Mendengar suara Fang Yin yang sangat nyaring membuat kedua manusia berbeda jenis itu terkejut, bahkan Gaia spontan turun dari meja dan hendak terjatuh. Beruntung Jiang Lie dengan sigap menangkap perempuan tersebut, sedangkan calon istri lelaki tersebut semakin terbakar cemburu. "Apa yang kamu lakukan! menjauh dari calon suamiku," pekik wanita tersebut.Fang Yin berkata demikian sambil melangkah mendekati mereka dan menarik Gaia menjauh dari Jiang Lie. Tatapan penuh kecemburuan terlihat jelas, mendapati pandangan demikian perempuan itu hanya menghela napas lalu melirik bawahan kepercayaan Arka."Dasar Jalang! Beraninya menggoda calon suamiku," geram Fang Yin.Perempuan itu berkata sambil menunjuk-nunjuk wajah Gaia, istri Xavier ini segera menepis lengan Fang Yin yang membuat wanita itu semakin emosi."Jaga mulutmu! aku bukan Jalang, ataupun menggoda Lie. Lagian siapa yang mau menggoda dia, suamiku lebih menarik dimataku," balas Gaia ketus.Mata Fang Yin membulat, pendengarnya malah fo
Jiang Lie segera menepuk bahu Fang Yin membuat sang empu menoleh lalu mendapatkan tatapan tajam dari tunangannya. "Nona Gaia gak berbohong, dia memang putri pertama Tuan Arka," seru Jiang Lie.Fang Yin bangkit dari duduknya lalu melirik Jiang Lie dan Gaia, ia memandang tak percaya pada sang calon suami lalu menatap perempuan yang masih bergaya angkuh ini."Kamu meracuni pikiran calon suamiku, bahkan membuat ia berbohong!" hardik wanita tersebut.Gaia memutarkan bola matanya mendengar perkataan Fang Yin, ia kembali menghela napas."Calon istrimu ini sangat keras kepala, kamu urus saja sendiri! Jangan sampai membuat tugas dari Papaku terganggu," ucap istri Xavier."Dan jangan sampai dia membocorkan identitasku pada yang lain," lanjutnya. Setelah berkata demikian wanita itu segera melangkah ke kursi kebesaran Jiang Lie, sedangkan pria berstatus tunangan lelaki tersebut menarik agar sedikit menjauh dari Gaia."Kalau kamu gak percaya gak apa-apa, nanti setelah tugas yang diberikan Tuan
Mata Gaia membulat mendengar perkataan sang suami, bahkan ia sampai melepaskan sendok yang ia pegang membuat benda tersebut terjun ke piring. Hal ini membuat mereka menjadi pusat perhatian, kala tersadar perempuan tersebut lekas menggelengkan kepala dan jemarinya menyentuh lengan Xavier."Gak perlu, Sayang. Cukup antar ke tempat biasa aja," tolak Gaia spontan.Suara wanita itu agak tinggi, membuat Xavier memandangnya dengan tatapan tak biasa. Sedangkan Silvana dan Xinxin langsung tersenyum sinis dan Li Jian-Long segera menyingkirkan ekpresi kaget dan memilih kembali melahap hidangan."Maaf, Sayang. Aku gak bermaksud berbicara begitu," lontar perempuan itu pelan.Xavier menghela napas otaknya tengah menerka-nerka dan mata terus memandang sang istri. Baru saja hendak mengeluarkan suara, ia tetapi tak jadi karena di dahului Silvana dan Xinxin yang menyela."Kenapa gak mau putraku mengantar sampai ke perusahaan," sinis Silvana."Pasti malu itu, perusahaannya sangat kecil atau mungkin buk
Semua terkejut dengan perkataan Silvana, sedangkan Li Jian-Long tangannya hendak melayang ke pipi istrinya tetapi tidak jadi mendarat di sana. Lelaki itu mengepal dan mendengkus sangat kasar membuat spontan perempuan yang ia nikahi menundukkan kepala. "Kamu, kamu!" Ucapan Li Jian-Long terdengar sangat tertahan, ia seperti berusaha agar tidak mengeluarkan perkataan kasar yang akan semakin memperburuk suasana. Tetapi ternyata terwakili oleh putranya."Mah! kamu apa-apaan sih, main asal bicara aja. Kalau di dengar orang lain gimana," omel Xavier."Mana mungkin istri dan Ayahku berbuat begitu, kalau Ayah berbuat nakal gak mungkin dia selalu mengutamakan Mama," lanjutnya.Silvana langsung bungkam mendengar ucapan sang anak, ia bergerak gelisah dan spontan memukul kepala sendiri. Melihat hal tersebut Li Jian-Long lekas memegangi tangan sang istri agar tidak menyakiti diri sendiri. "Maaf, Sayang," kata Silvana dengan nada lemah.
