Sesampainya di penginapan bertepatan dengan jam makan malam, Belle dan Bryan pun mengajak yang lainya untuk makan malam bersama.
Sekaligus menyampaikan keputusan mereka untuk mengakhiri honey moon mereka lebih cepat dari jadwal yang sudah di atur.Kini mereka pun sudah berkumpul di meja makan panjang, duduk berdampingan dengan pasangan masing-masing.Berbagai macam masakan chinese telah terhidang rapi dan nampak menggugah selera di atas meja makan itu, dengan dihiasi beberapa lilin yang juga di tata rapi di atas meja itu.Mereka pun menikmati makan malam mereka dengan keheningan dan khidmat, tanpa ada yang berani membuka obrolan.Semua itu karena mereka melihat raut wajah Belle yang terlihat suram dan tidak bahagia.Jadi mereka tau Belle tidak sedang dalam mood yang baik malam ini, sehingga mereka memutuskan untuk diam dan menunggu Belle sendiri yang mengatakan ada apa denganya malam ini.Hampir setengah jam berlalu dengan keheningan, hanya suara sendok d"Waw! Sepertinya banyak juga yang belum aku tahu tentangmu sayang." Sindir Belle sambil memperhatikan Bryan yang tengah menerbangkan sendiri helikopter itu."Hmm, masih banyak memang, kau akan tahu dan lihat lebih banyak hal yang bisa suamimu ini lakukan sayang." Balas Bryan sambil tersenyum geli menatap Belle yang memandang kagum dirinya."Tapi bukankah kita sama sayang? Awalnya aku tahu kau adalah wanita yang begitu menggoda dan membuatku tertarik. Lalu kau menambahkan title ketua kelompok pencuri kelas kakap yang menjadi tujuan misiku, lalu tidak cukup sampai disitu saja, sekarang kau menambah daftar titlemu sayang. Yaitu seorang ilmuwan, bahkan kau sudah menciptakan virus-virus yang mengerikan. Dan mungkin, kau masih akan menambah daftar titlemu nantinya." Sindir balik Bryan yang di jawab kekehan oleh Belle.Karena yang di ucapkan Bryan memang sepenuhnya benar, dan memang tidak menutup kemungkinan kedepanya Belle akan kembali menambah title di dalam namanya."Buk
Saat ini Belle pun tengah berkutat dengan tabung-tabung reagen di Labnya, dia memperbaiki bebeapa hal yang dia rasa kurang tepat dari penelitian yang di lakukan oleh Kevin.Dan pada step terakhir, sebelum Belle meng uji coba penawar yang sudah rampung di teliti olehnya dan Kevin itu, dia tak lupa menambahkan setetes darahnya sebagai bahan baku penting penawar itu.Kevin pun di buat takjub dengan reaksi penawar itu saat bercampur dengan darah Belle di dalamnya."Wah, nona Belle sepertinya penawar ini sudah rampung, nona bisa langsung mencobanya sekarang." Ucap Kevin dengan girangnya, karena dia yakin 100% penawar yang di buatnya dengan sentuhan akhir dari Belle itu sudah sempurna."Sebenarnya aku ingin menguji ini lebih dulu padamu. Ehm, tapi sayangnya aku tidak punya sample virusnya. Ha ha ha." Kekeh Belle menggoda Kevin.Namun tetap saja membuat Kevin bergidik ngeri, saat mendengar dirinya akan kembali di jadikan tikus percobaan oleh Belle."Tidak nona, teri
"Uhmm... aw sakit sekali.." Meringis menahan sakit sambil memegangi kepalanya yang terasa sangat berat."Sayang.. kau sudah bangun? Apa kepalamu masih sakit?" Memegangi pundak Belle dan nampak sangay khawatir padanya."Siapa kau? Dan dimana aku? Kenapa aku bisa ada disini?" Tanyanya saat menatap pria itu dan kemudian dia memutar matanya, meneliti setip sudut ruangan itu yang tampak sangat asing baginya."Hey sayang, tenanglah dulu okey? Dokter bilang kamu mengalami amnesia karena trauma akan kejadian berdarah saat insiden itu, insiden saat pembantaian keluargamu. Dan aku hanya menemukanmu yang selamat saat itu. Aku menemukanmu sedang merinkuk ketakutan di dalam lemari." Jelas pria itu dengan raut wajah yang berubah dari panik ke sedih."Apa maksudmu? Insiden? pembantaian? apa maksudnya semua itu!?"Belle pun mulai histeris dan mencengkram kuat kepalanya, dia marah, bingung, sedih karena dia tak bisa mengingat apapun tentang hal yang di jelaskan oleh pria itu.
