Seven kini tengah asyik menontonplis memvideokan adegan panas dua manusia di hadapanya itu, terlebih lagi kini mereka telah benar-benar menyatu. Jeritan kesakitan yang tadi sempat terdengar pun, kini sudah berganti dengan jeritan-jeritan kenikmatan dari keduanya."Hah.. hah.. hah.. D.. lubangmu sangat rapat, hah.. hah.. batangku serasa mau remuk." Celoteh C yang sudah benar-benar di buat terbang ke angkasa, karena efek virus mesum ciptaan Kevin itu."Rudal pukgoksongmu itu yang terlalu besar sialan.. kau membuat lubang pembuanganku serasa mau sobek." Umpat D yang masih merasakan sedikit nyeri di lubang pembuanganya, meskipun kini rasa itu sudah bercampur dengan rasa nikmat, di tambah oleh efek virus mesum itu."Bagus.. bagus.. teruskan, kalian terlihat seksi saat saling mengumpat." Gumam Seven yang tertawa geli, sambil memvideokan ke dua manusia yang sudah berada dalam keadaan sadar, dan tidak sadar itu."Eh tunggu dulu, aku lupa menanyakan pada tuan Kevin, sekuat apa efek obat ini? T
"Wow!! Amazing!! Ternyata dia seorang samurai yang hebat?" Gumam Belle saat menyaksikan, momen ke dua kepala yang terpisah dari badanya, dengan sangat cepat dan rapi itu."Aku bahkan tidak melihatnya berlatih samurai sebelum ini, tapi ternyata dia seorang samurai yang semengerikan itu..? Sepertinya aku akan memberinya tugas membunuh tanpa jejak, setelah semua ini berakhir." Ujar Bryan yang juga kaget, karena dia tidak pernah tahu kemampuan samurai Five sebelum ini. Yang dia tahu, Five hanyalah seorang yang pendiam, tapi dia selalu sukses dalam semua misinya."Kurasa kau harus lebih mengenal semua bawahanmu, sayang..? Para elitemu ini benar-benar sangat mengerikan, aku tidak sabar melihat kejutan apa lagi yang akan di tunjukkan para elitemu ini, sayang." Ucap Belle dengan senyum manis tergambar di wajahanya."Ku rasa kau benar sayang, aku harus mengintrogasi ulang para bawahanku, dan menanyakan semua tentang mereka, dan tentang pekerjaan mereka dulu, sebelum mereka bekerja padaku. Kare
Suara dentingan dari benturan dua pisau pun terdengar, pisau terbang si G pun terlempar dan menancap pada sebuah pohon, dengan segera si G berusaha menarik kembali tali pisau terbangnya, agar pisau itu kembali padanya. Namun sialnya pisau itu menancap terlalu kuat, karena terlalu besarnya tenaga yang Three gunakan untuk menangkis pisau terbang itu tadi."Sialan..! Aku tidak bisa menarik kembali pisau ini.." Gumam si G dengan wajahnya yang mulai panik, apalagi saat melihat wajah Three yang sudah berubah menjadi sangat mengerikan."Hyaa...!" Melihat si G sudah tidak bisa di harapkan, si H pun berlari maju dengan gaya yang seolah ingin menebas Three, menggunakan kapaknya."Dasar bodoh!!" Sarkas Three yang bukan hanya tidak menghindar dari serangan itu, namun dia justru menahan tangan H yang memegang kapak, lalu tanpa berkedip dia memotong tangan H hingga putus, dan terpisah dari tubuhnya."Aaaa!!!" Jerit H saat merasakan sakit tak terhingga, karena lenganya yang putus begitu saja, hanya
"Astaga mengerikan sekali... ternyata emak-emak mode ngamuk akan semengerikan ini? Wah.. wah.. benar-benar tidak boleh main-main dengan emak-emak, untung saja Bryan sudah pergi, kalau tidak, jika dia melihat ini, dia akan semakin shock dan muntah sepanjang hari seperti ibu hamil." Monolog Kevin sambil mengganti fokus kameranya, ke kamera yang berada di tempat Two.Kevin pun mengawasi para elite, lebih tepatnya menonton. Dia menonton sambil makan camilan, seolah dia sedang menonton film thriller di bioskop, padahal film yang kali ini di tayangkan, semua adeganya real.Nyawa yang melayang, dan semua proses pembunuhanya juga real. Namun semua itu seolah tak mengganggu Kevin sama sekali, dia sadar jika dia tak membunuh mereka, pasti mereka yang akan membunuhnya.Kekuatan dan kekuasaan adalah segalanya di dunia modern ini, nyawa manusia tak lebih berharga dari nyawa seekor hewan, harga diri manusia sudah tidak ada lagi, kecuali dia memiliki kekuatan dan kekuasaan.Hukum rimba yang dulunya