Fang Yin segera keluar dari mobil dan bersuara membuat ketiga manusia itu memandangnya, wanita tersebut meneguk ludah susah payah dan berdiri di dekat Gaia."Di dalam mobil gak ada, Gaia," seru perempuan itu. Wanita itu segera mengerutkan kening kala melihat Xavier, berusaha berakting dengan bagus. Ia memiringkan kepala melihat wajah anak Li Jian-Long. "Tuan Li, kenapa kamu ada di sini?" tanya Fang Yin.Mendengar pertanyaan itu Xavier memandangnya sebentar lalu beralih menatap sang istri dan Jiang Lie."Kami benar-benar gak ada apa-apa, Sayang. Mereka membantu aku mencari flashdiskku, aku menghilangkannya, padahal itu sangat penting," jelas sang istri.Dahi Fang Yin langsung berkerut kala mendengar panggilan Gaia pada Xavier, ia memandang mereka secara bergantian lalu tanpa sadar menunjuk keduanya."Kalian ...?" Jiang Lie menarik lengan Fang Yin dan menyembunyikan di belakang tubuhnya, tatapannya melotot mem
Suara ketukan pintu membuat lelaki itu menoleh lalu memejamkan mata dan memijat keningnya, ia mengembuskan napas."Aku sangat lelah, terima kasih sudah membantuku menyelesaikan ini," keluh Leonard sambil mengatakan terima kasih."Pas datang langsung diserbu pekerjaan," lanjutnya.Sang teman hanya meringis mendengar keluhan sahabat kuliahnya ini, ia paham dengan perasaan lelaki itu, ia menepuk bahu Leonard dan duduk di atas meja."Gak usah sungkan, kamu juga sering membantu pekerjaanku," balas pria tersebut.Leonard mengulas senyuman, lalu menyandarkan kepala, menatap langit ruangan miliknya. "Setelah selesai ini ayo kita bermain sepuasnya," ajak sang teman.Mendengar ajakan sang teman, Leonard menatap lelaki itu lalu menggelengkan kepala sebagai jawaban. "Nanti aja ya, aku ingin mengajak Gaia bermain berdua, dia kan sangatr suka bermain games," tolak Leonard.Teman kuliah Leonard ini langsung memajuka
Waktu terus bergerak tanpa ada istirahat sedetik pun, seperti jika ia berhenti sebentar saja akan membuat dunia dalam bahaya. Sementara Xavier, lelaki itu sangat terlihat sibuk mengetik di keyboard laptop dengan lincah. Mata tertuju begitu tajam pada layar yang menyala, alis mengerut sedikit seakan fokusnya terus tersedot yang berada di benda tersebut. Suara pintu dibanting membuat pria tersebut mengalihkan pandangan, kepala mendongak dengan mata menyipit melihat siapa yang berani mengganggu konsentrasinya. Terlihat di tengah pintu tengah berdiri Bai Lisha yang bernapas tersengal-sengal, tangan terangkat menyentuh dada. Sementara sekretaris Xavier langsung menunduk kala mendapatkan tatapan tajam dari Xavier, tubuh menegang, jemari terkepal erat di sisi tubuh. Seakan siap menerima hukuman yang akan di layangkan padanya."Pergilah!" perintah Xavier."Pergilah!" perintah Xavier.Terlihat pria itu menghela napas, suaranya begitu dingin kala berbicara tadi. Ba