Genap 5 tahun sudah, Belle berada di pulau itu dan berkutat dengan hal yang sanga5 dia sukai.Namun, akhir-akhir ini Belle juga mulai jenuh dengan keseharian yang tak ubahnya seorang narapidana. Tak bisa keluar dari pulau itu dan menjalani hidupnya seperti orang-orang normal lainya.Dan Kevin pun melihat gelagat aneh Belle selama beberapa hari ini, dia merasa kasihan pada Belle. Karena dia tahu apa yang Belle inginkan.Belle memang selalu terbuka padanya. Dia tak pernah ragu untuk menceritakan tentang keinginanya untuk melihat dunia luar, dan tidak terus terkekang di penjara berlebel rumah, bagiya itu."Nona Belle, apapun yang terjadi, aku akan melindungimu, mendukungmu, dan juga membantumu semampuku. Aku tak akan melupakan pertolonganmu padaku dan keluargaku, nona. Aku pasti akan membalas kebaikanmu itu, meski jika harus dengan nyawaku." Ucap Kevin dengan yakin di dalam hatinya.Tangan Kevin terkepal erat sambil menatap Belle yang tengah duduk, sambil melamun di sofa panjang ruangan
"Belle? Sayang? Kau bisa mendengarku? Kau tidak apa-apa kan? Ayolah jangan menakuti, sayang. Aku tidak bisa kehilanganmu."Bryan merengek sambil duduk di sebelah ranjang Belle, setelah sadar sebentar tadi, Belle kembali pingsan dan dibawa kembali ke kamarnya oleh Kevin.Dan kini Bryan lah yang menjaga Belle, sedangkan Kevin kembali ke Lab dan meneliti sesuatu yang mungkin bisa di gunakan jika ada keadaan di luar dugaan yang terjadi pada Belle.Bryan masih dengan setia menemani dan menunggu Belle hingga sadar, sedangkan Belle sendiri kini tengah berselancar di alam bawah sadarnya, mengingat kembali semua memori masa lalunya yang sempat hilang itu.Belle mengingat semua hal di masa lalu, namun dia masih belum tau tentang rencana besar apa yang tuan neraka alias Gabriel atau pun Gael itu rencanakan, dan juga apa penyebab pembantaian keluarganya terjadi.Itu masih menjadi misteri yang belum terpecahkan, serta masalah besar yang tengah mengintainya saat ini.Mulai dari Hyuga kemudian anak
"Siapa kau? Apa kau kemari karena di utus oleh Iblis itu? Kau ingin membantai keluargaku bukan?" Jawab Arthur yang berusaha bersikap tenang, meskipun fikiranya terus mengkhawatirkan kedua anaknya saat ini."Iblis? Apa kau menyebut dirimu sendiri, tuan Arthur?" Tanyanya balik sambil tersenyum sinis.Senyum misterius yang terlihat begitu meremehkan, senyum itu terlihat karena topeng yang di pakainya hanya menutupi bagian atas wajahnya saja."Apa maksudmu, tuan? Jika bukan iblis itu yang mengutusmu kesini, lalu siapa kau? Dan apa mau serta tujuanmu berkunjung ke rumahku dengan cara seramah ini, tuan?"Arthur masih tetap berusaha bersikap tenang, meskipun sejujurnya dia menyadari jika pria di depanya benar-benar ingin membunuhnya saat ini. Tapi dia juga sadar, jika dirinya tak akan bisa melarikan diri dari hal itu."Ya ya ya, aku mengerti. Kau mungkin sudah lupa siapa aku tuan, tapi aku tak akan pernah melupakan wajahmu! Wajah seorang pembunuh!" sarkasnya dengan nada yang sengaja dia teka
Gabriel dan Belle pun akhirnya tiba di markas Gabriel, yaitu di pulau rahasia atau yang biasa mereka sebut dengan pulau kembar.Pulau ini dinamakan sebagau pulau kembar, karena sebenarnya pulau ini terdiri daru dua buah pulau berbeda.Namun, jarak antara kedua pulau ini cukup dekat. Terlebih lagi, bentuk dari dua pulau ini hampir sama persis. Sehingga tak menghetankan jika pulau itu dinamakan sebagai pulau kembar.Gabriel menggendong Belle ala bridal style dan membawa masuk ke dalam kamarnya.Dia meletakkan Belle dengan perlahan dan hati-hati ke atas ranjang besar nan mewah miliknya.Untuk sesaat, Gabriel menatap dalam wajah Belle dan tersenyum samar. Benar-benar samar. Bahkan senyum itu tak akan terlihat, jika saja tak dilihat dengan sangat teliti.Sesaat kemudian, Gabriel tampak mengeluarkan ponselnya. Dia mencari nomor kontak seseorang dan menekan tombol call.Drtt...Drtt...Drtt...Di saat yang sama, di pulau sebelah."Woy hp lu bunyi tuh! Cek dulu siapa tau penting," celetuk seo
"Siapa gadis ini, Gab? Kenapa kamu menyuruhku untuk membuatnya lupa, kejadian apa yang sudah terjadi hari ini? Memangnya kejadian mengetikan apa yang sudah terjadi padanya hari ini,Gab?"Henry berjalan mendekati tubuh Belle yang masih terbaring tidak sadarkan diri di atas ranjang besar milik Gabriel itu.Namun, dibalik pertanyaannya itu, dia sebenarnya sudah bisa sedikit banyak menebak jika gadis cantik di hadapannya itu, baru saja mengalami kejadian yang sangat mengerikan. Dan dia memiliki dugaan yang kuat, jika dalang dibalik kejadian itu bukanlah orang lain, melainkam Gabriel sendiri.Gabriel menatap Belle yang masih terbaring, "Hanya masalah kecil, bukan sesuatu yanh perlu kau pikirkan. Aku hanya baru saja membunuh kedua orang tua gadis ini dan juga menyandera kakaknya hari ini."Gabriel dengan entengnya mengakui kejahatan, yang sudah dia perbuat pada keluarga Belle.Dan yang lebih gila lagi, dia bersikap biasa saja seolah tanpa beban. Bahkan untuk sekedar rasa bersalah saja, tak