Pagi itu mentari baru saja bersinar, hingga teriknya menembus jendela kamar yang semalam sengaja dibuka oleh Maria. Terlihat tiga orang beda generasi itu masih tertidur pulas.Maria dan Mark saling berpelukan. Sedangkan Joe tidur dalam kondisi membelakangi mereka.Tepat pukul tujuh pagi Joe bangun lebih dulu. Dan menyaksikan kedua orang tuanya tengah berpelukan."Lepaskan Mommyku!" teriak Joe tak senang. Tak ayal Maria dan Mark sontak terkejut.Maria melihat tangan Mark yang melingkar di pinggangnya, seketika menghempas tangan pria tersebut. Tak ingin memberi contoh yang tidak baik untuk Putranya itu."Joe, maafkan Mommy, Sayang. Joe jangan salah paham. Mommy tidak sengaja memeluk Uncle." Buru-buru Maria memberi penjelasan kepada Joe. Wanita cantik itu pun merasa malu, karena ulah Mark yang sengaja memeluk dirinya.Sementara Mark terlihat gembira. Namun, tak menunjukkannya kepada Ibu dan Anak itu. Ia hanya diam dengan ekspresi yang sulit untuk diartikan."Tapi Mommy terlihat menyukain
Semalaman Leo dan kedua orang tuanya panik memikirkan Joe yang tidak kelihatan sejak siang.Kini waktu telah menunjukkan pukul tujuh pagi dan Bocah itu masih belum kembali. Tanpa mereka ketahui, bahwa saat ini Joe tengah bersama kedua orang tuanya di praha.Saat membawa Joe, Mark tidak memberitahu siapapun. Dia langsung membawa Putranya itu begitu ia setuju."Apa yang sedang Ibu dan Ayah lakukan kemarin? Mengapa bisa sampai kehilangan Joe?" tukas Leo dengan paniknya.Wajah pria tampan itu terlihat pucat, karena tidak tidur semalaman. Belum lagi rasa lelah karena pekerjaan."Kemarin Joe bermain sepak bola di halaman rumah. Ibu dan Ayah sedang membersihkan paviliun sebelah," jelas Lisa dengan raut panik yang luar biasa."Astaga Ibu, mengapa harus membersihkan paviliun? Bukankah kita masih punya Pelayan untuk melakukan pekerjaan itu? Sekarang lihat yang terjadi, kita kehilangan Joe... Entah apa yang akan terjadi pada Maria bila tahu Putranya hilang," balas Leo kian panik."Maafkan Ibu, N
Maria meringis dan merintih ketika Mark memperlakukannya dengan kasar. Tak ada lagi sentuhan lembut seperti yang biasa ia lakukan.Bukan karena Mark tak bergairah. Apa lagi membenci mantan istrinya, tetapi rasa cemburu lebih mendominasi.Maria pun tidak ingin menjelaskan kepada pria itu. Sebab, dirasa percuma saja. Mark tidak akan mendengarkan dirinya.Kini Maria hanya bisa pasrah menerima perlakuan kasar Mark. Bahkan ketika ia menepuk keras bokongnya saat menusuk dalam-dalam tubuh wanita cantik itu.Hendak berteriak, tetapi tak akan ada yang bersedia membantunya. Terlebih lagi di luar sana ada Joe yang sedang bermain. Jika Maria gegabah, maka masa depan Putranya akan semakin suram.Usai meniduri Maria, Mark menjatuhkan tubuh ke sisi wanita itu tanpa berkata apa-apa. Hanya deru napas yang saling bersahutan.Sementara Maria membelakangi pria tersebut. Merasa muak padanya."Bersihkan dirimu, setelah itu ikut aku ke suatu tempat." Kemudian Mark beranjak, memberi pesan kepada Maria sebelu
Prosesi pernikahan itu telah usai hanya dalam hitungan tiga puluh menit. Mark tidak membutuhkan pendamping wanita ataupun pria. Asal ia bisa menikahi Maria secara resmi, maka ia tak butuh apapun lagi.Ternyata benar kata pepata, bahwa uang adalah raja dunia. Dan hari ini telah terbukti peribahasa itu. Dimana Mark mengandalkan harta kekayaannya untuk membungkam orang-orang tersebut.Bahkan dengan mudah mendapat surat cerai untuk Casandra sekaligus akta nikah untuk Maria.Sungguh kuasa yang luar biasa. Uang mampu menggerakkan tenaga manusia. Sementara yang lemah tak berdaya untuk menentang perintahnya. Seperti yang dialami oleh Maria saat ini."Mommy tidak ikut bersama Joe dan Daddy?" Perhatian Maria sontak teralihkan begitu Joe menyebut Mark dengan sebutan 'Daddy'. Padahal interaksi keduanya baru terhitung satu hari. Mark benar-benar pandai mencuri hati anak kecil."Daddy?" tanya Maria dengan kening yang hampir menyatu."Yes, Joe sudah memutuskan untuk memanggil Uncle dengan sembutan D
