkan pukul dua belas malam. Perut Prita serasa diremas-remas hingga perih. Ia mencoba untuk bangun, tetapi tidak bisa. Ia merasa sesak nafas dan ada yang mengikat tubuhnya kuat-kuat. Perlahan ia membuka matanya dan melihat sosok Firas memeluknya dengan erat. "Aaaaa!" Prita berteriak membuat Firas terlonjak kaget dan terbangun. "Apa? Kenapa? Ada apa?" tanya Firas panik tanpa melepaskan pelukann
"Cuman masalah sepele. Ntar kalo aku udah ngga kuat dan ngga bisa menanggungnya sendiri. Aku bakal cerita dan minta tolong sama Om Firas," sahut Prita merasa bisa mengatasi masalah ini sendiri. "Ya udah, tapi kamu janji ya kalo udah ngga kuat kamu harus bilang sama aku. Apa pun itu dan ngga boleh ada yang ditutup-tutupi," ujar Firas menerima permintaan Prita. Kemudian, ia menoleh ke belakang meminta jawaban dari Prita. "Iya, Om," sahut Prita mengulas senyuman. Sampai di kamar, mereka kembali merebahkan tubuhnya. Sayup-sayup, mata Prita mulai tertutup. Sedangkan Firas, ia melipat kedua tangannya dan menjadikannya sebagai bantal. Ia menatap langit-langit kamar dengan tatapan kosong. Sebenarnya ia sangat penasaran, ingin tau apa yang sudah terjadi pada Prita dan Pak Irsyad. Namun, ia tidak bisa memaksa Prita untuk mengatakannya. Tidak lama Prita tertidur, Firas mendengar suara rintihan. Ketika ia menoleh ke samping, ia melihat Prita merintih sambil mengerutkan keningnya. Ia terlihat s
"Lepasin, lepasin aku, lepasin aku... " teriak Prita sambil memukul-mukul punggung Firas.Firas keluar kelas dalam posisi membopong tubuh Prita di bahunya. Sepanjang jalan keluar, Prita terus saja berteriak dan berontak. Tanpa menghiraukan semua tatapan orang-orang. Firas pun tetap fokus berjalan menuju halte di mana Zafran berada. Sementara Zafran, ia melihat sang bos keluar dari gerbang sekolah, langsung keluar dan membukakan pintu mobil. Firas bergegas membaringkan tubuh Prita di kursi penumpang. Kemudian, ia langsung ikut masuk dan menutup pintu mobil."Kunci, Za!" perintah Firas."Buka pintu, buka pintunya!" teriak Prita memukul-mukul jendela mobil."Bukaaa... bukaaaaa... " sambung Prita berteriak menatap tajam ke arah Firas."Ntar aku buka kalo udah sampe rumah," balas Firas santai."Rumah? Rumah siapa?" tanya Prita melirik tajam."Rumah kitalah, rumah siapa lagi. Udah, mendingan kamu duduk diem," balas Firas.Prita mengg
Hari demi hari, Firas jalani dengan penuh kesabaran. Demi kesembuhannya dan yang paling penting, demi menjemput kembali ingatan istrinya. Firas tidak pernah menanyakan apapun perihal Prita pada kedua orang tuanya. Ia tahu alasan mereka tidak memberitahukan pada dirinya karena mereka khawatir. Jadi, ia memilih diam dan fokus pada kesembuhannya.Sementara Firas fokus pada kesembuhannya. Prita juga melakukan beberapa tes dan diizinkan pulang setelah dokter memastikan, bahwa ia benar-benar baik-baik saja. Satu Minggu berrlalu, Firas pulih. Begitu pula dengan Prita, yang kembali masuk sekolah. Gadis itu memiliki banyak pertanyaan yang muncul di benaknya.Kenapa tiba-tiba ia berubah menjadi kelas tiga? Kenapa sebentar lagi ia sudah harus menjalani ujian sekolah? Padahal ia baru saja naik kelas dua SMA. Ia terus saja bertanya pada Anggi. Karena selalu diberondong pertanyaan, akhirnya ia mencoba untuk mengingatkan Prita. Namun sayangnya, sahabatnya itu tidak mempercayain