Xavier terdiam mendengar ucapan Bai Lisha membuat wanita itu menyeringai, perempuan tersebut langsung menepuk pakaiannya lalu mendaratkan bokong di meja kerja lelaki berstatus suami orang lain ini."Kamu benar gak berbohong?" tanya Xavier memastikan.Bai Lisha menganggukkan kepala sebagai jawaban, tatapan lelaki itu kini menatap sang lawan bicara dengan tatapan menelisik mencari kebenaran. Xavier menghela napas kala tidak mendapati kebohongan dalam diri perempuan tersebut."Kamu pasti gak mau rugi, kamu mau membantu imbalannya apa kalau berhasil?" balas lelaki tersebut.Wanita itu menyeringai mendengar perkataan Xavier, ia langsung menopang kaki bergaya begitu angkuh. Sedangkan lelaki ini segera memalingkan wajah, ia memilih melangkah menjauh dan mendaratkan bokong di sofa."Aku ingin kamu menceraikan wanita itu dan menikahiku, mudah bukan!" Mata Xavier melotot mendengar ucapan Bai Lisha, lelaki itu bahkan langsung berdiri dan m
Xavier segera mengantarkan Gaia dan mertuanya ke kediaman, sesampai di sana lelaki tersebut membantu Arka masuk ke dalam rumah. Kini semua telah berada di ruang tengah, pria ini memandang sang istri, paham akan tatapan kekasihnya ia lekas pamit dan mengajak putra arka ke kamar."Aku menunggu penjelasanmu, aku gak akan menuduh kamu langsung," lontar Xavier kala memasuki kamar.Gaia mendengar hal ini hanya tersenyum, ia mengunci pintu dan meraih lengan sang suami agar ikut duduk di ranjang. "Dia membantu Papaku, dia yang membawa Papaku ke rumah sakit," terang Gaia."Gak perlu memikirkan hal gak perlu, dia punya tunangan dan sebentar lagi menikah. Gak mungkin aku menjadi perusak hubungan orang laian, apalagi aku pernah merasakan hal tersebut, aku sangat paham sak ...."Ucapannya terhenti kala sang suami langsung menariknya dalam dekapan, membuat ia sangat terkejut sampai melotot. "Udah jangan dijelaskan, aku paham. Aku minta maaf karena belum bisa melindungimu sepenuhnya, tapi aku bers
Xavier yang ada dibelakang Bai Lisha langsung mengerutkan dahi, ia menatap ke depan dan menangkap sang istri tengah memandangnya. "Menduakan?" Lelaki ini mengulangi perkataan Lisha dengan nada santai, wanita itu langsung mengangguk sebagai jawaban. "Kamu ini, masih saja berusaha mencari keributan," gerutu Gaia. Dia mendengkus pelan lalu menatap malas Bai Lisha dan kembali memandang sang suami. Tangannya melipat dada dan memiringkan kepala, tanpa pandangan lepas dari Xavier. "Jangan mengelak kamu! Bukti sudah jelas di depan mata," sungut Lisha dengan nada tinggi. Mendengar suara Lisha, beberapa orang di rumah sakit menoleh. Perawat yang ada di sini mendekat dan menegur wanita bermarga Bai tersebut. Sedangkan Xavier melangkah mendekat dan meraih pinggang istrinya membuat jarak di antara mereka terkikis. “Bagaimana bisa istriku mendua, sementara dia selalu jatuh ke pelukanku setiap malam?” bisiknya dengan nada menggoda.Pipi Gaia langsung memerah. Ia mencoba melepaskan diri, tapi