"Mommy, Daddy, sedang apa?" Maria dan Mark masih saling beradu pandangan. Tiba-tiba saja Joe datang, hingga keduanya terkejut salah tingkah."Joe?" gumam Maria dan Mark secara bersamaan."Kata Daddy hari ini kita akan melakukan piknik. Apakah Daddy lupa?" tanya Joe antusias."Piknik?" Maria melirik Mark penuh tanya.Dalam hati Maria berkata, "Jadi benar dia ingin mengajakku piknik? Aku pikir dia sedang menggodaku.""Ah ya, tentu saja jadi. Daddy dan Mommy mau siap-siap dulu. Joe tunggu saja di mobil bersama supir," ucap Mark kemudian setelah beberapa saat diam."Okay."Kemudian Joe meninggalkan kedua orang tuanya itu. Menemui Rudolf yang sedang menghisap rokok di halaman rumah sembari meneguk kopi cappucino kesukaannya."So, apa kau bersedia ikut bersama kami? Joe yang minta lo, bukan aku." Mark sengaja mengkambing hitamkan Joe agar Maria bersedia turut serta bersama mereka.Disana Mark berencana ingin membuat Maria bahagia dengan menunjukkan birunya air laut di pesisir pantai seperti
Sementara itu di suatu tempat. Ada seorang wanita berusia tiga puluh tujuh tahun tengah membuat adonan kue tart bersama Ibunya.Adalah Rebeca, mantan pelayan Mark sekaligus sahabat karib Maria yang sudah dianggapnya saudara."Rebeca, hari ini kita mendapat pesanan kue tart yang lumayan banyak. Apakah dia temanmu?" tanya Angel, Ibu Rebeca."Dia hanya orang asing, Mom. Kebetulan aku bertemu dengannya dua hari lalu. Saat itu dia sedang mencicipi kue buatan kita, dan mungkin tertarik dengan rasanya. Maka dia pun memesan kue tart ini untuk perayaan ulang tahun pernikahan," jelas Rebeca sembari memecah beberapa butir telur ke dalam adonan kue."Jadi begitu... Biar aku bantu. Kau pasti lelah," balas Angel."Tidak perlu, Mom. Biar Mommy istirahat. Aku baik-baik saja kok." Rebeca tidak mengizinkan Ibunya yang sudah rentah itu mengerjakann pekerjaan berat.Angel adalah bagian terpenting dalam hidup wanita berambut pirang itu. Seperti sebuah jantung yang bekerja memompa darah, begitulah arti Ang
"Ada apa, Nak? Mengapa kau memasukkan seluruh pakaian ke dalam koper?" Setibanya di rumah, buru-buru Rebeca mengambil seluruh pakaian dan dimasukkan ke dalam tas berupa koper.Gadis berambut pirang itu hendak melarikan diri dari Maria."Mom, kita harus segera pergi dari sini," sahut Rebeca sembari memasukkan pakaian ke dalam tas."Tapi kenapa, Nak?" tanya Angel masih belum paham."Mom, please. Kita harus segera pergi dari sini. Nanti aku jelaskan begitu kita sudah meninggalkan kota ini," papar Rebeca mulai kesal pada Ibunya yang terus melemparinya dengan pertanyaan.Sementara ia sudah tak tahan lagi ingin segera meninggalkan kota tersebut."Bisa jelaskan pada Mommy apa yang sebenarnya terjadi?" Sekali lagi Angel mendesak Rebeca untuk memberinya penjelasan secara rinci agar ia bisa mencerna dengan baik masalah apa yang tengah melanda anak semata wayangnya itu."Oh God! Please, Mommy. Kita akan membahas ini di perjalanan. Tapi sebelum itu tolong Mommy jangan menyerangku dengan segudang
Maria menatap takjub pada bangunan mewah di depannya."Ini..." Bahkan ia tak sanggup berkata-kata saking mewahnya bangunan yang dibuat di atas tebing itu."Kau suka?" tanya Mark sembari tersenyum bahagia."Daddy, apa kita sudah sampai?" Joe yang masih terjaga, akhirnya mempertanyakan keberadaan mereka."Iya, Sayang. Kita sudah sampai," sahut Mark."Ikutlah denganku. Kita masuk ke dalam dan melihat ada apa di sana." Lalu Mark mengajak Ibu dan Anak itu untuk memasuki bangunan tersebut.Dan ketiganya pun akhirnya keluar dari mobil yang sudah terparkir di pekarangan bangunan yang lebih mirip vila itu.Di pekarangan vila tersebut terdapat beberapa pohon rindang yang menjulang tinggi. Pohon mangga serta jeruk sankis turut menghiasi vila bercat putih kombinasi coklat muda itu.Ada bunga-bunga bermekaran di samping ayunan berwarna abu-abu. Tak lupa pula gazebo kecil bertengger indah di sudut vila tersebut.Lampu kristal memancarkan cahaya di dalam vila. Menerangi seluruh ruangan bangunan ind