"Apa?! Saya ngga salah denger 'kan, Pak? tanya Prita terkejut mendengar ucapan Pak Irsyad. "Ngga dong. Aku sadar, tidak seharusnya aku menahan perasaanku ke kamu. Hanya karena merasa tidak pantas jika seorang guru menyukai, bahkan sampai menjalin hubungan dengan muridnya," sahut Pak Irsyad mengutarakan perasaannya. Prita membuka mata dan mulutnya lebar-lebar. Jika ada lalat di sekitarnya, mungkin bisa masuk ke dalam mulutnya dan tersedak. "Oh My God! Gue ngga salah denger 'kan? Ternyata Pak Irsyad selama ini suka sama gue. Trus apa yang harus gue lakuin sekarang?" tanya Prita dalam hati. "Prit, Prita!" panggil Pak Irsyad sambil mengayunkan tangannya di depan wajah Prita. "Eh, iya Pak. Kita makan yuk, laper nih," ajak Prita tidak ingin membahas lebih. "Ayo!" sahut Pak Irsyad mulai menyiapkan makanan untuk Prita. Setelah selesai makan, Prita hendak kembali ke kelasnya. Namun sebelum itu, Pak Irsyad mencekal tangannya. "Makasih untuk makanannya," kata Prita bangkit berdiri hendak
"Bu-bukan. I-ini ru-rumah om gue," sahut Prita terbata. "Seriusan lo, rumah lo juga di area ini?" tanya Anggi memastikan. "Iya, bener. Cuman kalo rumah gue masih sekitar sepuluh sampai lima belas menit lagi kalo dari sini," sahut Hegar mengira-ngira. Deg! Jantung Prita seakan-akan berhenti berdetak. Kenapa ada kebetulan seperti ini? Kalau sampai Hegar main ke rumahnya tanpa mengabari bagaimana? Yang ada semuanya akan terbongkar. "Kok, kalian bengong aja, sih? Ayo masuk!" ajak Hegar. Akhirnya, mereka semua masuk ke dalam. Prita bergegas membungkam mulut satpam rumah agar tidak memanggilnya nyonya muda. Dan tidak lupa pula, ia pergi ke dapur untuk mengintruksikan pada semua asisten rumah tangganya. Bahwa di depan temannya dilarang memanggilnya nyonya muda. Tapi harus memanggilnya dengan sebutan nona saja. *** Di kantor, Firas sedang penasaran dengan teman Prita yang namanya Hegar. Karena dari kemarin, nama itu selalu terucap dari mulut istri kecilnya. Tidak hanya itu, ia juga pen
"Saya adik dari ayahnya Prita," sahut Firas menyunggingkan senyuman. Firas tidak ingin menunjukkan rasa kecewanya. Ia ingin menunjukkan bahwa ia baik-baik saja. Satu hal lagi, ia tidak ingin membuat Prita merasa bersalah. Karena ia tahu alasan Prita melakukan itu. Dari awal pertama ia melamarnya. Prita tidak ingin ada orang lain yang tahu bahwa ia sudah menikah. "Oh gitu, yah," sahut Hegar menganggukkan kepalanya. "Kepo banget, sih, lo ah," kata Anggi menoyor kepala Hegar. "Emang kenapa? Ngga boleh? Om Firas aja oke-oke aja yang ditanya. Kenapa lo yang sewot," sahut Hegar balas menoyor kepala Anggi. "Eh, Ta? Katanya ada yang mau dibahas sama gue. Jadi ngga?" tanya Anggi masih penasaran. "Ntar aja, ngga enak kalo harus ninggalin Hegar sendiri," sahut Prita. "Ya elah. Lo, sih, pake acara ngikut segala. Udah lo pulang sono udah sore," usir Anggi menyalahkan Hegar. "Gue pulangnya ntar aja ah bareng sama lo," kata Hegar sengaja membuat Anggi marah. "Pulang ngga lo, sekarang?! Ruma