"Shhhtt.. diamlah, apa kau ingin membongakar semua aibku, hah?" Kesal Seven sambil membungkam mulut Eight."Ehmm.. ehm.." Ronta Eight sambil memukul-mukul tangan Seven, hingga akhirnya terlepas."Sadarlah, kita semua sudah tau kegilaanmu itu. Siapa juga yang membongkar aibmu, tanpa aku bongkar pun semuanya memang sudah tau." Ketus Eight sembari mengelap bibirnya, yang barusan di bekap oleh Seven."Cih!! Tanganmu itu bau terasi." Gumam Eight sambil melirik sinis pada Seven."Nye.. nye.. nye.." Ejek Seven yang memandang jengah pada Eight."Sudahlah jangan berdebat terus! Kevin, bisakah kita melihat tayangan ulang CCTV, dan menyaksikan langsung kegilaan apa yang Seven lakukan?" Tanya One lagi, karena Kevin belum menjawab pertanyaanya tadi."Boleh, tapi aku tidak akan ikut menonton. Aku sudah sangat lelah, kalian bisa melihatnya sendiri di ruang kontrol." Jawab Kevin, yang kemudian menguap karena sudah merasakan kantuk, berbeda dengan para elite yang terbiasa tidak tidur seharian, Kevin p
Akhirnya mereka bertujuh pun memilih kembali ke dalam kamar mereka untuk beristirahat, dan sesampainya mereka di dalam kamar, Seven yang menjadi buah bibir mereka bertujuh sejak tadi, sudah berada di sana. Dia sudah berada di ranjangnya, dan bahkan sudah tertidur pulas sambil tersenyum dan mengigau tentang wanita cantik."Wanita cantik, he.. he.. tunggu aku menjemput kalian ya." Igau Seven dalam tidurnya, yang auto membuat ketujuh orang temanya geleng-geleng kepala."Lihatlah, di otaknya itu hanya ada uang, dan wanita saja. Benar-benar, mungkin kita harus mencarikan seorang pacar untuknya, yang bisa membuatnya sembuh dari kebiasaan buruknya itu." Celetuk Three, sambil berjalan menuju ranjangnya sendiri."Tapi masalahnya, apa ada wanita yang bisa dan sanggup menangani si pembuat onar ini, belum lagi kalian tahu kan? Dia saja bisa membuat 5 wanita malam kewalahan dalam sekali waktu, bagaimana mungkin satu orang bisa menahan hal seperti itu?" Jawab One yang juga sudah bersiap berbaring d
"Rumus?" Tanya Jessy dan Anne dengan kompaknya, plus nada kaget."Ya.. aku menggunakan rumus fisika, menghitung kecepatan tembakan, kecepatan angin, dan..." Ucapan Stella yang terpotong oleh Anne, yang menempelkan jari telunjuk di bibirnya."Sudahlah Stella, jangan di lanjutkan. Aku sedang tidak berminat untuk belajar rumus fisika yang rumit itu." Ucap Anne dengan senyumnya yang di paksakan, agar Stella tak melanjutkan pelajaran fisikanya pada Anne dan Jessy."Ehmm? OK, tapi rumus fisika kan tidak serumit itu.." Gumam Stella dengan wajah lugunya."Astaga, teenyata pengetahuan semacam itu juga berguna untuk hal semacam ini?" Batin Jessy yang masih sulit percaya dengan apa yang Stella katakan, namun dengan kepolosan, kejujuran, dan keluguan Stella, dia tak mungkin berbohong."Ayo Stella kita ganti baju, dan lanjutkan latihan bela diri." Ajak Jessy sambil merangkul pundak Stella."Ya." Jawab Stella dengan semangatnya, dia memang sangat menyukai latihan bela diri, semenjak Leo mengajariny
"Hey sayang, apa yang sedang kalian bicarakan? Bagaimana hasilnya tadi? Kau tidak sampai melukai gadis kecil menyebalkan itu kan?" Tanya Sky pada Anne."Di luar perkiraanku, Stella sangat mahir dalam menembak. Dan bahkan mungkin kemampuan yang dia miliki itu, bisa setara dengan Belle." Jawab Anne yang membuat Sky melongo seketika."Apa? Kau tidak bercanda kan, Anne?" Tanya Max yang juga kaget mendengarnya, namun berbeda dengan Max dan Sky yang terkejut ketika mendengarnya, Leo justru memasang wajah yabg biasa saja, sambil memberikan dua jempol utnuk istrinya."Tanyakan saja pada Jessy, jika kau tidak percaya." Jawab Anne."Sayang? Bisa jelaskan apa yang terjadi?" Tanya Max pada Jessy."Stella menembak 2 kali, dan kau tahu Max? Dia menembak tepat di titik yang sama, titik pusat oapan target, jadi dengan 2 peluru, dia hanya membuat satu lubang, itu adalah ketepatan yang sangat luar biasa. Dan baru saja, dia bahkan melawanku sambil mempelajari setiap gerakanku, saat melakukan latih tandi