"Siapa gadis ini, Gab? Kenapa kamu menyuruhku untuk membuatnya lupa, kejadian apa yang sudah terjadi hari ini? Memangnya kejadian mengetikan apa yang sudah terjadi padanya hari ini,Gab?"Henry berjalan mendekati tubuh Belle yang masih terbaring tidak sadarkan diri di atas ranjang besar milik Gabriel itu.Namun, dibalik pertanyaannya itu, dia sebenarnya sudah bisa sedikit banyak menebak jika gadis cantik di hadapannya itu, baru saja mengalami kejadian yang sangat mengerikan. Dan dia memiliki dugaan yang kuat, jika dalang dibalik kejadian itu bukanlah orang lain, melainkam Gabriel sendiri.Gabriel menatap Belle yang masih terbaring, "Hanya masalah kecil, bukan sesuatu yanh perlu kau pikirkan. Aku hanya baru saja membunuh kedua orang tua gadis ini dan juga menyandera kakaknya hari ini."Gabriel dengan entengnya mengakui kejahatan, yang sudah dia perbuat pada keluarga Belle.Dan yang lebih gila lagi, dia bersikap biasa saja seolah tanpa beban. Bahkan untuk sekedar rasa bersalah saja, tak
"Ehmhh..."Suara lenguhan yang terdengar lirih pun mulai terdengar. Dan suara yang sangat familiar itu, alhasil membuat Bryan yang tengah tertidur di samping tubuh Belle sambil memeluknya pun, terbangun dari tidurnya.Hari ini, genap tiga hari sudah Belle tidak sadarkan diri. Dan sudah selama tiga hari tiga ini juga, Bryan dengan setia dan penuh perhatian menjaga dan merawat Belle.Kevin juga sudah melakukan semua yang Belle minta, dan untungnya semua itu berhasil. Belle perlahan mulai membuka matanya kembali."Belle, sayang. Kau sudah bangun? Bagaimana perasaanmu? Apa ada yang terasa tidak enak?"Rentetan pertanyaan dari Bryan pun, terlontar dengan segera saat Belle sudah membuka kedua matanya dengan sempurna."Ehm." Belle menganggukkan kepalanya kemudian berkata, "Bisakah ambilkan aku minum dulu, sebelum kau memberondongiku dengan semua pertanyaanmu itu, sayang?" tanya Belle menyindir sambil nyengir kuda kearah Bryan yang ada di sampingnya."Oh maafkan aku, sayang. Aku terlalu senan
Setelah menyelesaikan acara mandi yang membuat tubuhnya terasa lebih bugar dan nyaman, Belle pun mengajak Bryan dan Kevin ke ruangan pribadinya yang ada di dalam laboratorium.Belle sengaja mengajak mereka berkumpul untuk membahas rencana yang akan mereka lakukan selanjutnya, karena tak mungkin bagi mereka untuk terus bersembunyi di tempat itu.Belle sangat yakin, dengan kemampuan, kekuatan dan kekuasaan yang orang itu miliki, Cepat atau lambat orang-orang yang di kirim oleh tuan neraka alias Gabriel itu, pasti akan menemukan mereka.Maka dari itu, sebelum hal itu benar-benar terjadi, Belle ingin mempersiapkan rencananya. Mulai dari rute pelarian, penyerangan balik, pertahanan, bala bantuan, perlengkapan, dan semuanya.Dia butuh untuk memikirkan dan merencanakan semua aspek yang akan dia butuhkan nantinya dengan sangat matang."Kenapa kau ingin berbicara di tempat ini sayang? Tidak bisakah bicarakan ini di dalam villa saja?" Tanya Bryan yang belum mengerti maksud dan tujuan Belle meng
Malam yang sunyi dan gelap pun mulai datang.Belle dan Bryan pun tampak sudah tertidur pulas di atas ranjang mereka, saling berpelukan memberikan kehangatan yang mereka butuhkan di malam yang terasa amat dingin itu.Hawa dingin itu seolah memberikam tanda kalau alam pun tau hal besar, berbahaya, dan sulit seperti apa yang akan menghampiri Belle dan Bryan dalam waktu dekat.Suara-suara binatang malam pun, tak ada yang terdengar sama sekali di malam ini, seolah mereka turut sedih dengan nasib sepasang pengantin baru itu.Karena sebagai pasangan pengantin baru, mereka seharusnya tengah merayakan hari bahagia dengan canda tawa dan kemesraan mereka.Namun takdir justru berkata lain. Tuhan memberikan mereka jalan yang sangat terjal, sulit, curam, dan juga sangat berbahaya.Namun itulah pilihan mereka sendiri. Mereka rela berkorban demi memperjuangkan cinta mereka.Meski mereka sadar kalau akan ada banyak sekali halangan, rintangan, dan cobaan yang siap menghampiri dan menguji seberapa besar