I-ini gu-gue bilang sama Om Firas kalo gue suka sama Hegar. Tapi Hegar sukanya sama lo," sahut Anggi memberi alasan. "Oh jadi gini. Lo lebih milih cerita sama Om Firas daripada sama gue, sahabat lo sendiri. Apa jangan-jangan lo takut gue marah karena lo suka sama Hegar?" tanya Prita menebak-nebak dengan nada kecewa sambil melipat kedua tangannya di dada. "Bukannya gitu. Gue cuman ngga enak aja sama lo," sahut Anggi bangkit berdiri dan menghampiri Prita. Anggi mendekat menyentuh tangan Prita. Ia tahu bahwa sahabatnya merasa diabaikan dan tidak dianggap. Namun baru beberapa menit Anggi bergelayut di lengan Prita. Tangannya sudah dihempaskan begitu saja oleh sang empu. "Lepasin!" bentak Prita menghempaskan tangan Anggi. Bentakan Prita sontak membuat Anggi dan Firas terkejut. Sebesar itukah kesalahan Anggi sehingga membuat Prita marah besar? "Lo marah, Ta sama gue? Serius deh, gue ngga ada niatan buat ngga cerita sama lo. Gue cuman ngga en
"Udah ikut aja. Lebih enak di atas tau. Bisa sekalian tidur kalo udah ngantuk," sahut Firas.Sebenarnya kamar Firas bukan di lantai bawah. Karena waktu itu ia berpura-pura lumpuh. Jadi ia pindah di kamar lantai bawah. Dan sekarang, ia berencana untuk memboyong Prita ke kamarnya di lantai dua. Karena di sana jauh lebih besar dibandingkan kamar yang sekarang."Oh gitu," kata Prita mengikuti Firas dari belakang.Setelah sampai di depan kamar dan Firas membuka pintu. Prita menutup mulutnya yang terbuka lebar. Ia membelalakkan matanya terkejut melihat kamar Firas yang sangat luas."Waaaw... ini kamar apa hotel Om?" tanya Prita berdecak kagum setelah masuk ke dalam."Kamar lah. Ini kamar aku sebelum akhirnya pindah ke bawah. Kamu mau ngga pindah ke kamar ini?" sahut Firas bertanya balik."Mau, Om mau banget," sahut Prita menatap setiap sudut ruangan.Kamar itu jelas jauh lebih besar tiga kali lipat dibandingkan dengan kamar sebelumnya
"Ampun Om, ampun!" teriak Prita kegelian karena Firas menggelitikinya."Ngga ada ampun ampunan. Pokoknya kamu harus terima hukuman kamu," balas Firas semakin bersemangat menggelitiki Prita."Om, seriusan aku udah ngga kuat geli banget. Plis, Om plisss!" kata Prita memohon.Akhirnya Firas menghentikan aktivitasnya dan membalikkan tubuh Prita menghadap ke arahnya. Ia menatap Prita lekat dan langsung menariknya dalam dekapan. Tidak hanya itu saja, setelah itu ia juga mengecup puncak kepala Prita."Nih Om-om nyebelin kenapa yah? Aneh banget," bisik Prita dalam hati. Meskipun demikian, ia tidak menolak dan hanya diam.Firas mencoba meresapi apa yang ia rasakan saat ini. Apakah benar yang Anggi katakan bahwa ia jatuh cinta pada Prita. Makanya saat ini ia mencoba untuk memastikannya."Aduh... " pekik Firas mengaduh kesakitan. Ia melepaskan pelukannya dan menyentuh perutnya."Kenapa, Om?" tanya Prita."Perut aku sakit. Kayanya gara-gar
Meskipun menolak, namun lama-kelamaan Prita merasa nyaman dan tanpa ia sadari sudah berpindah ke alam mimpi."Marah-marah minta dilepasin tapi pules juga. Dasar bocah!" lirih Firas ikut memejamkan matanya dan tertidur.Keesokan harinya, Firas bangun terlebih dahulu karena Zafran datang membawa sepeda pesanannya. Ia bergegas mencuci muka dan sikat gigi. Setelah itu, ia turun ke bawah dan melihat dua sepeda baru terparkir rapi di depan rumahnya."Pagi, Za!" sapa Firas."Pagi juga, Pak," balas Zafran membungkukkan badannya sebagai tanda hormat.Firas memeriksa setiap detail sepeda lipat yang Zafran beli. Dua sepeda dengan model yang sama hanya warnanya saja yang berbeda. Yang satu hitam dan yang satunya lagi pink. Cocok untuk Prita yang masih remaja."Kerja bagus! Sekarang kamu boleh pulang dan tunggu akhir bulan besok akan ada bonus untukmu," kata Firas memberi penghargaan atas kinerja Zafran hari ini. Ia merasa puas dengan sepeda yang Z