Mata Mona melebar mendengar perkataan Jiang Lie, wanita itu langsung memotong perkataan bawahan sang suami. "Rumah sakit mana? Cepat katakan!" pekik wanita itu. Gaia yang mendengar ucapan sang Ibu langsung memandang wanita tersebut, Jiang Lie yang terkejut dengan teriakan istri atasannya sampai lupa hendak mengatakan apa tadi. Dia lekas menjawab pertanyaan Mona dan setelah itu secara sepihak perempuan ini mematikan sambungan telepon. "Ayo ke rumah sakit! Papamu masuk rumah sakit," ajak Mona. "Apa yang dilakukan lelaki itu, kenapa bisa sampai ke rumah sakit!" ucapnya dengan nada frustasi dan khawatir. Dengan gerakkan cepat wanita itu langsung meraih lengan sang putri dan menariknya. Kedua perempuan tersebut terlihat begitu terkejut tambah panik. "Ayo cepat ke rumah sakit ...." perintah Mona saat memasuki kendaraan. Sepanjang perjalanan, Mona terus-menerus menggigit bibir, ekspresinya menunjukkan kegelisahan yang dalam. Tangan mengepal kuat dipangkuan. sementara mata dia seseka
Waktu berputar begitu cepat, Xavier masih sibuk di perusahaan. Membaca dan menandatangani lalu bertemu beberapa orang membuat kesepakatan. "Apa sudah dapat?" tanya lelaki itu tidak sabaran. Ia memandang asistennya penuh harapan, membuat sang empu menunduk lalu menghembuskan napas. "Mereka menginginkan saham sebagai gantinya, Tuan," balas lelaki tersebut. Mata Xavier membelalak, ia mengepalkan tangan dan membuang wajah. "Lupakan saja, Tuan. Jangan cuma karena keegoisan Nyonya, Tuan memberikan beberapa persen saham pada mereka," tutur sang bawahan.Xavier memejamkan mata, ia bersandar di kursi dan mengibaskan tangan memerintah sang asisten untuk pergi. Suara notifikasi chat masuk, dia segera meraih benda pipihnya. [Sayang, aku lagi perawatan. Biar terlihat cantik dan segar,] [Sand photo] [Lihat, istrimu sangat mempesona bukan. 😁] Senyuman terlukis di bibir Xavier kala melihat pesan dari kekasihnya. Ia memandangi photo Gaia yang sedang menikmati pijatan sambil memejamkan mata.
Senyuman masih melekat di bibir Gaia, ia langsung melingkarkan tangan di leher sang suami. Mata mereka saling memandang dan menyelami, lalu berjinjit agar bisa berbisik di telinga Xavier. "Aku tidak akan pernah meninggalkanmu, bodoh. Kamu gak perlu takut, kecuali kamu memang mempunyai kesalahan," lontarnya pelan di dekat telinga Xavier. Xavier menghela napas, menatap wajah istrinya yang begitu tenang seakan tak terjadi apa-apa. Ia memeluk erat pinggang sang istri, membuat keduanya tak ada jarak sedikitpun. Mengecup puncak kepala Gaia dengan penuh rasa sayang.“Aku tidak suka, kalau kamu mengambil risiko seperti itu,” gumamnya pelan.Gaia mengangguk dalam pelukannya. “Aku mengerti. Aku janji, aku tidak akan mengatakannya lagi.”Xavier sedikit tenang mendengar janji istrinya, tapi ada hal lain yang mengganggunya. “Sekarang soal acara Tuan Arka… maaf aku gak bisa mengajakmu pergi,” tutur lelaki itu dengan nada lemah. Gaia melepaskan pelukan dan menatap Xavier dengan mata penuh tekad.
