Gaia berdiri di pagar balkon, lengan menyentuh pagar besi di sana. Punggung tangan menahan dagu perempuan tersebut, tatapan kosong memandang langit malam yang dihiasi sedikit bintang. Wajahnya terlihat sangat letih, pikiran melayang jauh, terbayang-bayang ucapan orang kepercayaan sang ayah. Jari-jarinya kini memijat kening dengan lembut, seolah berusaha meredakan beban yang menghantam otak. Napas panjang keluar dari bibir anak pertama Arka.
“Ini sangat memusingkan,” keluhnya.Tak berselang lama Xavier memasuki ruangan, dia segera mendekati sang istri dan memegang bahu Gaia.“Ada apa, Sayang? Kamu kok semenjak pulang terus melamun. Emang tadi keluar ngapain sih?” tanya Xavier khawatir.“Apa Mama dan adikku menyakitimu lagi?” tanyanya kembali.Perempuan ini membalikkan tubuh dan memandang sang suami, trerlihat ia menghela napas sekali lagi.“Kalau aku merahasiakan sesuatu darimu, apa kamu bakal marah?” tanyanya pelan.LelAyah mertua Gaia sampai terkejut mendengar nada suara sang menantu, tatapan terarah ke wanita tersebut. Ia spontan menaruh koran dengan gerakan cepat ke meja, menyebabkan suara tangan menghantam benda. Semua mata yang tadi memandang Gaia, kini memandang Li Jian-Long.“Silvana, jangan keterlaluan. Dia menantu pilihanku loh,” tegur lelaki tersebut.Suara lelaki itu terdengar nada peringatan, mata Silvana menyipit mendengar perkataan sang suami. Bibir mengerucut tanda kesal, tetapi ketika manik mata ia beradu dengan Li Jian-Long yang pandangan sangat menusuk membuat dia menunduk takut.Sedangkan Xavier yang masih tenggelam dalam keterkejutan, tersadar dam segera mengusap punggung Gaia, berusaha menenangkan amarah yang bergejolak di hati perempuan tersebut.“Maafkan Mama mertuamu, Gaia,” seru Li Jian-Long.Saat lelaki itu berkata, nada suara sedikit melunak, tetapi tidak menghilangkan wibawa pria tersebut. Gaia menghela napas lalu memandang sang suami dan mertua lelaki, dia menganggukkan
Gaia langsung berwajah masam kala mendengar teguran sang asisten ayahnya, ia memasang ekpresi datar. Jiang Lie melihat hal ini menelan ludah, riak wajah perempuan tersebut kini sangat mirip dengan Arka. “Apa kamu mempertanyaan rencanaku,” kata Gaia dingin.Mendengar nada suara demikian Jiang Lie spontan menggeleng dengan cepat, melihat hal tersebut Gaia menyeringai lalu tertawa sangat lepas.“Apa aku sangat mirip dengan gaya Papaku,” lontar wanita tersebut.Mendapati perkataan Gaia, Jiang Lie langsung bernapas lega. Ia melirik Gaia lalu mengembuskan napas kembali dan pandangan kembali membelah jalanan.“Iya, iya, Nona sangat mirip dengan Tuan Arka. Sampai-sampai saya terkejut,” balas Jiang Lie.Istri Xavier ini langsung memasang wajah penuh senyuman membuat Jiang Lie sempat terpaku, ia segera menggerakkan kepala menggeleng dan lekas melajukan kendaraan lebih cepat.“Sudah-sudah, aku gak mau menggodamu lagi. Fokus ke jalanan, nanti kalau udah sampai beritahu aku, aku ingin fokus memba
Gaia memutarkan bola mata mendengar cibiran para wanita di hadapannya. Ia segera mengambil kembali resume dan memilih melangkah pergi karena malas meladeni mereka. Merasa tak dihargai salah satu perempuan tersebut lekas mencekal lengan istri Xavier.“Siapa yang menyuruhmu masuk! Kamu pergi dari sini. Perusahaan ini gak nerima orang kaya kamu,”semburnya.Perempuan berstatus anak pemilik perusahaan ini memandang malas para wanita yang menghadangnya, lalu pandangan mengarah ke lengan yang dicekal.“Kamu siapa, melarangku! Aku bahkan belum menyerahkan resume ini, kamu udah bilang perusahaan gak menerimaku. Memangnya kamu anak pemilik perusahaan ini,” ketus Gaia.Mereka langsung terdiam mendengar perkataan Gaia, saling memandang seperti berbicara lewat tatapan. “Aku, aku putri pemilik perusahaan ini, jadi aku punya kendali buat menerimamu atau menolakmu,” seru perempuan yang berbaju merah.Dua teman perempuan itu sempat terkejut lalu segera menganggukkan kepala.“Ya, Hana, putri tertua p