Prita mengayuh sepedanya tanpa memikirkan di mana keberadaan Firas. Sepertinya ia lupa bahwa sebelumnya ia pergi bersama dengan seseorang. Ia terus saja mengayuh sepedanya dengan perasaan yang campur aduk."Kenapa? Kenapa gue ngga seneng Pak irsyad ngajak berjuang? Kenapa jantung gue ngga dag dig dug ser lagi buat Pak Irsyad?" gumam Prita dalam hati mempertanyakan perasaannya pada Pak Irsyad.Mengayuh, terus saja mengayuh hingga entah sampai di mana. Karena hatinya sedang gundah, ia tidak memikirkan keberadaannya. Yang ia pikirkan, hanya perasaannya yang entah mengapa tak lagi sama."Ta? Pritaaa!" teriak Hegar melihat Prita melintas di depan matanya."Itu Prita bukan, sih? Ko gue panggilin ngga nyaut-nyaut? Makin kenceng lagi naek sepedanya," bisik Hegar ragu dengan apa yang ia lihat.Meskipun begitu, ia tetap mengejar Prita untuk memastikan penglihatannya."Gue ngga mungkin salah liat. Jantung gue ngga mungkin berdetak pada oran
"Lepasin, lepasin aku, lepasin aku... " teriak Prita sambil memukul-mukul punggung Firas.Firas keluar kelas dalam posisi membopong tubuh Prita di bahunya. Sepanjang jalan keluar, Prita terus saja berteriak dan berontak. Tanpa menghiraukan semua tatapan orang-orang. Firas pun tetap fokus berjalan menuju halte di mana Zafran berada. Sementara Zafran, ia melihat sang bos keluar dari gerbang sekolah, langsung keluar dan membukakan pintu mobil. Firas bergegas membaringkan tubuh Prita di kursi penumpang. Kemudian, ia langsung ikut masuk dan menutup pintu mobil."Kunci, Za!" perintah Firas."Buka pintu, buka pintunya!" teriak Prita memukul-mukul jendela mobil."Bukaaa... bukaaaaa... " sambung Prita berteriak menatap tajam ke arah Firas."Ntar aku buka kalo udah sampe rumah," balas Firas santai."Rumah? Rumah siapa?" tanya Prita melirik tajam."Rumah kitalah, rumah siapa lagi. Udah, mendingan kamu duduk diem," balas Firas.Prita mengg
Hari demi hari, Firas jalani dengan penuh kesabaran. Demi kesembuhannya dan yang paling penting, demi menjemput kembali ingatan istrinya. Firas tidak pernah menanyakan apapun perihal Prita pada kedua orang tuanya. Ia tahu alasan mereka tidak memberitahukan pada dirinya karena mereka khawatir. Jadi, ia memilih diam dan fokus pada kesembuhannya.Sementara Firas fokus pada kesembuhannya. Prita juga melakukan beberapa tes dan diizinkan pulang setelah dokter memastikan, bahwa ia benar-benar baik-baik saja. Satu Minggu berrlalu, Firas pulih. Begitu pula dengan Prita, yang kembali masuk sekolah. Gadis itu memiliki banyak pertanyaan yang muncul di benaknya.Kenapa tiba-tiba ia berubah menjadi kelas tiga? Kenapa sebentar lagi ia sudah harus menjalani ujian sekolah? Padahal ia baru saja naik kelas dua SMA. Ia terus saja bertanya pada Anggi. Karena selalu diberondong pertanyaan, akhirnya ia mencoba untuk mengingatkan Prita. Namun sayangnya, sahabatnya itu tidak mempercayain