Mendengar perkataan Jian-Long, Gaia langsung mengalihkan tatapannya pada lelaki itu. Sedangkan Xavier menggenggam jemari sang istri, seolah dari genggaman tersebut menyalurkan kekuatan. Senyuman masih terulas di bibir, suami perempuan ini bahkan terkejut dengan aksi pasangan hidup dia. "Batasan?" Gaia mengulang kata itu sambil menatap sang ayah mertua. "Sejak awal, siapa yang lebih dulu melewati batas? Aku hanya membela diri dan menuntut keadilan. Aku sudah lama terus diam, tapi mereka selalu menginjak-injak aku, gak menghargai aku. Ayah kamu tau itu,"Xinxin mendengus marah, ia masih berusaha merampas handphone Gaia. "Hapus rekaman itu sekarang juga, Gaia!"Gaia menggeleng pelan, masih dengan senyum tenang. "Tidak semudah itu. Aku hanya ingin memastikan kamu dan Mama menepati janji, itu saja apa susahnya."Silvana mengepalkan tangannya erat, napasnya memburu karena amarah yang ditahan. "Jangan macam-macam, Gaia. Aku tidak akan membiarkanmu mempermalukan keluarga ini!""Justru aku ya
Istri Xavier tersenyum tipis kala mendengar perkataan sang mertua, sedangkan Jian-Long memandang heran menantu dan kekasihnya. "Kalau terbukti palsu aku bakal berpisah dengan Xavier," ucap wanita tersebut. Mata Xavier membulat sempurna mendengar perkataan sang istri, dia langsung menarik Gaia membuat wanita itu menabrak tubuhnya. "Sayang! Apa-apaan kamu, jangan main-main! Tarik ucapanmu kembali," seru lelaki itu dengan nada tajam. Sedangkan Xinxin dan Silvana menyeringai mendengar perkataan wanita tersebut, dan Gaia ia sedikit terkejut dengan tarikan sang suami. "Kenapa kamu diam aja, tarik ucapanmu! Pernikahan kita jangan dipakai taruhan," kata Xavier sekali lagi. Tatapannya begitu menghunus memandang sang istri, sedangkan Gaia ia tersenyum kecil. Perempuan ini mengelus lembut punggung tangan lelakinya dengan penuh kasih sayang. "Kamu tenang aja, percaya sama aku," tutur Gaia tenang. Setelah berkata demikian, wanita itu kembali memandang dua perempuan yang terus mengincarnya.
Wanita itu masih terdiam tidak menlanjutkan perkataannya, ia bahkan mengigit bibir bawah, seolah ragu untuk melajukannya."Karena apa? hah!" desak sang ayah mertua dengan nada mencemooh. "Jangan bilang kamu pernah memilikinya, ah bukan, melihatnya, melihatnya dari mana coba. Dari mimpi!" sindir lelaki tersebut dengan tajam. Xinxin menyeringai mengetahui jika sang ayah terlihat agak membenci Gaia, sedangkan istri Xavier menghela napas berusaha tenang."Terserah apa yang kalian pikirkan, aku hanya menekankan kalung ini asli . Kalau tidak percaya kalian bisa ke ahlinya," seru Gaia. "Kalau gitu aku bakal menelepon untuk meminta dia datang menilai," balas Silvana. Gaia hanya mengedikkan bahu, sedangkan Xavier memandang istrinya lalu menghela napas. "Apa perlu? Kalung itu bahkan aku sempat berebutan dengan Tuan Atha, dia juga bilang kalau ini asli," tutur Xavier. Mendengar nama Atha dengan kedua kalinya, Jian-Long mengerutkan dahi ia memandang putranya dengan heran. "Tuan Atha, siapa?
Suara Jian-Long begitu nyaring membuat Gaia langsung menghentikan langkahnya, ia menoleh memandang mereka mereka. Sedangkan Xinxin berdecak kesal dan memalingkan wajah."Kenapa kamu membeli barang sampah ini! kenapa gak mendapatkan barang yang kita inginkan, kamu sangat bodoh!" maki lelaki itu."Ini pasti permintaan istrimu kan, kamu gak mungkin melanggar janjimu untuk mendapatkan barang untuk hadiah putri Tuan Arka," seru Silvana."Ya, pasti ini suruhan dia, kamu sangat bodoh Kak!" omel Xinxin.Mendengar ia dimaki sang adik, lelaki itu langsung menatap tajam perempuan yang umur dibawahnya. "Kalian gak perlu khawatir, kalung ini asli," jelas Gaia.Semua langsung memandang Gaia, mereka mendelik mendengar perkataan istri Xavier."Kenapa kamu membuat ulah, sudah Ayah bilang jangan membuat masalah! sekarang gimana kita memberikan hadiah buat putri Tuan Arka," geram Li Jian-Long."Kamu begitu mengecewakanku, Gaia!" tekan pria tersebut, ia masih menatap tajam Gaia membuat wanita ini menghe