Garis takdir Part: 16***Naya dan yang lainnya panik. Semuanya bergegas menuju rumah sakit.Dua puluh lima menit perjalanan, akhirnya mereka sampai di halaman rumah sakit langganan Zacky dirawat.Zacky langsung ditangani oleh Dokter Wiliam. Sedangkan Naya tak hentinya meracaukan doa seperti sebelumnya."Non Naya yang tenang, ya! Tuan Zacky pasti baik-baik saja," ujar Bik Atun."Saya mana mungkin bisa tenang, Bik. Sekarang kondisinya sangat memprihatinkan. Perubahan fisiknya juga sudah sangat jelas terlihat. Kenapa takdir seolah ingin menghukum saya selalu? Melihat dia seperti ini, rasanya detak jantung saya seakan mau terhenti," papar Naya.Cika yang mendengar pernyataan Naya tersebut menjadi mengerti. 'Jadi wanita yang Bik Atun maksud itu adalah Non Naya ini. Memang rasa cintanya terpancar lebih tulus dan besar. Namun, kenapa bisa?' gumam Cika dalam hati.Naya mondar-mandir dengan wajah yang begitu cemas. "Non Naya sangat baik. Bibik yakin doa-doa Non Naya akan didengarkan oleh s
Garis takdirPart: 17***"Tuan, kata pemilik restoran yang cantik itu, Tuan harus makan yang banyak," ujar Cika dengan jujur.Zacky tersenyum sembari melahap makanan yang sudah disediakan Cika dalam piring."Saya bisa makan banyak kalau setiap hari menunya adalah saus durian," papar Zacky."Saya akan membelinya setiap hari, Tuan."Zacky mengangguk dengan melanjutkan menikmati makanannya."Tadi dia bicara apa saja?" tanya Zacky menyelidik.Semenjak pertemuan kemarin, perasaan Zacky lebih resah dari sebelumnya. Bayangan Naya selalu menjelma. Rindunya pun terasa sangat nyata."Cuma itu saja, Tuan. Non Naya itu tidak terlalu banyak bicara.""Ya, memang. Dia hanya bicara seperlunya saja pada orang lain. Tapi tidak pada saya, Naya kalau sudah protes atau pun kesal, maka ia mampu bicara dari pagi sampai ke malam." Zacky tertawa lepas menceritakan tentang Naya. Cika dapat melihat raut bahagia ketika Zacky menyebut nama Naya. Namun, Cika belum mengerti kenapa keduanya bisa berpisah.--Di
Garis takdir Part: 18***Melati pergi ke kantor setelah selesai berbicara dengan Naya.Tinggallah Naya dengan segala kebimbangan yang menerpa hatinya."Apa aku berdosa jika terus mencinta suami orang, San?" tanya Naya pada Santi yang memeluknya."Aku tidak tahu, Nay. Aku bukan ahli agama. Namun, yang aku lihat, cintamu tak mengganggu kehidupannya," jawab Santi."Tapi istrinya merasa tersiksa karena hadirku, San. Aku juga tak bisa menghindar ketika pertemuan terjadi begitu saja.""Saranku tetap sama, Nay. Belajarlah membuka hati untuk orang lain! Setidaknya demi kebaikan banyak hati. Melati pantas bahagia, bukan? Sebagai seorang istri, aku memahami kegelisahannya," ujar Santi."Kali ini aku akan mengorbankan perasaanku. Aku berjanji akan mencoba membuka hati ini untuk orang lain. Demi Zacky, demi Melati, demi ketenangan bersama."Santi malah merasa sedih dengan persetujuan Naya. Sebelumnya tak pernah Naya mau mendengarkan sarannya.Tak disangka Andre muncul secara tiba-tiba."Ehem,'
Garis takdirPart: 19***Empat menit lima pulih sembilan detik.Zacky semakin gusar menatap jam tangannya.'Kau benar-benar sudah tak peduli Nay,' lirih Zacky dengan putus asa.Naya sengaja tak menemui Zacky. Semua akan terasa lebih berat saat Zacky mengetahui perasaanya yang masih utuh itu."Kenapa kau masih di sini?" tanya Santi sembari menepuk pelan pundak Naya."Aku tidak ingin bicara lebih banyak padanya. Aku sudah berjanji akan membuka hati untuk orang lain. Jika aku menjawab semua pertanyaannya, maka pernikahanku bisa-bisa batal, San. Kau tahu sendiri, kalau aku masih sangat mencintainya," papar Naya.Cika mendengar pengakuan Naya tersebut. Detik berikutnya ia berlalu menuju ke arah mobil milik Tuannya.Sampai di mobil, Cika melihat kesedihan yang terpancar dari wajah Zacky."Tuan, kenapa mengajak pulang sangat cepat?" tanya Cika. Tadi Zacky mengirimi pesan padanya untuk segera menyusul ke mobil."Jangan banyak tanya! Cepat bawa saya kembali ke rumah!" perintah Zacky.Cika ta
Garis takdirPart: 20***9 hari yang tersisa.Sakit yang menggerogoti kepala seolah tak seberapa, jika dibandingkan dengan sakit hatiku saat menyaksikan Naya bertukar cincin dengan laki-laki lain. Zacky masih menulis dibuku catatan hariannya."Tuan, hari ini saya harus membeli saus durian lagi?" tanya Cika.Zacky menggeleng dengan lemah. "Tidak perlu.""Kenapa, Tuan? Bukankah Tuan sangat menyukainya?""Tidak lagi."Zacky hanya menjawab dengan singkat. Selera makannya sudah musnah. Cika perlahan menjauh. Ia mengerti, sang majikan terluka hatinya. Namun, Cika juga merasa Zacky sedikit egois.Di sisi lain, Naya merenung sambil menatap jari manisnya yang tersemat sebuah cincin berlian. 'Semoga keputusan yang aku ambil ini adalah yang terbaik,' gumam Naya.Santi memperhatikan dari dapur restoran. Ia turut merasakan kebimbangan Naya. Santi pun semakin resah karena keputusan yang Naya ambil adalah usulan darinya.Perlahan langkah Santi mendekat ke arah Naya."Nay, semua belum terlambat.
