Jessy tersentak kaget saat Taehyun mengalihkan pembicaraan dengan hal yang tak berkaitan dengan pembicaraan sebelumnya. Gadis itu mengernyitkan dahi, namun begitu sadar pertanyaan itu arahnya kemana, ia meneguk ludah paksa sembari tersenyum canggung."Eh? Kenapa jadi membahas itu, tuan? Bukannya kita sedang membahas Bunny dan sikap anda pada saya?"Terry menyipitkan mata cokelatnya dan menatap Jessy dengan tatapan mengintimidasi, seraya menyelidik milik wajah Jessy yang berubah drastis. Setidaknya, Terry bisa melihat bibir Jessy yang terlihat kaku saat tersenyum ataupun nada gagap yang dikeluarkan oleh gadis itu."Kita memang sedang membahas kelinci cokelatmu itu. Tapi aku penasaran mengapa tiba tiba laci kamarmu kau kunci. Apa aku salah bertanya seperti itu? Atau mungkin kau menyembunyikan sesuatu dariku?" Tanya Terry bertubi tubi dengan nada menuntut, meminta Jessy untuk bicara dan menjelaskan semuanya.Jebakan. Jessy melihat pertanyaan itu adalah umpan untuk membuatnya bicara. Sang
"Bau alkohol pada tubuh anda itu melekat dengan kuat sekali. Apa anda tak merasakannya sedikitpun?" Tanya Jessy sambil menutup hidungnya menggunakan tangan setelah sebelumnya membilas mulutnya menggunakan air. Sebelah tangannya ia gunakan untuk menjepit hidung, dan tangan lainnya digunakan untuk menahan Bunny yang akan melompat ke bathtub.Terry berdiri dan mulai mengendus tubuhnya sendiri, dimulai dari ketika sampai tangan. Pria itu menatap Jessy sambil tertawa kecil saat mengetahui bau yang dimaksud oleh boneka kesayangannya itu."Ini bukan bau alkohol, boneka kecil," ujar Terry pelan sambil membuka bajunya hingga menampilkan tubuh bagian atasnya yang begitu kekar dan berotot. Bahu yang begitu lebar cocok untuk bersandar, otot lengan yang kuat ditambah dengan otot perut berbentuk 6 kotak yang menggoda kaum hawa. Selain itu, terdapat tato berbentuk macan berwarna hitam di punggung pria itu, membuat Terry terlihat makin seksi dan jantan disaat yang bersamaan."Huwaa kenapa anda membu
"membunuh? Apa maksud anda?"Wajah Jessy berubah menjadi pucat pasi saat mendengar kata mengerikan itu lolos begitu saja dari mulut Terry dengan begitu mudah. Tubuh gadis itu membeku sejenak dengan detak jantung yang seolah berhenti berdetak saat itu itu juga. Pupil mata itu terlihat mengecil dengan raut wajah terkejut yang begitu kentara di wajah bonekanya.Terry menyeringai melihat boneka kecilnya terdiam. Raut wajah ketakutan itu adalah hal yang paling ia sukai dari Jessy. Saat bibir Terry hendak menyentuh bibir milik Jessy, gadis itu menghalangi bibirnya dengan telapak tangan. Hal ini membuat Terry mencium telapak tangan milik Jessy. Pria itu menatap tajam gadis dalam dekapannya karena berani mengganggu hal menyenangkan yang akan ia lakukan. Cengkraman tangan Terry pada dagu Jessy sedikit ditekankan, membuat ringisan kesakitan lolos dari mulut Jessy."Kau berani sekali ya mengganggu kegiatanku, boneka kecil. Apa kau ingin bernasib sama seperti gadis yang sudah kubunuh tadi pagi?"