"Mu-mungkin cuman perasaan kamu aja kali. Aku ngga pernah ketemu sama kamu ko," elak Zafran."Iya kali, ya," ujar Prita mengangguk-anggukkan kepalanya."Kalian ngomongin apa, sih, ko kayanya serius gitu?"Anggi keluar dari kamar mandi dan bertanya dengan raut penasaran, melihat suasana ruangan yang terlihat sangat menegangkan bagi Zafran."Pasti kalian ngomongin gue, yah?" selidik Anggi dengan nada bertanya."Ko lo tau, sih. Jadi gini, gue itu nyoba mempromosikan lo sama Aa Za. Barangkali aja kalian cocok," balas Prita blak-blakan."Gila lo yah. Aa Za ngga usah dengerin dia. Prita ini emang orangnya nyablak, bar-bar gitu," ujar Anggi tidak percaya dengan apa yang sahabatnya katakan. Kemudian ia mencoba menjelaskan pada Zafran agar tidak mempercayai ucapan Prita."Sama, lo juga bar-bar. Gue 'kan cuman mau bantu lo aja, Nggi. Biar lo ngga jomblo terus-menerus," sungut Prita memajukan bibirnya."Emang lo kira lo ngga jomblo,
"Keadaan Prita gimana, Mah. Calon anakku baik-baik aja 'kan?" tanya Firas khawatir."Prita sama janin yang ada dalam kandungannya baik-baik aja ko. Udah mendingan kamu istirahat aja, ngga usah mikirin yang lain dulu," sahut Aisyah meminta agar putranya fokus pada kesembuhannya."Firas kangen pengen ketemu Prita, Mah," ujar Firas berusaha bangkit."Awww... " Firas memekik kesakitan sambil menyentuh lukanya."Mamah bilang istirahat dulu ya istirahat dulu. Ngga usah nyesel deh. Kamu itu udah gede bukan anak kecil lagi. Kalo sampe jahitan kamu kebuka lagi gimana?" sergah Aisyah membantu Firas membaringkan tubuhnya."Tapi, Mah... Firas kangen pengen ketemu Prita. Firas mohon!" lirih Firas memohon. Entah mengapa setelah sadar, perasaannya tidak enak. Ia merasa ada yang salah, namun ia tidak tahu itu apa."Pokoknya kalo belom sembuh total, kamu ngga boleh ketemu sama Prita!" sahut Aisyah memutuskan.Sebenarnya, ia tidak bermaksud melarang pu
"Kondisi ini biasanya memerlukan psikoterapi yang berdasarkan analitik psikodinamik dan hanya bisa dilakukan oleh psikiater yang berpengalaman. Psikiater yang mampu melakukan hipnosis juga biasanya bisa membantu pasien dengan kondisi amnesia disosiatif. Jadi, nanti saya akan memberikan rujukan pada psikiater di rumah sakit ini," jawab Dokter Rudi."Baik Dok, terima kasih banyak. Kalo begitu saya permisi mau kembali menemani putri saya," pamit Susilo sambil mengulurkan tangannya yang kemudian disambut uluran tangan Dokter Rudi.Susilo kembali ke ruang perawatan putrinya. Namun sebelum masuk, ia mengatur nafas, mengusap wajahnya, dan mengatur senyum di wajahnya agar tidak terlihat kaku."Kata dokter apa, Pak?" tanya Prita melihat sang ayah kembali."Ngga papa ko, kamu sehat," sahut Susilo menyembunyikan kenyataan yang ada."Bapak keluar dulu yah, bapak pengen nyari udara segar," sambung Susilo ingin menemui kedua besannya karena tadi sudah berjanji u
"Lo serius itu yang lo inget?" tanya Anggi memastikan."Iya. Emang kenapa? Apa ada yang terlewat yang ngga gue inget?" balas Prita mengangguk. Kemudian ia balik bertanya pada Anggi.Anggi tersenyum kikuk tidak tahu harus menjawab apa. Gadis itu dan Wati saling tatap. Mereka jelas-jelas tahu bagaimana kejadiannya. Karena memang Anggi menceritakan segalanya ketika ia menghubungi orang tua Prita. Tapi kenapa? Ada apa dengan Prita?Klek!Susilo dan dokter masuk ke dalam. Kemudian dokter itu langsung melangkah mendekat dan mulai memeriksa mata menggunakan senter, denyut nadi, detak jantung, dan yang terakhir memeriksa kondisi janin. Meski dalam kondisi syok berat, namun kondisi janin di perut Prita dalam kondisi baik-baik saja. Entah apa yang membuat janin itu bertahan dengan begitu kuatnya. Padahal sebelumnya terlihat sangat lemah."Bagaimana kondisi Ibu Prita? Apa ada yang sakit atau dikeluhkan?" tanya dokter."Maaf Dok, saya masih muda baru ke