"Mu-mungkin cuman perasaan kamu aja kali. Aku ngga pernah ketemu sama kamu ko," elak Zafran."Iya kali, ya," ujar Prita mengangguk-anggukkan kepalanya."Kalian ngomongin apa, sih, ko kayanya serius gitu?"Anggi keluar dari kamar mandi dan bertanya dengan raut penasaran, melihat suasana ruangan yang terlihat sangat menegangkan bagi Zafran."Pasti kalian ngomongin gue, yah?" selidik Anggi dengan nada bertanya."Ko lo tau, sih. Jadi gini, gue itu nyoba mempromosikan lo sama Aa Za. Barangkali aja kalian cocok," balas Prita blak-blakan."Gila lo yah. Aa Za ngga usah dengerin dia. Prita ini emang orangnya nyablak, bar-bar gitu," ujar Anggi tidak percaya dengan apa yang sahabatnya katakan. Kemudian ia mencoba menjelaskan pada Zafran agar tidak mempercayai ucapan Prita."Sama, lo juga bar-bar. Gue 'kan cuman mau bantu lo aja, Nggi. Biar lo ngga jomblo terus-menerus," sungut Prita memajukan bibirnya."Emang lo kira lo ngga jomblo,
"Keadaan Prita gimana, Mah. Calon anakku baik-baik aja 'kan?" tanya Firas khawatir."Prita sama janin yang ada dalam kandungannya baik-baik aja ko. Udah mendingan kamu istirahat aja, ngga usah mikirin yang lain dulu," sahut Aisyah meminta agar putranya fokus pada kesembuhannya."Firas kangen pengen ketemu Prita, Mah," ujar Firas berusaha bangkit."Awww... " Firas memekik kesakitan sambil menyentuh lukanya."Mamah bilang istirahat dulu ya istirahat dulu. Ngga usah nyesel deh. Kamu itu udah gede bukan anak kecil lagi. Kalo sampe jahitan kamu kebuka lagi gimana?" sergah Aisyah membantu Firas membaringkan tubuhnya."Tapi, Mah... Firas kangen pengen ketemu Prita. Firas mohon!" lirih Firas memohon. Entah mengapa setelah sadar, perasaannya tidak enak. Ia merasa ada yang salah, namun ia tidak tahu itu apa."Pokoknya kalo belom sembuh total, kamu ngga boleh ketemu sama Prita!" sahut Aisyah memutuskan.Sebenarnya, ia tidak bermaksud melarang pu
"Kondisi ini biasanya memerlukan psikoterapi yang berdasarkan analitik psikodinamik dan hanya bisa dilakukan oleh psikiater yang berpengalaman. Psikiater yang mampu melakukan hipnosis juga biasanya bisa membantu pasien dengan kondisi amnesia disosiatif. Jadi, nanti saya akan memberikan rujukan pada psikiater di rumah sakit ini," jawab Dokter Rudi."Baik Dok, terima kasih banyak. Kalo begitu saya permisi mau kembali menemani putri saya," pamit Susilo sambil mengulurkan tangannya yang kemudian disambut uluran tangan Dokter Rudi.Susilo kembali ke ruang perawatan putrinya. Namun sebelum masuk, ia mengatur nafas, mengusap wajahnya, dan mengatur senyum di wajahnya agar tidak terlihat kaku."Kata dokter apa, Pak?" tanya Prita melihat sang ayah kembali."Ngga papa ko, kamu sehat," sahut Susilo menyembunyikan kenyataan yang ada."Bapak keluar dulu yah, bapak pengen nyari udara segar," sambung Susilo ingin menemui kedua besannya karena tadi sudah berjanji u
"Lo serius itu yang lo inget?" tanya Anggi memastikan."Iya. Emang kenapa? Apa ada yang terlewat yang ngga gue inget?" balas Prita mengangguk. Kemudian ia balik bertanya pada Anggi.Anggi tersenyum kikuk tidak tahu harus menjawab apa. Gadis itu dan Wati saling tatap. Mereka jelas-jelas tahu bagaimana kejadiannya. Karena memang Anggi menceritakan segalanya ketika ia menghubungi orang tua Prita. Tapi kenapa? Ada apa dengan Prita?Klek!Susilo dan dokter masuk ke dalam. Kemudian dokter itu langsung melangkah mendekat dan mulai memeriksa mata menggunakan senter, denyut nadi, detak jantung, dan yang terakhir memeriksa kondisi janin. Meski dalam kondisi syok berat, namun kondisi janin di perut Prita dalam kondisi baik-baik saja. Entah apa yang membuat janin itu bertahan dengan begitu kuatnya. Padahal sebelumnya terlihat sangat lemah."Bagaimana kondisi Ibu Prita? Apa ada yang sakit atau dikeluhkan?" tanya dokter."Maaf Dok, saya masih muda baru ke