"White Tiger?"Jessy mengulang perkataan yang Terry ucapkan barusan. Mata gadis itu membulat dengan dahi mengernyit. Mata hijau miliknya melirik ke arah kiri atas, berusaha mengingat nama itu. Bukannya apa, tapi Jessy pernah mendengar nama kelompok itu beberapa kali. "Iya, White Tiger. Itu adalah kelompok Mafia yang menguasai daerah Los Angeles," jawab Terry santai sambil menyilangkan kakinya. Pria itu tampak tak kedinginan ataupun canggung saat bertelanjang dada di hadapan Jessy yang notebene adalah seorang perempuan. Malah, Terry suka melihat rona kemerahan yang tercipta di pipi Jessy akibat ulah nakalnya itu. "Kau pernah mendengar sesuatu tentang kelompok itu?""Pernah. Tapi aku tak yakin apakah kelompok yang kudengar ini sama dengan yang kau maksud, Tuan," ujar Jessy sambil tersenyum tipis dengan nada canggung yang begitu manis. Jemari mungilnya bertautan satu sama lain sambil mengalihkan tatapannya pada Bunny yang masih anteng berada dalam pangkuannya.Terry tertawa tertahan me
Terry tertawa kecil melihat riak terkejut yang terlukis di wajah Jessy. Mata hijau gadisnya itu membulat lucu mirip seperti anak rusa, begitu jernih dan juga murni dengan mengedip beberapa kali seperti boneka. Mulut Jessy juga sedikit terbuka dengan gerakan tangan yang terhenti saat mengelus Bunny, si kelinci coklat kedatangannya. "Anda serius?" Tanya Jessy merasa tak percaya dengan apa yang ia dengar. Terry menganggukkan kepalanya dengan cepat untuk menanggapi pertanyaan yang diberikan oleh tawanannya itu."Iya, tentu saja aku serius. Kau pikir aku bercanda?""Tidak, bukan begitu," ujar Jessy dengan nada tak enak. Gadis itu menggaruk pipinya yang tak terasa gatal selama beberapa kali, merupakan sinyal jika ia tengah kebingungan memilih kata yang harus ia ucapkan pada Terry yang saat ini menunggu kelanjutan perkataannya."Aku hanya heran saja. Pasalnya, dari buku novel yang aku baca, para anggota mafia bahkan ketua mafia sendiri bisa menikah selama beberapa kali dengan perempuan yang
"Kalung yang saya pakai? Untuk apa anda melihatnya?" Tanya Jessy dengan wajah bingung. Jessy melirik Terry dan tangan yang dicekal oleh pria itu secara bergantian. Setelahnya, gadis itu melihat kalung yang melingkar apik di lehernya. Kalung itu hanyalah kalung biasa, dengan warna perak pekat karena terbuat dari emas putih. Sedangkan bandul kalung itu berbentuk wajah harimau kecil yang berwarna emas, sangat kontras dengan tali kalung yang berwarna perak.Jessy mengeluarkan bandul kalung yang ia sembunyikan di balik baju dengan tangan kanannya yang masih memegang tubuh Bunny dan memperlihatkannya pada Terry. Pria itu segera mendekat, melihat kalung berbandul harimau itu lebih seksama. Mata coklatnya menelisik menyeluruh. Tak lupa, tangan Terry juga ikut menyentuh bandul itu untuk merasakan tekstur dan tak sengaja melihat kode kecil yang terukur di belakangnya.2508Itu adalah kode yang tertulis di belakang bandul harimau yang Jessy kenakan. Terry memundurkan kembali kepalanya dan mele
Suara musik yang berdentum keras, lampu disko warna warni yang memancarkan cahayanya, pemandangan wanita wanita seksi serta bau rokok dan minuman alkohol menjadi pemandangan pertama yang menghampiri kedua pria itu. Suasana klub terlihat sedikit sesak dan juga ramai dipenuhi dengan para gadis muda ataupun pria dewasa yang sekedar ingin melepas stress di klub ini. Kebanyakan dari mereka tengah menari di tengah ruangan. Namun, tak sedikit pula yang berada di pojok ruangan, entah untuk saling menggoda untuk memikat lawan jenis, bercengkrama dengan sesama teman atau bahkan berciuman panas tanpa mempedulikan sekitarnya.Daniel dan Terry menghiraukan pemandangan itu dan terus berjalan menuju ke tempat VIP di lantai dua untuk mendapatkan tempat yang lebih ekslusif ataupun lebih tenang daripada di lantai satu tempat para orang menari ataupun memesan minuman alkohol di bartender. Saat hendak mencari meja untuk tempat duduk, telinga milik Terry mendengar suara panggilan keras yang cukup akr
"Jangan disebutkan disini," peringat Terry menatap tajam Daniel yang hendak mengatakan arti dari kode yang ia ucapkan sebelumnya. Daniel mengangguk dan segera menutup mulutnya dengan sebelah tangan saat akan kelepasan mengucapkan kata keramat itu. "Aku tak mau terjadi kehebohan yang tidak perlu. Jadi lebih baik kau tutup mulutmu,""Maafkan aku, Terry. Aku hanya merasa kaget saat kau mengucapkan kode itu," ujar Daniel pelan. Wajah pria itu memang terlihat datar, tapi nada suaranya terdengar menyesal. Meskipun suara Daniel pelan, tapi baik Terry maupun Archer tahu jika Daniel benar benar tulus meminta maaf."Tidak mengherankan jika kode itu membebani pikiranmu," celetuk Archer santai . Daniel melirik ke arah Archer dengan tatapan tajam yang ia miliki, mengeluarkan aura dominan yang cukup pekat untuk bisa membuat lawannya menciut. Terbukti, Archer berhenti bicara saat Daniel menatap tajam dirinya."Itu benar. Aku hanya takut dengan skenario terburuk yang mungkin akan terjadi. Maka dari