Karin merasa ketakutan melihat seseorang yang mabuk bahkan mereka masuk kamar tiga orang.
“Apa-apaan ini?,apakah kesucianku akan direnggut oleh tiga orang ini?” Batin Karin sangat ketakutan.
“Wah cantik sekali perempuan ini tidak sia-sia kita pilihkan untuk Alex” Seorang laki-laki berbadan kekar mendekati Karin dan meletakkan tangannya di dagu Karin agar Karin bisa mendongakkan kepalanya.
Karin tidak bersuara jantungnya berdegup kencang ditambah lagi rasa takut yang mendalam.
“Ayo keluar!” ucap seorang laki-laki lain yang telah meletakkan temannya ditempat tidur, agaknya laki-laki itu mabuk berat sehingga terlihat tidak berdaya.
Laki-laki yang bertubuh kekar itu langsung meninggalkan Karin dengan sebuah kedipan licik.
HUFT !
Karin menarik nafas lega, ternyata apa yang ada didalam fikirannya tidak seburuk itu, perasaan lega sedikit menghampirinya.
Karin beranjak dari tempatnya dan mengunci pintu, karin menatap laki-laki itu dan tidak ada gerakan tapi dengus nafas dan bau alkohol dari mulutnya sangat meresahkan.
“Kalila” ucapnya lirih.
karin terkejut dan ketakutan ketika melihatnya bergerak. Perlahan Ia bangkit dan melirik tajam kearah Karin, matanya yang sempat terkena cahaya lampu terlihat memerah dan sepertinya sangat marah,
“Kalila” ucapnya lagi.
“Maaf Tuan Aku bukan Kalila, Aku Karin dan kalau boleh Aku mohon pada Tuan tolong lepaskan Aku, Aku bahkan tidak ingin berada disini” Karin memohon dan tertunduk disudut ruangan. Laki-laki itu datang menghampiri Karin dengan langkahnya yang sedikit sulit karena sedang mabuk.
PLAK!
Sebuah tamparan mendarat di pipi Karin.
“Aku sudah berusaha menjaga agar semua menjadi lebih baik, tapi Kamu tidak menganggapku sedikit saja!” laki-laki itu bertambah marah dan menyeret Karin ke atas tempat tidur.
“Ampun Tuan!” Karin memohon dengan sangat air matanya sudah mengalir deras.
Tapi sepertinya laki-laki itu tidak akan melepaskannya, ada dendam yang Ia pendam dalam hatinya dan saat ini Karin yang menjadi sasarannya.
Tidak banyak yang dapat di perbuat oleh Karin, semua berlalu begitu saja apalah daya seorang Karin yang berbadan kecil dan mungil. Satu hentakan saja membuatnya tidak berdaya.
Agaknya laki-laki itu sudah tidak akan mengampuni Karin, sikapnya yang kasar karena pengaruh alkohol langsung menindih tubuh Karin dan tanpa perlawanan Karin harus merelakan apapun yang terjadi padanya, hanya isak dan tangisan yang membuat Karin kuat untuk bertahan merelakan semua yang Ia punya direnggut oleh laki-laki yang tidak dikenalnya.
Rasa sakit yang harus ditelan sendiri, tapi tidak sesakit hati Karin yang saat ini terasa beku dan tidak mungkin mudah mencair hanya karena apapun.
“Mungkin memang inilah jalan takdir yang harus Aku terima, Aku merasa sangat terhina tapi tidak mungkin melawan kekuatan takdir” gumamnya menghibur hati yang terluka.
“Agh……”Laki-laki itu melepaskan semua hasratnya dengan memeluk Karin dengan erat.
Karin menghela nafas panjang, agaknya satu urusannya telah selesai dan Ia sudah melewatinya dengan sempurna.
Ya, statusnya sudah bisa dikukuhkan saat ini menjadi sorang Kupu-kupu malam yang akan dicari dan akan diorder ketika orang lain membutuhkan jasanya.
Perasaan benci yang begitu dalam membuat Karin bahkan tidak ingin melihat dirinya dicermin, tetesan darah yang terlihat di alas tempat tidur membuat Karin menjadi kuat.