"Nona bisa keluar sekarang," ujar Pak Polisi mengetuk kaca mobil."Nona? Mau keluar sendiri atau mau kami paksa?" ujar polisi lain.Indira terlihat ragu-ragu. Ia menggigit bibirnya sambil meremas jemarinya. Meskipun demikian, ia tetap membuka pintu mobil dan keluar. Namun sebelum keluar, ia membuka laci mobil sebelah kiri. Ia mengambil benda runcing berukuran kecil dan menyembunyikannya di balik gaun dengan rok mengembang."Mari ikut kami," ajak Pak Polisi agar Indira masuk ke dalam mobilnya.Ketika dua polisi berbalik, wanita itu bergegas berlari ke arah Prita dan Firas berada."Kalo aku ngga bisa milikin kamu, maka dia juga ngga boleh," teriak Indira berlari ke arah Firas dan menusuk perutnya.Firas menoleh bersamaan juga dengan Prita. Mereka berdua tidak tahu apa yang akan Indira lakukan. Setelah mendekat barulah Firas mengetahuinya. Karena kini perutnya sudah berlumuran cairan merah.Srekkk!"Aaa... " teriak Firas terkejut
Semenjak pertama kali mengetahui Firas sudah menikah dengan Prita. Indira mulai menyelidiki asal-usul gadis itu. Ia mencari tahu informasi sedetail-detailnya. Sampai ia menemukan informasi di mana Prita bersekolah. Setelah itu, ia mulai mengawasi Prita melalui detektif swasta. Sampai pada hari ini, ia mendapat kabar bahwa Prita tidak dijemput oleh Firas melainkan oleh Zafran, sekretarisnya. Wanita itu langsung kabur dari lokasi syuting menuju sekolah Prita. Sampai di sana, ia tidak mendapati orang yang ia cari. Kemudian, ia menghubungi detektif swasta sewaannya. Untuk mencari tahu di mana lokasi Prita saat ini. Dan yah, di sinilah Indira saat ini. Memaksa Prita untuk keluar dari mobil dengan alasan ada yang ingin ia bicarakan. Karena Prita tak kunjung keluar, membuat wanita itu nekat. Ia hampir memecahkan jendela mobil jika Zafran tidak memundurkan mobilnya. Tepat ketika Zafran memundurkan mobilnya, Indira jatuh tersungkur karena pijakan kakinya yang tidak seim
"Lo tau ngga kalo Mas Zafran mulai sekarang yang bakal jemput gue?" tanya Prita."Ngga. Emang kenapa?" balas Anggi balik bertanya."Gue denger dari Om Firas, kalo dia ngelakuin itu demi lo. Demi bisa jemput lo pulang sekolah tiap hari."Deg!Ternyata ucapan Zafran kemarin bukan hanya buallan saja. Pria itu benar-benar melakukan semua sesuai ucapannya."Emang ada apa, sih, antara lo dengan Mas Zafran? Apa jangan-jangan lo sama Mas Zafran udah jadian? Tapi lo sengaja nyembunyiin itu dari gue?""Ya Elah lo Nggi, bisa-bisanya lo ngga kasih tau gue. Apa jangan-jangan lo sengaja mau balas dendam sama gue?" sambung Prita menebak.Prita berpikir bahwa Anggi sengaja ingin membalaskan perbuatannya dulu. Ketika ia menikah namun tidak memberitahu Anggi. Padahal kenyataan yang sebenarnya tidak seperti itu. Kenyataannya Zafran hanya ingin membantu Anggi menyembuhkan traumanya. Itu saja dan tidak lebih."Ngga gitu, Ta. Gue sama Aa Za ngga ada