Bryan tiba-tiba memeluk ketiga temanya hingga mereka berpelukan layaknya teletubbies.Tentu saja Lucas, Jack, dan Rey auto saling berpandangan satu sama lain. Yang terlintas di benak mereka saat ini sama, yaitu ada apa dengan Bryan?"Bryan? Are you okay?" tanya Rey mencoba memberanikan dirinya bertanya pada Bryan.Bryan melepas pelukannya dan menatap ketiga temanya dengan bingung, "Aku baik-baik saja, memangnya kenapa? Kenapa kalian kelihatan bingung seperti itu?" Bryan melepaskan pandangan pada tiga orang itu bergantian."Kau sehat kan?" Lucas mendekat dan menempelkan punggung tangannya di dahi Bryan, untuk memeriksa apakah suhu tubuh Bryan sedang tinggi atau tidak.Bryan dengan segera menepis tangan Lucas dari dahinya, "Tentu saja sehat, kalian ini apa-apaan sih?""Kurasa kau perlu di bawa ke dokter untuk periksa, Bryan." Imbuh Jack yang masih memasang muka bingungnya."Kalian itu yang kenapa, dasar aneh!" seru Bryan melihat ketiga temanya yang malah seperti orang bodoh di matanya.
Sampai akhirnya, mobil yang Bryan kemudikan berbelok. Dia memarkirkan mobilnya dan turun untuk membukakan pintu dan mempersilahkan Belle turun.Tak lupa, dia juga membawakan barang-barang Belle, ke dalam rumah sambil satu tangannya yanh lain menuntun tangan Belle."Tuan sudah pulang?" Sapa bibi pengurus rumah yang membukakan pintu rumah untuk Bryan dan Belle.Bryan menunjuk ke arah garasi mobilnya, "Iya bi, minta tolong ya di mobil ada satu koper lagi, tolong di ambil dan bawakan ke kamar saya.""Iya tuan."Setelah Bryan melangkah masuk, dia pun segera melaksanakan apa yang tuannya minta. Bryan pun membawa Belle ke kamarnya, dan bukan kamar tamu."Tunggu, apa ini kamarmu?" tanya Belle setelah melihat foto Bryan dan keluarganya, terpajang di atas nakas yang ada di kamar itu.Bryan dengan santainya meletakkan koper di tangannya dan mengangguk, "Tentu saja ini kamarku.""Lalu kenapa kau membawaku kesini, bukan ke kamar tamu?"Bryan merebahkan tubuh lelahnya di ranjang besar itu sambil be
Belle dan Bryan sedang berbaring di ranjang yang sama saat ini.Bryan tampak sudah menutup matanya, sedangkan Belle masih melamun sambil menatap langit-langit kamar itu.Hela napas kasar terdengar, "Apakah yang ku lakukan ini benar? Jika saja ayah dan ibu tidak pergi meninggalkanku secepat itu, mungkin saja kehidupanku tak akan sekacau ini. Ayah, Ibu, kuharap kalian bahagia disana. Doakan kesembuhan kakak, dan doakan Belle juga agar bisa mendapat kehidupan yang lebih baik," batin Belle seolah dia sedang berbicara dengan mendiang ayah dan ibunya.Sejujurnya, Belle sangat berharap dirinya bisa keluar dari lubang hitam tak berujung itu. Tapi sepertinya itu terlalu sulit untuk dia lakukan seorang diri. Mungkin seharusnya dulu, dia tak membuat perjanjian dengan pasar gelap.Belle kembali menghela nafasnya. Dia mulai menyesali keputusan yang dulu pernah ia ambil. Namun mau bagaimana lagi, dia juga terpaksa melakukan hal itu karena keadaan yang mendesak.Dia mengubah posisi tubuhnya menghada
"Ma, sudahlah. Aku tidak ingin buru-buru. Aku akan menunggu sampai Belle siap," sahut Bryan yang justru membuat situasi semakin runyam, bagi Belle."Apa dia gila? Bukanya menyangkal bahwa aku bukan pacarnya, dia malah bicara seperti itu!?" batin Belle mengumpati Bryan.Angel yang sejak tadi tampak menahan tawa pun akhirnya angkat bicara, "Jangan gugup seperti itu, kak. Mama tidak akan memakanmu. Kakakku ini tidak pernah dekat dengan seorang gadis, apalagi sampai membawanya pulang. Kau adalah yang pertama, kak. Makanya mama buru-buru dateng kesini, untuk bertemu dengan gadis yang sudah berhasil mencairkan si kutub es ini." Jelas Angel seraya melirik pada kakaknya, yang berakhir mendapat sentilan di keningnya oleh Bryan.Belle hanya bisa tertawa geli, melihat tingkah kakak beradik itu. Kekonyolan mereka membuatnya teringat pada sanag kakak, yang terbaring koma di rumah sakit."Dasar kau ini, mana ada adik yang menjatuhkan kakaknya sendiri? Tidak bisakah kau sedikit memuji kakakmu ini di
Belle mengangguk, "Itu salah satunya. Dan tentu saja juga tentang pekerjaanmu, Bryan. Kau sendiri tahu pasti pekerjaanmu mengharuskanmu, untuk menangkapku dan menjebloskanku ke penjara, bukan menangkapku untuk kau jadikan istri. Jika atasanmu tahu identitasku, dia tak akan membiarkan hubungan kita Bryan. Kita tak akan bisa hidup tenang dengan diburu oleh dua kubu sekaligus." Jelas Belle dengan sedikit tatapan sendu mengarah pada Bryan.Bryan berkata dengan sangat serius menangkup ke dua pipi Belle, "Apapun itu akan ku lewati semuanya untukmu, Belle. Sesulit apapun itu. Apakah kau mau mencobanya? Melewati batu sandungan terbesar kita bersama? Mengambil jalan paling sulit, bersamaku?"Bryan menatap Belle dengan harapan Belle akan mengiyakan.Ucapan Bryan yang terdengar serius dan tulus, membuat Belle akhirnya luluh. Dia menggenggam erat tangan Bryan dengan seulas senyum tipis terbit di wajah cantiknya."Iya. Kita masih punya hari-hari tenang sampai pasar gelap mengetahui hubungan kita.