“Jangan menangis, sebab apa yang Kamu jaga saat ini sudah hancur ditangan laki-laki yang tidak Kamu kenal ini, tidak perlu munafik dan juga sok suci lagi, saat ini Kamu hanya seonggok daging yang tidak ada gunanya lagi” Karin menguatkan perasaannya dan terlelap dalam kegalauan yang membuat nya membenci kehidupan ini.
***
Suara berisik dari ponsel laki-laki yang semalam telah merenggut kesuciannya membuat Karin terbangun dan melihat kerah dinding waktu telah menunjukkan pukul 04:00 dini hari.
Karin bangkit perlahan dan langusng membersihkan dirinya, aliran air yang membasahi tubuhnya membuatnya bertambah kuat seperti tanaman yang baru saja disirami oleh air hujan, ada perasaan yang lepas dari dirinya,
Ya, perasaan benci dan marah kepada dirinya sendiri Karin menagis dibawah aliran sower yang semakin deras meski tidak mengeluarkan suara tapi Karin terlihat sangat hancur sekali.
TOK!
TOK!
"Buka pintunya, apakah ada orang didalam?" suara laki-laki diluar membuat Karin mematikan air.
"Apakah ada orang didalam?" ulangnya lagi.
Karin mengambil handuknya dan menutupi tubuhnya yang basah serta berjalan perlahan kearah pintu.
"Ada apa Tuan?" tanya Karin.
"Si-siapa Kamu? mengapa ada didalam ruangan ini bersamaku?" tanyanya bingung, apalagi melihat dirinya sewaktu bangun tidur tadi seperti bayi yang baru lahir tanpa benang sehelaipun.
Karin keluar dari kamar mandi dan mengambil pakaiannya yang berserakan dilantai.
laki-laki itu masih memperhatikan Karin dan tidak mengulangi pertanyaannya lagi.
"Anda sudah menjadi pelangganku tadi malam" jawab Karin tanpa menoleh kerah laki-laki itu.
"Apa?" ucapnya tidak percaya.
Alex yang merupakan seorang CEO perusahaan permadani yang mendunia itu merasa tidak percaya karena telah tidur dengan seorang Kupu-kupu malam, karena seingatnya semalam Ia hanya sedang merayakan hari kesedihannya bersama Ramli dan Aditya. Agaknya Ramli dan Aditya mengerjainya semalam.
"Ma-maafkan Aku ini adalah sebuah kesalahan diantara kita berdua dan AKu dijebak oleh teman-temanku hingga sampai ditempatmu ini" jelasnya merasa bersalah.
Karin tidak memperdulikan apapun penjelasn Alex. Karin hanya benci dirinya sendiri karena telah kotor saat ini dan perasaan hatinya sungguh tidak bahagia, meski laki-laki itu yang telah mengambil kesuciannya mengatakan bahwa ini adalah sebuah kecelakaan ataupun ketidak sengajaan, bukankah malam itu Ia sangat menikmati apa yang Karin suguhnkan? lantas haruskah Karin menerima permintaan maafnya?sungguh bodoh sekali pemikirannya sebab bagaimanapun Ia adalah laki-laki yang mengambil mahkota berharga milik Karin.
Melihat Karin yang terdiam Alex merasa bertambah bersalah apalagi pandangan matanya saat ini tertuju pada noda darah yang berada diatas tempat tidur.
Karin yang melihat arah pandang Alex pada noda itu faham kalau Alex sepertinya sangat jijik padanya.
"Tidak perlu takut Tuan, Aku adalah perempuan baik-baik yang belum pernah tidur dengan laki-laki manapun selain Tuan, dan Aku disini pun bukan karena keinginanku, Aku terpaksa melakukan semua ini, Aku sudah jelaskan dan memohon kepada Tuan semalam tapi Tuan tidak mendengarkanku!" Karin mengeluarkan isi hatinya tapi kali ini tidak dengan air mata.
"Bu-Bukan, Aku bahkan tidak takut kalau harus tertular penyakit tapi Aku hanya mengkhawatirkan dirimu, bagaiamana Aku harus bertanggung jawab atas apa yang telah Aku lakukan terhadap gadis baik sepertimu?" Alex tampak bungung.
Karin juga semakin bingung mendengar penuturan Alex, karena dalam fikirannya setiap pelanggan hanya akan memikirkan kepuasan batinnya tanpa harus memikirkan nasib perempuan yang telah direnggut kesuacian olehnya.