Gaia langsung bekerja, setelah memberikan resume, beberapa pasang mata memandang wanita itu. Berbagai terkaan di otak mereka, istri Xavier yang mendapatkan pandangan tersebut hanya mengembuskan napas.“Apa yang kalian lihat, ayo cepat bekerja! Atau sudah bosan bekerja di sini? Mau kasih kerjaan kalian sama yang melamar kerja,” sentak Jiang Lie.Semua segera menggelengkan kepala mendengar ucapan lelaki bermarga Jiang ini, sedangkan Gaia menyeringai melihat respon mereka lalu menatap asisten Ayahnya yang mendekat.“Kalau ada apa-apa bilang padaku,” lontar Jiang.Putri dari atasannya ini hanya mengangguk sebagai jawaban, Gaia menggerakkan tangan mengusir membuat semua yang melihat memandang tak percaya. Sedangkan Jiang Lie memajukan bibir lalu melangkah pergi, di tempat lain melihat hal tersebut. Fang Yin mengepalkan tangan dan bergegas pergi. Apalagi mendengar bisik-bisik para karyawan membuat telinga terasa panas bagi wanita yang mengangguk calon istri pria bermarga Jiang ini.“Lie Lie,
Mata mereka membulat kala mendengar ucapan dingin Jiang Lie, lalu lelaki itu bergegas melangkah pergi meninggalkan ruangan ini. Beberapa dari semua bergegas belari mencari Gaia, hati berdebar sangat kencang. Sedangkan Fang Yin mengepalkan tangan, dari pancaran netra terlihat begitu emosi. Sedangkan putri Mona dan Arka ini menyeringai, sambungan telepon tidak dimatikan membuat ia bisa mengetahui kekacau tadi. “Ini hanya gertakan kecil untuk kalian, beraninya mengertak orang baru, kalau gak diberi pelajaran nanti akan terus begini,” ucapnya pelan.Wanita itu bergegas mematikan sambungan telepon, lalu berakting sibuk melakukan pekerjaan yang diperintahkan mereka. Kala salah satu dari mereka melihat keberadaan Gaia, semua bergegas mendekati karyawan baru tersebut lal memegang tangan Gaia.“Jangan bekerja lagi, cepat ke ruangan Tuan Jiang! Jangan menunda waktu lagi, waktumu beberapa menit udah terpakai karena mencarimu,” lontar salah satu dari mereka dengan napas terengah.Gaia segera men
Mendengar suara Fang Yin yang sangat nyaring membuat kedua manusia berbeda jenis itu terkejut, bahkan Gaia spontan turun dari meja dan hendak terjatuh. Beruntung Jiang Lie dengan sigap menangkap perempuan tersebut, sedangkan calon istri lelaki tersebut semakin terbakar cemburu. "Apa yang kamu lakukan! menjauh dari calon suamiku," pekik wanita tersebut.Fang Yin berkata demikian sambil melangkah mendekati mereka dan menarik Gaia menjauh dari Jiang Lie. Tatapan penuh kecemburuan terlihat jelas, mendapati pandangan demikian perempuan itu hanya menghela napas lalu melirik bawahan kepercayaan Arka."Dasar Jalang! Beraninya menggoda calon suamiku," geram Fang Yin.Perempuan itu berkata sambil menunjuk-nunjuk wajah Gaia, istri Xavier ini segera menepis lengan Fang Yin yang membuat wanita itu semakin emosi."Jaga mulutmu! aku bukan Jalang, ataupun menggoda Lie. Lagian siapa yang mau menggoda dia, suamiku lebih menarik dimataku," balas Gaia ketus.Mata Fang Yin membulat, pendengarnya malah fo