"Nona bisa keluar sekarang," ujar Pak Polisi mengetuk kaca mobil."Nona? Mau keluar sendiri atau mau kami paksa?" ujar polisi lain.Indira terlihat ragu-ragu. Ia menggigit bibirnya sambil meremas jemarinya. Meskipun demikian, ia tetap membuka pintu mobil dan keluar. Namun sebelum keluar, ia membuka laci mobil sebelah kiri. Ia mengambil benda runcing berukuran kecil dan menyembunyikannya di balik gaun dengan rok mengembang."Mari ikut kami," ajak Pak Polisi agar Indira masuk ke dalam mobilnya.Ketika dua polisi berbalik, wanita itu bergegas berlari ke arah Prita dan Firas berada."Kalo aku ngga bisa milikin kamu, maka dia juga ngga boleh," teriak Indira berlari ke arah Firas dan menusuk perutnya.Firas menoleh bersamaan juga dengan Prita. Mereka berdua tidak tahu apa yang akan Indira lakukan. Setelah mendekat barulah Firas mengetahuinya. Karena kini perutnya sudah berlumuran cairan merah.Srekkk!"Aaa... " teriak Firas terkejut
Semenjak pertama kali mengetahui Firas sudah menikah dengan Prita. Indira mulai menyelidiki asal-usul gadis itu. Ia mencari tahu informasi sedetail-detailnya. Sampai ia menemukan informasi di mana Prita bersekolah. Setelah itu, ia mulai mengawasi Prita melalui detektif swasta. Sampai pada hari ini, ia mendapat kabar bahwa Prita tidak dijemput oleh Firas melainkan oleh Zafran, sekretarisnya. Wanita itu langsung kabur dari lokasi syuting menuju sekolah Prita. Sampai di sana, ia tidak mendapati orang yang ia cari. Kemudian, ia menghubungi detektif swasta sewaannya. Untuk mencari tahu di mana lokasi Prita saat ini. Dan yah, di sinilah Indira saat ini. Memaksa Prita untuk keluar dari mobil dengan alasan ada yang ingin ia bicarakan. Karena Prita tak kunjung keluar, membuat wanita itu nekat. Ia hampir memecahkan jendela mobil jika Zafran tidak memundurkan mobilnya. Tepat ketika Zafran memundurkan mobilnya, Indira jatuh tersungkur karena pijakan kakinya yang tidak seim
"Lo tau ngga kalo Mas Zafran mulai sekarang yang bakal jemput gue?" tanya Prita."Ngga. Emang kenapa?" balas Anggi balik bertanya."Gue denger dari Om Firas, kalo dia ngelakuin itu demi lo. Demi bisa jemput lo pulang sekolah tiap hari."Deg!Ternyata ucapan Zafran kemarin bukan hanya buallan saja. Pria itu benar-benar melakukan semua sesuai ucapannya."Emang ada apa, sih, antara lo dengan Mas Zafran? Apa jangan-jangan lo sama Mas Zafran udah jadian? Tapi lo sengaja nyembunyiin itu dari gue?""Ya Elah lo Nggi, bisa-bisanya lo ngga kasih tau gue. Apa jangan-jangan lo sengaja mau balas dendam sama gue?" sambung Prita menebak.Prita berpikir bahwa Anggi sengaja ingin membalaskan perbuatannya dulu. Ketika ia menikah namun tidak memberitahu Anggi. Padahal kenyataan yang sebenarnya tidak seperti itu. Kenyataannya Zafran hanya ingin membantu Anggi menyembuhkan traumanya. Itu saja dan tidak lebih."Ngga gitu, Ta. Gue sama Aa Za ngga ada