Karin mentap Alex dalam dan lekat,
"Haruskah Aku meminta bantuan pada laki-laki ini?" Karin berharap dalam hati.
Karin mengingat kembali kata-kata Foy "Jangan pernah percaya dengan siapapun!" Foy mengucapkannya sebelum pergi. Karin mengurungkan niatnya dan kembali membereskan barang-barangnya sementara Alex masih terdiam dan juga melongo dihadapan Karin dan mereka sama-sama menggunakan handuk. "Maaf Tuan Aku harus kekamar mandi" Karin membawa pakaiannya dan menggantinya didalam. tidak berapa lama Karin kembali keluar dan masih melihat Alex terduduk ditempat tidur seperti menyesali apa yang telah dibuatnya kepada Karin. "Bagaiamana Aku meminta maaf padamu?" tanya Alex lagi mendekati Karin. Jantung Karin berdetak kencang, tatapan tulus dan penuh rasa bersalah yang Alex berikan padanya membuat hati Karin merasa tersentuh dan baru kali ini juga Ia menatap jauh kedalam manik mata orang yang telah merenggut kesuciannya. "Aku rasa sebaiknya anda pulang Tuan karena tempat ini adalah neraka!" ucap Karin mengalihkan pandangannya. "A-Aku akan membantumu keluar dari sini!" ucap Alex. Karin berbalik
TOK!TOK!Pintu kembali diketuk, Karin sangat takut baru saja Alex berpesan jangan bukakan pintu pada siapapun,jangan dekati pintu, Karin merunduk ketakutan Ia merasa berada di posisi saat Ayahnya datang untuk membawanya pergi ketempat Mamii Tania,"Nenek!" pekiknya dalam hati.pemandangan yang memilukan itu hadir kembali dan membuat Karin merasa trauma. keringat dinginnya sudah mulai keluar dan matanya terlihat merah dan sangat ketakutan.lama sekali Karin terdiam dan mendengar usaha pembongkaran pintu dari luar tapi sejenak hening Karin berdiri dan menoleh kebelakang tiba-tiba saja seorang laki-laki menyekapnya dan aroma obat bius yang terhirup oleh Karin membuatnya pingsan tidak sadarkan diri.Alex sampai di rumah kediaman Bagaskara langsung menuju ruangan Papanya."Aku tidak ingin Papa ikut campur dengan apa yang Aku lakukan!" Alex langsung marah dan mengeluarkan emosinya dihadapan Tuan Andi.Tuan Andi Bagaskara yang terlihat begitu santai saat duduk dikursi kebesarannya serta dit
Baru saja anak buah Alex menyampaikan ada orang yang menghadang kantor baru yang Alex tempati saat ini, memang inilah tugas Alex dikirim oleh Papa Andi Bagaskara kesini untuk menyelesaikan orang-orang yang menginginkan penutupan perusahaan yang sedang mereka bangun. Kota Peru merupakan kota ke enam belas setelah beberapa kota besar lainnya yang dipilih Tuan Andi Bagaskara untuk melebarkan bisnisnya. Awalnya Alex tidak ingin bergabung dengan perusahaan Papa nya karena Ia sudah punya perusahaan Textile sendiri tapi ini semua demi menyelamatkan nyawa Karin yang saat ini sudah pergi meninggalkannya entah kemana.Alex sangat emosional sehingga sepuluh preman yang berdiri didepan kantornya membawa beberapa senjata untuk menghadangnya satu persatu mampu ditaklukkan olehnya.Alex yang dipenuhi amarah dengan mudah menghabisi semua lawannya sehingga siapa saja yang menyaksikannya bergidik ngeri saat melihat bagaiamana Alex menghabisi nyawa mereka."Bereskan semua mayat mereka, Aku tidak mau ka