"Astaga! Bagian tubuhku yang mana kira-kira yang akan menjadi bagaian pertama yang akan kau hilangkan jika aku berbuat kesalahan?" tanya Bryan yang tidak merasa terintimidasi, namun dia tetap berpura-pura untuk sedikit tertekan."Hmm... Juniormu mungkin." Jawab Belle seraya menunjuk ke arah junior Bryan dengan tatapan seorang pshyco.Seketika bulu kuduk Bryan meremang, dia benar-benar merasakan bahwa gadis di hadapannya itu sangat mengerikan.Bryan mendekatkan wajahnya ke arah Belle dan berbisik, "Kalau kau memotong juniorku, lalu bagaimana aku akan membuatmu puas sayang?""Oh, tenang saja. Masih ada terong dan timun yang siap menggantikan posisi juniormu, sayang." Jawab Belle sambil berbalik mendekati wajah Bryan, membuat Bryan perlahan mundur hingga dia berbaring di ranjang itu, dengan Belle mengungkung tubuhnya.Bryan menjerit dalam hati, "Astaga! Gadis ini benar-benar membuatku semakin jatuh cinta!" Bryan menatap Belle dengan memperlihatkan senjata andalanya yaitu mata anak anjing
Belle sudah selesai makan dan juga mandi. Bryan yang sudah siap sedari, tadi sedang menunggu Belle di ruang tengah sembari menonton televisi."Bryan, kau sudah siap?" panggil Belle yang baru saja turun dari kamarnya dan sedang berjalan menghampiri BryanBryan beranjak dari duduknya, "Iya, aku sudah siap dari tadi. Apa kita akan berangkat sekarang?""Iya. Aku takut kita membuat mereka menunggu terlalu lama." Belle melenggang keluar dari rumah itu bersama Bryan menuju garasi.Bryan mulai melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, sambil memutar musik."Sebenarnya apa yang ingin si Leo Leo itu katakan? Sepertinya sangat penting. Mungkin sebaiknya, aku menunggu di luar saja nanti."Bryan berpikir kalau Leo mungkin ingin membicarakan soal misi kelompok mereka, jadi akan lebih baik jika dia tak ikut."Tidak. Jika itu tentang misi atau tentang kelompok kami, seharusnya aku yang mengundang mereka, karena aku ketuanya." Jawab Belle dengan yakinnya."Astaga, kau benar. Aku hampir lupa kalau pa
Tentu saja agar Leo bisa lebih cepat menyerah dan menghapus nama Belle dari dalam hatinya, lalu mengukir nama Stella secara permanen didalamnya."Kenapa kau menatapku Leo? Semua keputusan ada di tangan Belle, aku yes dengan apapun keputusannya."Belle berdecak kesal dan menatap tajam pada Bryan, "Memangnya orang tuamu akan setuju kalau kita menikah tiba-tiba? Apa mereka tidak akan marah?"Bryan sambil menyentuh hidung Belle, dan mengingaatkan gadisnya itu pada pertanyaan mamanya semalam. "Kau lupa? Semalam mama bertanya padamu kapan kita menikah? Dia akan sangat senang jika kita menikah secepatnya.""Baiklah, Aku yes jika orang tua Bryan setuju."Bryan bertanya dengan mata berbinar menatap Belle, "Kau serius sayang?"Belle mengangguk sebagai jawaban. Karena dia sudah serius memberikan Bryan kesempatan untuk memperjuangkan hubungan mereka, maka tidak ada salahnya jika ikatan itu dibuat lebih awal. Itu menurut Belle.Sedangkan Bryan, tentu saja sangat bahagia dibuatnya. Tidak tanggung-t