Jiang Lie segera menepuk bahu Fang Yin membuat sang empu menoleh lalu mendapatkan tatapan tajam dari tunangannya. "Nona Gaia gak berbohong, dia memang putri pertama Tuan Arka," seru Jiang Lie.Fang Yin bangkit dari duduknya lalu melirik Jiang Lie dan Gaia, ia memandang tak percaya pada sang calon suami lalu menatap perempuan yang masih bergaya angkuh ini."Kamu meracuni pikiran calon suamiku, bahkan membuat ia berbohong!" hardik wanita tersebut.Gaia memutarkan bola matanya mendengar perkataan Fang Yin, ia kembali menghela napas."Calon istrimu ini sangat keras kepala, kamu urus saja sendiri! Jangan sampai membuat tugas dari Papaku terganggu," ucap istri Xavier."Dan jangan sampai dia membocorkan identitasku pada yang lain," lanjutnya. Setelah berkata demikian wanita itu segera melangkah ke kursi kebesaran Jiang Lie, sedangkan pria berstatus tunangan lelaki tersebut menarik agar sedikit menjauh dari Gaia."Kalau kamu gak percaya gak apa-apa, nanti setelah tugas yang diberikan Tuan
Mata Gaia membulat mendengar perkataan sang suami, bahkan ia sampai melepaskan sendok yang ia pegang membuat benda tersebut terjun ke piring. Hal ini membuat mereka menjadi pusat perhatian, kala tersadar perempuan tersebut lekas menggelengkan kepala dan jemarinya menyentuh lengan Xavier."Gak perlu, Sayang. Cukup antar ke tempat biasa aja," tolak Gaia spontan.Suara wanita itu agak tinggi, membuat Xavier memandangnya dengan tatapan tak biasa. Sedangkan Silvana dan Xinxin langsung tersenyum sinis dan Li Jian-Long segera menyingkirkan ekpresi kaget dan memilih kembali melahap hidangan."Maaf, Sayang. Aku gak bermaksud berbicara begitu," lontar perempuan itu pelan.Xavier menghela napas otaknya tengah menerka-nerka dan mata terus memandang sang istri. Baru saja hendak mengeluarkan suara, ia tetapi tak jadi karena di dahului Silvana dan Xinxin yang menyela."Kenapa gak mau putraku mengantar sampai ke perusahaan," sinis Silvana."Pasti malu itu, perusahaannya sangat kecil atau mungkin buk
Xavier segera mengantarkan Gaia dan mertuanya ke kediaman, sesampai di sana lelaki tersebut membantu Arka masuk ke dalam rumah. Kini semua telah berada di ruang tengah, pria ini memandang sang istri, paham akan tatapan kekasihnya ia lekas pamit dan mengajak putra arka ke kamar."Aku menunggu penjelasanmu, aku gak akan menuduh kamu langsung," lontar Xavier kala memasuki kamar.Gaia mendengar hal ini hanya tersenyum, ia mengunci pintu dan meraih lengan sang suami agar ikut duduk di ranjang. "Dia membantu Papaku, dia yang membawa Papaku ke rumah sakit," terang Gaia."Gak perlu memikirkan hal gak perlu, dia punya tunangan dan sebentar lagi menikah. Gak mungkin aku menjadi perusak hubungan orang laian, apalagi aku pernah merasakan hal tersebut, aku sangat paham sak ...."Ucapannya terhenti kala sang suami langsung menariknya dalam dekapan, membuat ia sangat terkejut sampai melotot. "Udah jangan dijelaskan, aku paham. Aku minta maaf karena belum bisa melindungimu sepenuhnya, tapi aku bers
Xavier yang ada dibelakang Bai Lisha langsung mengerutkan dahi, ia menatap ke depan dan menangkap sang istri tengah memandangnya. "Menduakan?" Lelaki ini mengulangi perkataan Lisha dengan nada santai, wanita itu langsung mengangguk sebagai jawaban. "Kamu ini, masih saja berusaha mencari keributan," gerutu Gaia. Dia mendengkus pelan lalu menatap malas Bai Lisha dan kembali memandang sang suami. Tangannya melipat dada dan memiringkan kepala, tanpa pandangan lepas dari Xavier. "Jangan mengelak kamu! Bukti sudah jelas di depan mata," sungut Lisha dengan nada tinggi. Mendengar suara Lisha, beberapa orang di rumah sakit menoleh. Perawat yang ada di sini mendekat dan menegur wanita bermarga Bai tersebut. Sedangkan Xavier melangkah mendekat dan meraih pinggang istrinya membuat jarak di antara mereka terkikis. “Bagaimana bisa istriku mendua, sementara dia selalu jatuh ke pelukanku setiap malam?” bisiknya dengan nada menggoda.Pipi Gaia langsung memerah. Ia mencoba melepaskan diri, tapi