Anak buah Andi Bagaskara tidak melakukan perlawanan hanya menerima saja apa yang diperlakuakan Alex padanya, Amarah Alex yang begitu kuat membuat siapapun yang ada didekatnya menjadi sasarannya. bertubi-tubi pukulan yang Alex hantamkan ketubuh anak buah Andi tersebut.BRUK! Seketika tubuhnya ambruk dibanting oleh Alex keatas meja Andi Bagaskara dimana Andi Bagaskara masih menyaksikan aksi Alex dengan duduk dikursinya."Cukup Alex!" Andi Bagaskara berdiri dan penuh amarah."Papa seharusnya tidak melanggar janji, sebagai seorang Ayah yang bertanggungjawab dan juga bijaksana!" Alex berteriak memaki."Cukup!!!, Untuk alasan apa Kamu mempertahankan perempuan yang Kamu ambil dari rumah terkutuk itu?masih banyak perempuan diluar sana yang berkelas dan bisa dengan mudah Kamu dapatkan?!" Andi Bagaskara meluapkan amarahnya dan memberikan pandangan pada Alex.Alex tidak menjawab apapun yang ditanyakan dan dibicarakan oleh Papa nya, hatinya yang dipenuhi amarah terasa mendidih dan terasa sangat
"Siapa namamu?" Alex bertanya serius "Aku Foy" jawabnya lagi. "Baiklah Foy apa yang Kamu miliki?" Alex memancing nya dengan pertanyaan yang sedikit fulgar. "Aku bisa melakukan apa yang Tuan minta, Aku juga bisa melakukannya untuk beberapa kali sesuai dengan yang Tuan inginkan, apakah ingin memulainya sekarang?" Foy bertanya sambil meliuk-liukkan tubuhnya dihadapan Alex dengan mempertontonkan semua keindahan tubuhnya. Alex berdiri dan mengeluarkan amplop meletakkannya dihadapan Foy, Foy sejenak menghentikan aksinya dan memeriksa isi amplop itu, mata Foy terbelalak melihat banyak sekali lembaran merah yang sedang dipegangnya. "Itu adalah tip buat Kamu, Aku hanya ingin Kamu memberitahukan sesuatu padaku" Alex mulai pada keinginannya. Foy mengernyitkan keningnya dan duduk sambil menghidupkan sebatang rokoknya, Foy menghisap dengan cantik rokok yang telah dihidupkannya. "Apa yang Tuan inginkan? tanya Foy santai. "Aku ingin Kamu menceritakan apapun yang Kamu ketahui tentang gadis be
Foy kembali ke rumah Mami Tania, keadaan masih kosong karena teman-temannya masih bertugas Foy pulang lebih awal kali ini karena tidak melakukan tugasnya seperti biasanya, Foy berjalan mengendap -endap karena tidak mungkin kalau nanti sampai ketahuan Mami Tania akan curiga padanya sehingga bisa ketahuan kalau Foy hanya menemani Alex saja, PROK! PROK! Tepukan tangan membuat Foy terkejut dan menghentikan langkahnya, Foy perlahan menoleh kearah seseorang yang datang dan bertepuk tangan. Alangkah terkejutnya Foy karena yang dilihatnya adalah sosok Mami Tania yang sepertinya sudah mengetahui apa yang dilakukannya bersama Alex. "Hi Baby girl!" sapa Mami Tania dengan gayanya yang terlihat sangat baik kepada semua anak -anaknya. "Hi Mami!" sapa Foy sedikit ketakutan. "Kenapa pulangnya cepat sekali? apakah ada masalah dengan klien?"tanya Mami Tania. "No Mami, everityng's ok" Foy berusaha menetralisir keaadaan agar Mami tidak curiga padanya. "Apa dapat uang Tip hari ini?" Mami bertanya
Foy menutup telepon dan sedikit merapikan ikat rambutnya serta mengenakan sweternya karena saat ini Foy menggunakan pakaian yang sedikit terbuka. Foy berjalan melewati lorong dan langsung menuju ruangan Mami Tania, Foy tidak ingin memikirkan hal buruk tentang dirinya Ia hanya berpositif thingking saja, Foy baru saja sampai diruangan Mami Tania dimana beberapa orang anak buah Mami Tania tengah berada didalam dan sepertinya mereka memandang penuh kecurigaan pada Foy. "Ada apa Mami memanggilku?" tanya Foy saat sudah berada didalam ruangan. Mami Tania menatapnya dengan penuh tanda tanya, tanpa mengeluarkan sebuah pertanyaan apapun Foy menjadi agak sedikit kebingunangan ditambah lagi ekspresi kedua pengawal yang sepertinya sudah ingin brutal memakinya. "Mami ingin kita berdua bicara!" Mami Tania langsung mengeluarkan suara. anak buah yang berada disamping Foy langsung melangkah dan menutup pintu dari luar. Foy sedikit deg-degan dan tidak berani banyak bergerak apalagi saat ini Ia seda