Garis takdirPart: 21***Melati berangkat ke kantor seperti biasa. Namun, tak ada kata pamitan atau basa-basi lainnya.Pertengkaran semalam, masih membuat pasangan suami istri itu saling diam."Tuan, ini sarapan dan obatnya," ujar Cika.Zacky menerima dengan acuh tak acuh.Setelah Cika keluar dari dalam kamarnya, Zacky langsung membuang tiga jenis pil kecil yang telah tersedia.'Aku sudah tak ingin mengonsumsi obat-obatan ini,' gumam Zacky sembari memasukan pil ke dalam tong sampah.Setelah itu barulah Zacky keluar dari kamar dan mulai menghirup udara segar di pagi hari.Ia duduk merenung di samping rumah yang memiliki sebuah taman kecil yang indah.--Di sisi lain, Naya juga menghitung hari. Waktu baginya berjalan begitu cepat. Naya semakin tegang saat memikirkan hari pernikahan."Nay, kenapa tak dimakan sarapanmu?" tanya Santi saat melihat Naya hanya mengaduk-ngaduk makanannya."Aku belum lapar, San.""Nanti magh kamu kambuh.""Hem, aku mulai gelisah memikirkan pernikahan. Rasanya
Garis takdir.Part: 22***6 hari yang tersisa.Aku semakin tegang menantikan hari terakhir itu tiba. Aku ingin sebelum tiada, semua telah baik-baik saja, dan bahagia. Aku tak mau pergi dengan membawa sejuta kebohongan. Aku akan mengungkapkan yang sebenarnya di sini, di tulisan ini.Tulis Zacky.."Papa ke dokter bareng Cika dan Bik Atun saja ya, Pa! Mama ada meeting penting nanti siang," ujar Melati sambil menyisir rambutnya."Iya, Ma." Zacky sudah terbiasa dengan kesibukan istrinya. Tak begitu mengecewakan lagi, karena Zacky ingin merenung sendirian saja.--Di sisi lain, Naya tengah disidang oleh Andre."Tanggal pernikahan masih belum ditentukan, Nay. Namun, waktunya sudah semakin dekat. Saya akan mengikuti semua keputusanmu. Apa kau ingin melanjutkan, atau berubah pikiran?" tanya Andre dengan serius.Naya menelan ludah dengan tegang. Ia tak mengerti, kenapa Andre tiba-tiba menanyakan hal ini."Apa maksud Mas bertanya demikian?""Jawab saja, Nay! Saya hanya ingin memastikan, bahw
Garis takdir.Part: 23***5 hari yang tersisa.Aku sudah sedikit lega, karena istriku menginginkan kematianku untuk menebus semua kesalahan ini. Seperti biasa, Zacky menulis di lembar bukunya.."Ma, Papa ingin ke restoran Na ....""Pergilah!" Melati memotong kalimat Zacky, kemudian berlalu begitu saja.Zacky menatap kepergian Melati dengan perasaan gusar. Ia tahu, pasti sang istri sangat terluka karena kenyataan yang telah disampaikannya kemarin."Tuan, sampai kapan kalian terus seperti ini?" tanya Bik Atun."Hanya beberapa hari lagi, Bik. Keadaan ini akan segera berakhir," sahut Zacky datar.Kini, Cika dan Bik Atun saling melempar pandangan. Keduanya turut merasakan kerumitan kisah yang sedang dijalani sang majikan.Zacky perlahan melangkah ke luar dan meraih kunci mobil yang tergeletak di atas meja."Tuan mau ke mana? Biar saya yang mengantar," Cika mengejar langkah Zacky."Tidak perlu. Saya ingin pergi sendiri."Cika terpaksa diam dan tak melanjutkan langkahnya lagi..Lima bel