Mata Mona melebar mendengar perkataan Jiang Lie, wanita itu langsung memotong perkataan bawahan sang suami. "Rumah sakit mana? Cepat katakan!" pekik wanita itu. Gaia yang mendengar ucapan sang Ibu langsung memandang wanita tersebut, Jiang Lie yang terkejut dengan teriakan istri atasannya sampai lupa hendak mengatakan apa tadi. Dia lekas menjawab pertanyaan Mona dan setelah itu secara sepihak perempuan ini mematikan sambungan telepon. "Ayo ke rumah sakit! Papamu masuk rumah sakit," ajak Mona. "Apa yang dilakukan lelaki itu, kenapa bisa sampai ke rumah sakit!" ucapnya dengan nada frustasi dan khawatir. Dengan gerakkan cepat wanita itu langsung meraih lengan sang putri dan menariknya. Kedua perempuan tersebut terlihat begitu terkejut tambah panik. "Ayo cepat ke rumah sakit ...." perintah Mona saat memasuki kendaraan. Sepanjang perjalanan, Mona terus-menerus menggigit bibir, ekspresinya menunjukkan kegelisahan yang dalam. Tangan mengepal kuat dipangkuan. sementara mata dia seseka
Waktu berputar begitu cepat, Xavier masih sibuk di perusahaan. Membaca dan menandatangani lalu bertemu beberapa orang membuat kesepakatan. "Apa sudah dapat?" tanya lelaki itu tidak sabaran. Ia memandang asistennya penuh harapan, membuat sang empu menunduk lalu menghembuskan napas. "Mereka menginginkan saham sebagai gantinya, Tuan," balas lelaki tersebut. Mata Xavier membelalak, ia mengepalkan tangan dan membuang wajah. "Lupakan saja, Tuan. Jangan cuma karena keegoisan Nyonya, Tuan memberikan beberapa persen saham pada mereka," tutur sang bawahan.Xavier memejamkan mata, ia bersandar di kursi dan mengibaskan tangan memerintah sang asisten untuk pergi. Suara notifikasi chat masuk, dia segera meraih benda pipihnya. [Sayang, aku lagi perawatan. Biar terlihat cantik dan segar,] [Sand photo] [Lihat, istrimu sangat mempesona bukan. 😁] Senyuman terlukis di bibir Xavier kala melihat pesan dari kekasihnya. Ia memandangi photo Gaia yang sedang menikmati pijatan sambil memejamkan mata.
Senyuman masih melekat di bibir Gaia, ia langsung melingkarkan tangan di leher sang suami. Mata mereka saling memandang dan menyelami, lalu berjinjit agar bisa berbisik di telinga Xavier. "Aku tidak akan pernah meninggalkanmu, bodoh. Kamu gak perlu takut, kecuali kamu memang mempunyai kesalahan," lontarnya pelan di dekat telinga Xavier. Xavier menghela napas, menatap wajah istrinya yang begitu tenang seakan tak terjadi apa-apa. Ia memeluk erat pinggang sang istri, membuat keduanya tak ada jarak sedikitpun. Mengecup puncak kepala Gaia dengan penuh rasa sayang.“Aku tidak suka, kalau kamu mengambil risiko seperti itu,” gumamnya pelan.Gaia mengangguk dalam pelukannya. “Aku mengerti. Aku janji, aku tidak akan mengatakannya lagi.”Xavier sedikit tenang mendengar janji istrinya, tapi ada hal lain yang mengganggunya. “Sekarang soal acara Tuan Arka… maaf aku gak bisa mengajakmu pergi,” tutur lelaki itu dengan nada lemah. Gaia melepaskan pelukan dan menatap Xavier dengan mata penuh tekad.