Karin tidak menyangka urusannya akan seribet ini, anak yang dikandungnya memang tidak bersalah apalagi keadaan ekonominya saat ini mulai membaik, Karin bisa menerima semuanya dengan lapang dada. "Aku tidak tahu pasti jalan ini menuju kemana, tapi Aku juga tidak ingin membuat semuanya menjadi sangat rumit, Aku percaya Tuhan akan memberikan cobaan semampu pundak hambanya" Karin bergumam dalam hati sembari menatap dirinya di kaca. Karin masih mengingat sosok tampan yang penuh perhatian padanya, Tuan Alex yang telah memintanya untuk menunggu kedatangannya dari Peru. Tapi Karin malah disuruh meninggalkan kota dengan ancaman yang tidak masuk akal. "Aku akan membunuh mu, bahkan juga akan membunuh Alex jika Kamu tidak menuruti kemauanku! " ancaman itu terdengar sangat menakutkan. "Apa yang Tuan inginkan? " Karin masih sempat bertanya dengan terbata-bata. "Tinggalkan Negara ini, Aku akan memberimu sejumlah uang untuk penghidupanmu di sana, dan jangan pernah temui Alex lagi! " Papa Alex
"Silahkan duduk! " ucap Karin pada Hamid yang baru saja masuk keruangan nya. "Terimakasih, Aku sudah lama menunggumu karena mungkin saja Kamu lupa dengan perjanjian kita untuk membahas ulang soal kontrak kerja" Hamid tampak bersemangat. "Maaf Aku ada urusan keluar kota sehingga tidak bisa menemuimu, ponselku juga mati karena tertinggal" ucap Karin bersandiwara. "Tidak masalah, lalu bagaimana dengan kontraknya? " Hamid menanyakan ulang. "Kita akan proses hari ini" Karin juga semangat karena ini adalah kontrak pertama yang di buatnya bersama perusahaan yang dimiliki Hamid. Karin dan Hamid tampak sibuk membahas beberapa keperluan dan hal lain tentang kerja sama mereka. Hampir satu jam meeting antara keduanya berlangsung, "Terimakasih akhirnya kerja sama ini terlaksana, kita akan rayakan, bagaimana kalau malam ini kita makan di restoran favorit Aku? " tanya Hamid. Karin berpikir sejenak, Ia saat ini adalah istri sah dari Alex, tapi bagaimanapun juga pernikahan mereka harus dirahas
"Aku akan membawamu pergi dari sini, sejauh mungkin hingga Papa sendiri tidak tahu" Alex tiba-tiba saja mengucapkan kalimat itu saat melihat Karin sedang merapikan make up nya usai mandi. Karin tidak menjawabnya Ia masih sibuk merapikan beberapa tumpukan bedak di wajah cantiknya. "Apa Kamu ingin pergi bersamaku? " tanya Alex ragu melihat ekspresi datar yang di pasang oleh Karin. Karin menghentikan kegiatannya dan menatap Alex dengan penuh keyakinan. "Tuan Apapun yang terjadi Aku akan selalu bersamamu, percayalah, tapi Aku rasa untuk menghindari Papa mu adalah hal yang tidak mudah" ucap Karin. "Apa yang Kamu pikirkan sayang? " Alex mendekati Karin dan membelai lembut rambut Karin yang terurai panjang. "Aku sedang hamil, anak kita Aku tidak mau semua akan sia-sia Aku ingin menjaganya melebihi diriku sendiri" ucap Karin mengkhawatirkan keselamatan bayinya. Karin tampak menggerakkan tangannya mengelus perutnya yang belum terlihat menggelendung. "Aku akan menjaga kalian berdua dan
