Terry tertawa kecil melihat riak terkejut yang terlukis di wajah Jessy. Mata hijau gadisnya itu membulat lucu mirip seperti anak rusa, begitu jernih dan juga murni dengan mengedip beberapa kali seperti boneka. Mulut Jessy juga sedikit terbuka dengan gerakan tangan yang terhenti saat mengelus Bunny, si kelinci coklat kedatangannya. "Anda serius?" Tanya Jessy merasa tak percaya dengan apa yang ia dengar. Terry menganggukkan kepalanya dengan cepat untuk menanggapi pertanyaan yang diberikan oleh tawanannya itu."Iya, tentu saja aku serius. Kau pikir aku bercanda?""Tidak, bukan begitu," ujar Jessy dengan nada tak enak. Gadis itu menggaruk pipinya yang tak terasa gatal selama beberapa kali, merupakan sinyal jika ia tengah kebingungan memilih kata yang harus ia ucapkan pada Terry yang saat ini menunggu kelanjutan perkataannya."Aku hanya heran saja. Pasalnya, dari buku novel yang aku baca, para anggota mafia bahkan ketua mafia sendiri bisa menikah selama beberapa kali dengan perempuan yang
"Kalung yang saya pakai? Untuk apa anda melihatnya?" Tanya Jessy dengan wajah bingung. Jessy melirik Terry dan tangan yang dicekal oleh pria itu secara bergantian. Setelahnya, gadis itu melihat kalung yang melingkar apik di lehernya. Kalung itu hanyalah kalung biasa, dengan warna perak pekat karena terbuat dari emas putih. Sedangkan bandul kalung itu berbentuk wajah harimau kecil yang berwarna emas, sangat kontras dengan tali kalung yang berwarna perak.Jessy mengeluarkan bandul kalung yang ia sembunyikan di balik baju dengan tangan kanannya yang masih memegang tubuh Bunny dan memperlihatkannya pada Terry. Pria itu segera mendekat, melihat kalung berbandul harimau itu lebih seksama. Mata coklatnya menelisik menyeluruh. Tak lupa, tangan Terry juga ikut menyentuh bandul itu untuk merasakan tekstur dan tak sengaja melihat kode kecil yang terukur di belakangnya.2508Itu adalah kode yang tertulis di belakang bandul harimau yang Jessy kenakan. Terry memundurkan kembali kepalanya dan mele
Suara musik yang berdentum keras, lampu disko warna warni yang memancarkan cahayanya, pemandangan wanita wanita seksi serta bau rokok dan minuman alkohol menjadi pemandangan pertama yang menghampiri kedua pria itu. Suasana klub terlihat sedikit sesak dan juga ramai dipenuhi dengan para gadis muda ataupun pria dewasa yang sekedar ingin melepas stress di klub ini. Kebanyakan dari mereka tengah menari di tengah ruangan. Namun, tak sedikit pula yang berada di pojok ruangan, entah untuk saling menggoda untuk memikat lawan jenis, bercengkrama dengan sesama teman atau bahkan berciuman panas tanpa mempedulikan sekitarnya.Daniel dan Terry menghiraukan pemandangan itu dan terus berjalan menuju ke tempat VIP di lantai dua untuk mendapatkan tempat yang lebih ekslusif ataupun lebih tenang daripada di lantai satu tempat para orang menari ataupun memesan minuman alkohol di bartender. Saat hendak mencari meja untuk tempat duduk, telinga milik Terry mendengar suara panggilan keras yang cukup akr
"Jangan disebutkan disini," peringat Terry menatap tajam Daniel yang hendak mengatakan arti dari kode yang ia ucapkan sebelumnya. Daniel mengangguk dan segera menutup mulutnya dengan sebelah tangan saat akan kelepasan mengucapkan kata keramat itu. "Aku tak mau terjadi kehebohan yang tidak perlu. Jadi lebih baik kau tutup mulutmu,""Maafkan aku, Terry. Aku hanya merasa kaget saat kau mengucapkan kode itu," ujar Daniel pelan. Wajah pria itu memang terlihat datar, tapi nada suaranya terdengar menyesal. Meskipun suara Daniel pelan, tapi baik Terry maupun Archer tahu jika Daniel benar benar tulus meminta maaf."Tidak mengherankan jika kode itu membebani pikiranmu," celetuk Archer santai . Daniel melirik ke arah Archer dengan tatapan tajam yang ia miliki, mengeluarkan aura dominan yang cukup pekat untuk bisa membuat lawannya menciut. Terbukti, Archer berhenti bicara saat Daniel menatap tajam dirinya."Itu benar. Aku hanya takut dengan skenario terburuk yang mungkin akan terjadi. Maka dari