Tak terasa, tiga hari sudah berlalu bagi Belle dan Kevin. Mereka melewati hari-hari itu dengan berkutat pada tabung-tabung reaksi di lab rahasia, milik Belle.Kini hasil jerih payah dan kerja keras mereka kini sudah membuahkan hasil. Mereka berdua sudah membuat berbagai macam jenis virus, yang mungkin saja akan mereka butuhkan, nantinya.Beberapa jenis virus itu, mereka masukkan ke dalam botol kecil. Untuk membedakan antara virus yang satu dan yang lainnya, mereka memasukkan virus itu ke dalam botol dengan warna dan kode yang berbeda, untuk mengetahui jenis virus apa itu.Sementara mereka berdua sibuk dengan lab dan virus mereka, Bryan juga tak tinggal diam begitu saja.Dia terus mengomando anak buahnya, untuk menyiapkan tempat-tempat persembunyian miliknya yang lain.Dia melakukan hal itu, untuk berjaga-jaga seandainya saja ada kejadian tidak terduga di tempat yang Belle rencanakan.Selama beberapa hari ini, Bryan benar-benar mengabaikan panggilan dan pesan yang sudah beratus-ratus b
"Apa semua barang yang harus kita bawa sudah di masukkan ke heli, kak Kevin?" tanya Belle pada Kevin.Kevin yang saat itu tengah menikmati kopi hitam di pagi hari bersama Bryan di bangku yang berada di halaman villa itu, pun langsung menoleh kearah Belle dan menganggukkan kepalanya."Sudah, aku sudah membawa semua yang di butuhkan. Lebih baik kita makan dulu sebelum berangkat, aku akan memasak untuk kalian. Jadi kalian tunggu saja disini, kalau masakanya sudah matang aku akan memanggil kalian untuk makan bersama." Ucap Kevin sembari beranjak dan berjalan masuk ke dalam villa.Mendengar perkataan Kevin sontak saja membuat Belle sedikit terkejut, "Memangnya kau bisa memasak kak?" tanya Belle dengan ekspresi yang tampam meragukan kemampuan memasak kakak angkatnya itu.Kevin langsung menggelengkan kepalanya sambil berdecak kesal, mendengar pertanyaan Belle. Apalagi wajah yang terlihat sangat meremehkan dirinya itu."Sepertinya masih banyak hal yang belum kau tahu dan pahami tentangku, adi
Mereka bertiga pun memulai perjalanan panjang mereka menuju tempat persembunyian, sekaligus gudang senjata rahasia milik Belle.Karena saat ini, mereka hanya mempunyai senjata yang memang selalu setia Bryan bawa kemanapun, sebagai alat perlindungan diri. Itupun hanya dua buah pistol.Tapi jika saat di udara mereka mendapatkan serangan, mereka masih bisa membalasnya dengan senjata yang memang terpasang di helikopter itu.Untungnya, heli itu termasuk salah satu heli yang paling canggih dalam hal persenjataan.Salah satunya, di bagian bawah heli itu terdapat peluncur rudal dan jiga senapan mesij khusus, yang bisa di kendalikan melalui tombol-tombol pengendali yang ada di kokpit.Begitu pula di bagian atas heli pun juga tersedia, dan masih ada beberapa senjata lagi yang sengaja dirancang untuk melengkapi helikopter yang biasanya memang difungsikan sebagai alat penyerang itu."Sayang, aku penasaran seperti apa gudang senjata rahasiamu itu. Dan kau tau? Aku berekspektasi sangat tinggi pada
Perjalanan melalui jalur udara yang betlangsung selama beberapa jam itu, tentu saja terasa sangat melelahkan bagi mereka bertiga. Terlebih lagi untuk Bryan yang mengemudikan helikopter itu.Tapi untungnya, heli yang mereka tumpangi kini akhirnya hampir sampai, di tempat yang mereka tuju."Apa masih jauh?" tanya Kevin yang sudah merasa sangat lelah, dan tentu saja bosan karena sedari tadi mereka hanya diam tanpa mengobrol lagi.Bukan karena mereka tak mau, hanya saja mereka bahkan sudah kehabisan bahan pembicaraan yang bisa menjadi pengusir rasa bosan mereka.Belle pun tersenyum kecil saat mendengar pertanyaan Kevin dan juga raut wajah Kevin, yang tampak suram itu.Dia pun memberikan jawaban yang auto membuat raut wajah Kevin berubah, seratus delapan puluh derajat dari yang sebelumnya. "Tidak, kita sudah hampir sampai." Belle menunjuk ke sebuah hutan rimba yanh besar dan berkata, "Kau lihat hutan di bawah itu? Itulah tempat tujuan kita."Namun, ekspresi lain justru tampak di wajah tamp