Karin sangat takut dengan apa yang dipikirkannya tadi, Karin takut kalau seandainya Tuan Alex akan datang mencarinya atau bahkan mungkin anak buah Tuan Andi yang akan datang dan memintanya untuk membuang bayinya. "Karin! " panggil seseorang itu lagi. Karin perlahan berbalik dengan menutup kedua matanya, dan membukanya perlahan. "Ini benar Karin?, ada paket untuk anda" ternyata adalah pengantar paket. Karin menghela nafas lega, "Kenapa anda bersikap kaku? apakah isi dari paket yang anda terima membuat anda takut? " tanya Hamid. "Oh tidak, hanya saja Aku takut kalau yang memanggilku tadi tidaklah orang yang berkepentingan" jawab Karin. Cafe yang dipilih oleh Hamid adalah cafe yang sangat mewah, sudah semenjak bertemu dengan Karin Hamid sangat penasaran dan rasanya menemukan sosok yang dicarinya selama ini. Banyak hal yang mereka bincangkan hingga tidak terasa sudah satu jam berlalu. "Baiklah Aku akan coba untuk membuat semua pesanan dan jenis makanan yang Tuan minta" ucap Karin
"Hi Mila! , apa kabar? Aku pikir siapa pake Tuan segala" Alex menyambut tamunya. "Ha ha ha sengaja, Aku ingin membuat surprise untukmu" ucap Mila. "Ayo duduk!, kemana saja Kamu selama ini? " tanya Alex pada Mila yang sudah duduk di ruang tamu. "Aku ke singapura, sepertinya negara itu cocok untukku, Aku sudah membuka cabang baru dari perusahaan tambang milik Papa" jelas Mila. "Wow Mila Hellen Purwotodiningrat, berarti seorang CEO lah sekarang? " tanya Alex. Mila tersenyum menandakan kebenaran tebakan Alex. "So, apa yang membawamu kesini Mila? " tanya Alex. "Om Andi yang menyuruhku menemui mu" jawab Mila semangat. "O'ya dalam rangka apa? " tanya Alex lagi. "Apa Kamu bercanda? " Mila bertanya lagi. "What? " Alex semakin bingung. "Kamu sungguh tidak tahu? " Mila terlihat sedikit kesal. "Yes" jawab Alex lagi. Mila menarik nafas panjang dan kemudian mengambil ponsel yang berada didalam tasnya. Mila memutar rekaman panggilan. ["Mila datanglah ke Indonesia dan temui Alex untuk m
Karin tidak menyangka urusannya akan seribet ini, anak yang dikandungnya memang tidak bersalah apalagi keadaan ekonominya saat ini mulai membaik, Karin bisa menerima semuanya dengan lapang dada. "Aku tidak tahu pasti jalan ini menuju kemana, tapi Aku juga tidak ingin membuat semuanya menjadi sangat rumit, Aku percaya Tuhan akan memberikan cobaan semampu pundak hambanya" Karin bergumam dalam hati sembari menatap dirinya di kaca. Karin masih mengingat sosok tampan yang penuh perhatian padanya, Tuan Alex yang telah memintanya untuk menunggu kedatangannya dari Peru. Tapi Karin malah disuruh meninggalkan kota dengan ancaman yang tidak masuk akal. "Aku akan membunuh mu, bahkan juga akan membunuh Alex jika Kamu tidak menuruti kemauanku! " ancaman itu terdengar sangat menakutkan. "Apa yang Tuan inginkan? " Karin masih sempat bertanya dengan terbata-bata. "Tinggalkan Negara ini, Aku akan memberimu sejumlah uang untuk penghidupanmu di sana, dan jangan pernah temui Alex lagi! " Papa Alex
Foy menutup telepon dan sedikit merapikan ikat rambutnya serta mengenakan sweternya karena saat ini Foy menggunakan pakaian yang sedikit terbuka. Foy berjalan melewati lorong dan langsung menuju ruangan Mami Tania, Foy tidak ingin memikirkan hal buruk tentang dirinya Ia hanya berpositif thingking saja, Foy baru saja sampai diruangan Mami Tania dimana beberapa orang anak buah Mami Tania tengah berada didalam dan sepertinya mereka memandang penuh kecurigaan pada Foy. "Ada apa Mami memanggilku?" tanya Foy saat sudah berada didalam ruangan. Mami Tania menatapnya dengan penuh tanda tanya, tanpa mengeluarkan sebuah pertanyaan apapun Foy menjadi agak sedikit kebingunangan ditambah lagi ekspresi kedua pengawal yang sepertinya sudah ingin brutal memakinya. "Mami ingin kita berdua bicara!" Mami Tania langsung mengeluarkan suara. anak buah yang berada disamping Foy langsung melangkah dan menutup pintu dari luar. Foy sedikit deg-degan dan tidak berani banyak bergerak apalagi saat ini Ia seda