Tubuh Jessy bergetar ketakutan saat mendengar suara Terry yang terasa bagai musik kematian untuknya. Wajahnya memucat bagai kertas, lidahnya terasa kelu dan kakinya terasa sulit untuk digerakkan, terasa lemas sekaligus tak bertenaga. Dalam sela sela semak yang ia pakai untuk bersembunyi, Jessy mengintip pergerakan Terry yang saat ini masih berada di tempat ia meletakkan kasur tiup untuk mendarat tadi."Boneka kecil, keluarlah. Jika kau mau keluar sekarang, aku tak akan menghukummu,"Suara bernada rendah yang terdengar lembut itu bagaikan bisikan iblis yang begitu manis, memerangkap siapapun yang tergoda. Jessy hampir saja keluar dari tempat persembunyiannya jika saja ia tak ingat misi yang harus ia lakukan saat ini.Gadis itu berjongkok sembari menyandarkan punggungnya ke pagar besi yang berada di belakangnya, berusaha mencari momen yang tepat untuk berpindah tempat dari sini sebelum ketahuan yang berakhir dengan hukuman yang mungkin akan jauh lebih mengerikan daripada sebelumnya."Bo
Jessy menolehkan kepalanya ke arah sumber suara. Tubuh gadis itu bergetar ketakutan. Kakinya melemas seolah kehilangan tenaga. Napasnya tercekat dengan mata membulat sempurna. Mengapa Terry bisa berada di daerah ini dan menemukan dirinya?Saat Terry mendekatinya, Jessy total tak bisa bergerak karena ketakutan. Otaknya menyuruhnya untuk berlari, tapi tubuhnya mengkhianatinya. Kakinya seolah terpaku pada tanah dan sangat sulit untuk digerakkan. Apakah ini yang dinamakan serangan panik?'Kaki, aku mohon. Ayo gerakkan dirimu dan kita lari dari iblis gila itu,'Hanya tinggal beberapa langkah lagi pria itu mendekati tubuh Jessy. Air mata sudah menggenang di pelupuk matanya. Jessy menggelengkan kepala lalu menghela napas kasar. Setelah itu, gadis itu memaksakan kakinya untuk berlari menjauhi Terry yang saat ini terkejut dengan pergerakannya."Boneka kecil, kembali!"Jessy semakin mempercepat laju larinya ketika melihat Terry yang ikut berlari mengejarnya. Kakinya yang masih terasa lemas dan
Jessy melenguh kecil saat sinar matahari mengganggu waktu tidurnya. Mata gadis itu mengerjap, berusaha menyesuaikan cahaya yang masuk sekaligus mengumpulkan kesadaran yang masih berceceran. Jessy meregangkan badannya sambil menguap. Tubuhnya terasa pegal sekaligus sakit karena posisi tidur yang tak nyaman semalam. Setelah kesadaran terkumpul sempurna, gadis itu segera berdiri dan melihat ke arah jendela. Badai total sudah berhenti dan menyisakan genangan air di beberapa tempat di taman itu.Jessy melangkahkan kakinya keluar dan hampir saja terjatuh saat licinnya tanah hampir membuatnya terjungkal. Untung saja keseimbangan tubuh Jessy itu baik. Coba kalau tidak? Bisa habis wajah imutnya ini kotor karena penuh dengan tanah yang basah.Saat akan melangkahkan kakinya ke daerah yang sekiranya aman untuk melarikan diri, belakang bajunya ditarik oleh seseorang. Itu adalah Daniel, pengawalnya. Mata Jessy membulat horor seperti melihat hantu. Ia menelan ludah paksa sambil tersenyum canggung p
Jessy terkejut luar biasa saat mendengar perkataan Terry. Matanya membulat dengan sempurna disertai dengan riak terkejut di wajah bonekanya. Ada rasa senang karena ia akan pergi ke luar negeri untuk pertama kalinya. Ini akan jadi menambah pengalaman untuk Jessy. Akan tetapi, saat tahu tujuannya untuk menghadiri pertemuan para mafia, Jessy merasa tubuhnya langsung merinding saat itu juga. Bayangan para mafia yang berkumpul di satu tempat membuatnya ketakutan setengah mati."Anda serius akan membawa saya ke Italia?" Jessy bertanya dengan nada tak percaya. Terry menolehkan kepala lalu mengangguk dengan singkat, enggan berbicara lagi. Pria itu segera melirik jam yang berada di pergelangan tangannya sembari mendesis."Segera obati dan dandani boneka kecilku hingga terlihat pantas untuk dibawa. Jangan sampai mempermalukan Kelompok Black Panther di hadapan publik," Terry mengibaskan tangannya, mengintruksikan para pelayan yang memegang Jessy untuk segera pergi dari hadapannya. Para pelaya