Mendengar perkataan Jian-Long, Gaia langsung mengalihkan tatapannya pada lelaki itu. Sedangkan Xavier menggenggam jemari sang istri, seolah dari genggaman tersebut menyalurkan kekuatan. Senyuman masih terulas di bibir, suami perempuan ini bahkan terkejut dengan aksi pasangan hidup dia. "Batasan?" Gaia mengulang kata itu sambil menatap sang ayah mertua. "Sejak awal, siapa yang lebih dulu melewati batas? Aku hanya membela diri dan menuntut keadilan. Aku sudah lama terus diam, tapi mereka selalu menginjak-injak aku, gak menghargai aku. Ayah kamu tau itu,"Xinxin mendengus marah, ia masih berusaha merampas handphone Gaia. "Hapus rekaman itu sekarang juga, Gaia!"Gaia menggeleng pelan, masih dengan senyum tenang. "Tidak semudah itu. Aku hanya ingin memastikan kamu dan Mama menepati janji, itu saja apa susahnya."Silvana mengepalkan tangannya erat, napasnya memburu karena amarah yang ditahan. "Jangan macam-macam, Gaia. Aku tidak akan membiarkanmu mempermalukan keluarga ini!""Justru aku ya
Istri Xavier tersenyum tipis kala mendengar perkataan sang mertua, sedangkan Jian-Long memandang heran menantu dan kekasihnya. "Kalau terbukti palsu aku bakal berpisah dengan Xavier," ucap wanita tersebut. Mata Xavier membulat sempurna mendengar perkataan sang istri, dia langsung menarik Gaia membuat wanita itu menabrak tubuhnya. "Sayang! Apa-apaan kamu, jangan main-main! Tarik ucapanmu kembali," seru lelaki itu dengan nada tajam. Sedangkan Xinxin dan Silvana menyeringai mendengar perkataan wanita tersebut, dan Gaia ia sedikit terkejut dengan tarikan sang suami. "Kenapa kamu diam aja, tarik ucapanmu! Pernikahan kita jangan dipakai taruhan," kata Xavier sekali lagi. Tatapannya begitu menghunus memandang sang istri, sedangkan Gaia ia tersenyum kecil. Perempuan ini mengelus lembut punggung tangan lelakinya dengan penuh kasih sayang. "Kamu tenang aja, percaya sama aku," tutur Gaia tenang. Setelah berkata demikian, wanita itu kembali memandang dua perempuan yang terus mengincarnya.
Wanita itu masih terdiam tidak menlanjutkan perkataannya, ia bahkan mengigit bibir bawah, seolah ragu untuk melajukannya."Karena apa? hah!" desak sang ayah mertua dengan nada mencemooh. "Jangan bilang kamu pernah memilikinya, ah bukan, melihatnya, melihatnya dari mana coba. Dari mimpi!" sindir lelaki tersebut dengan tajam. Xinxin menyeringai mengetahui jika sang ayah terlihat agak membenci Gaia, sedangkan istri Xavier menghela napas berusaha tenang."Terserah apa yang kalian pikirkan, aku hanya menekankan kalung ini asli . Kalau tidak percaya kalian bisa ke ahlinya," seru Gaia. "Kalau gitu aku bakal menelepon untuk meminta dia datang menilai," balas Silvana. Gaia hanya mengedikkan bahu, sedangkan Xavier memandang istrinya lalu menghela napas. "Apa perlu? Kalung itu bahkan aku sempat berebutan dengan Tuan Atha, dia juga bilang kalau ini asli," tutur Xavier. Mendengar nama Atha dengan kedua kalinya, Jian-Long mengerutkan dahi ia memandang putranya dengan heran. "Tuan Atha, siapa?
Suara Jian-Long begitu nyaring membuat Gaia langsung menghentikan langkahnya, ia menoleh memandang mereka mereka. Sedangkan Xinxin berdecak kesal dan memalingkan wajah."Kenapa kamu membeli barang sampah ini! kenapa gak mendapatkan barang yang kita inginkan, kamu sangat bodoh!" maki lelaki itu."Ini pasti permintaan istrimu kan, kamu gak mungkin melanggar janjimu untuk mendapatkan barang untuk hadiah putri Tuan Arka," seru Silvana."Ya, pasti ini suruhan dia, kamu sangat bodoh Kak!" omel Xinxin.Mendengar ia dimaki sang adik, lelaki itu langsung menatap tajam perempuan yang umur dibawahnya. "Kalian gak perlu khawatir, kalung ini asli," jelas Gaia.Semua langsung memandang Gaia, mereka mendelik mendengar perkataan istri Xavier."Kenapa kamu membuat ulah, sudah Ayah bilang jangan membuat masalah! sekarang gimana kita memberikan hadiah buat putri Tuan Arka," geram Li Jian-Long."Kamu begitu mengecewakanku, Gaia!" tekan pria tersebut, ia masih menatap tajam Gaia membuat wanita ini menghe