Foy kembali ke rumah Mami Tania, keadaan masih kosong karena teman-temannya masih bertugas Foy pulang lebih awal kali ini karena tidak melakukan tugasnya seperti biasanya, Foy berjalan mengendap -endap karena tidak mungkin kalau nanti sampai ketahuan Mami Tania akan curiga padanya sehingga bisa ketahuan kalau Foy hanya menemani Alex saja, PROK! PROK! Tepukan tangan membuat Foy terkejut dan menghentikan langkahnya, Foy perlahan menoleh kearah seseorang yang datang dan bertepuk tangan. Alangkah terkejutnya Foy karena yang dilihatnya adalah sosok Mami Tania yang sepertinya sudah mengetahui apa yang dilakukannya bersama Alex. "Hi Baby girl!" sapa Mami Tania dengan gayanya yang terlihat sangat baik kepada semua anak -anaknya. "Hi Mami!" sapa Foy sedikit ketakutan. "Kenapa pulangnya cepat sekali? apakah ada masalah dengan klien?"tanya Mami Tania. "No Mami, everityng's ok" Foy berusaha menetralisir keaadaan agar Mami tidak curiga padanya. "Apa dapat uang Tip hari ini?" Mami bertanya
"Siapa namamu?" Alex bertanya serius "Aku Foy" jawabnya lagi. "Baiklah Foy apa yang Kamu miliki?" Alex memancing nya dengan pertanyaan yang sedikit fulgar. "Aku bisa melakukan apa yang Tuan minta, Aku juga bisa melakukannya untuk beberapa kali sesuai dengan yang Tuan inginkan, apakah ingin memulainya sekarang?" Foy bertanya sambil meliuk-liukkan tubuhnya dihadapan Alex dengan mempertontonkan semua keindahan tubuhnya. Alex berdiri dan mengeluarkan amplop meletakkannya dihadapan Foy, Foy sejenak menghentikan aksinya dan memeriksa isi amplop itu, mata Foy terbelalak melihat banyak sekali lembaran merah yang sedang dipegangnya. "Itu adalah tip buat Kamu, Aku hanya ingin Kamu memberitahukan sesuatu padaku" Alex mulai pada keinginannya. Foy mengernyitkan keningnya dan duduk sambil menghidupkan sebatang rokoknya, Foy menghisap dengan cantik rokok yang telah dihidupkannya. "Apa yang Tuan inginkan? tanya Foy santai. "Aku ingin Kamu menceritakan apapun yang Kamu ketahui tentang gadis be
Anak buah Andi Bagaskara tidak melakukan perlawanan hanya menerima saja apa yang diperlakuakan Alex padanya, Amarah Alex yang begitu kuat membuat siapapun yang ada didekatnya menjadi sasarannya. bertubi-tubi pukulan yang Alex hantamkan ketubuh anak buah Andi tersebut.BRUK! Seketika tubuhnya ambruk dibanting oleh Alex keatas meja Andi Bagaskara dimana Andi Bagaskara masih menyaksikan aksi Alex dengan duduk dikursinya."Cukup Alex!" Andi Bagaskara berdiri dan penuh amarah."Papa seharusnya tidak melanggar janji, sebagai seorang Ayah yang bertanggungjawab dan juga bijaksana!" Alex berteriak memaki."Cukup!!!, Untuk alasan apa Kamu mempertahankan perempuan yang Kamu ambil dari rumah terkutuk itu?masih banyak perempuan diluar sana yang berkelas dan bisa dengan mudah Kamu dapatkan?!" Andi Bagaskara meluapkan amarahnya dan memberikan pandangan pada Alex.Alex tidak menjawab apapun yang ditanyakan dan dibicarakan oleh Papa nya, hatinya yang dipenuhi amarah terasa mendidih dan terasa sangat