Maria menatap takjub pada bangunan mewah di depannya."Ini..." Bahkan ia tak sanggup berkata-kata saking mewahnya bangunan yang dibuat di atas tebing itu."Kau suka?" tanya Mark sembari tersenyum bahagia."Daddy, apa kita sudah sampai?" Joe yang masih terjaga, akhirnya mempertanyakan keberadaan mereka."Iya, Sayang. Kita sudah sampai," sahut Mark."Ikutlah denganku. Kita masuk ke dalam dan melihat ada apa di sana." Lalu Mark mengajak Ibu dan Anak itu untuk memasuki bangunan tersebut.Dan ketiganya pun akhirnya keluar dari mobil yang sudah terparkir di pekarangan bangunan yang lebih mirip vila itu.Di pekarangan vila tersebut terdapat beberapa pohon rindang yang menjulang tinggi. Pohon mangga serta jeruk sankis turut menghiasi vila bercat putih kombinasi coklat muda itu.Ada bunga-bunga bermekaran di samping ayunan berwarna abu-abu. Tak lupa pula gazebo kecil bertengger indah di sudut vila tersebut.Lampu kristal memancarkan cahaya di dalam vila. Menerangi seluruh ruangan bangunan ind
Pagi itu tiba-tiba saja Joe merengek ingin bertemu Leo. Sejak bangun dari tidur, Bocah tampan tersebut menangisi pria yang pernah menjadi Asisten dari Ayah kandungnya itu."Joe mau bertemu Daddy Leo. Huhuhu..." Sehingga Maria kebingungan menghadapi keinginan Sang putra."Joe, Daddy Leo sedang sibuk. Nanti kita mengunjungi mereka lagi, ya." Entah sudah berapa kali Maria membujuk Joe. Namun, tidak membuah hasil. Joe tetap merengek manja minta dipertemukan dengan Leo.Sementara Mark sedang tidak berada di tempat. Sejak subuh ia harus kembali ke kota untuk sebuah urusan mendesak."Mommy bohong! Mana ada Daddy Leo di tengah hutan ini. Pokoknya Joe mau bertemu Daddy Leo. Joe mau pulang!" seru Joe semakin meninggikan suara.Alhasil Maria pun kian kebingungan. Entah apa yang harus ia lakukan untuk mengobati rasa rindu Putranya itu.Ia hendak menghubungi Leo, tetapi ponselnya dibawa pergi Mark tanpa mengatakan apa-apa. Tidak ada seseorang yang dikenalinya di tempat itu.Pun pelayan yang masih
Menyadari ada yang tidak beres pada sikap Mark yang terkesan otoriter dan agresif, akhirnya Maria memutuskan untuk mengubah sikap serta cara menghadapi pria tersebut.Teringat akan peristiwa menyakitkan delapan tahun lalu, tentu saja banyak hal yang mengganjal dan perlu dipertanyakan. Terutama mengapa sampai Maria dan Leo berakhir di ranjang bersama-sama.Terbaru, kasus Rebeca yang hilang entah kemana. Anehnya, ketika Maria bertemu mantan asistennya itu, ia justru seperti orang asing.Namun, yang paling membingungkan dari semua itu adalah ketika Mark memberitahu Maria, bahwa Rebeca telah meninggal dunia dan dia sendiri yang mengkremasi jenazahnya. Padahal beberapa jam sebelum itu mereka sempat bertemu. Walau Rebeca mengaku tidak mengenali Maria."Sepertinya aku harus mengikuti arus. Dengan begitu aku bisa mengungkap semua keganjilan ini. Saat itu, aku pasti dijebak seseorang. Perselingkuhan yang dituduh Mark terhadapku merupakan konspirasi musuh... Pasti orang dalam turut terlibat. Se
Mark terkulai lemah saat mengetahui hasil penyelidikan latar belakang Joe. Tadinya Mark berharap, bahwa hasil indentifikasi itu positif, tetapi kenyataannya adalah tidak sesuai harapan.Andaikan Maria tidak bersamanya beberapa saat lalu, Mark berencana mengambil beberapa helai rambut Joe untuk dilakukan tes DNA.Akan tetapi, melihat hasil laporan Dokter yang membantu Maria bersalin, sudah cukup membuktikan, bahwa Joe bukanlah darah dagingnya.Sialnya, Mark sama sekali tidak berpikir, bahwa hal itu telah diantisipasi Maria jauh hari. Sebab, ia menilai Maria jauh dari kata licik.Kini Mark telah kembali. Melihat istri dan Anaknya sedang bermain bersama sembari melempar tawa.Tatapan Mark sangat sendu sekaligus sedih. Sebab, hatinya telah dipatahkan oleh kenyataan yang ia ciptakan sendiri."Daddy..." Menyadari kehadiran Mark, Joe pun berlari memeluk lelaki itu penuh cinta.Sementara hati Mark bagai tersayat belati. Antara cinta dan benci."Joe, meski kau bukan darah dagingku. Namun, aku
"Aku tidak ingin meminta maaf padamu, karena aku tak pantas mendapatkan itu," lirih Rebeca dengan perasaan bersalah yang teramat besar terhadap Maria.Rebeca menunduk lesu sekaligus malu."Ceritakan padaku sebenarnya apa yang terjadi dulu? Bagaimana bisa aku dan Leo berakhir di kamar tanpa pakaian di badan? Padahal saat itu Leo sedang berada di ruang kerja. Sedangkan aku masih di dapur untuk mengambil air minum," tanya Maria akhirnya.Inilah yang paling membuat Maria gelisah sekaligus penasaran. Sudah sejak lama ia memendam pertanyaan tersebut. Siapa sangka bila jawaban yang ia butuhkan justru ada pada diri Rebeca."Saat itu aku menaruh obat tidur ke dalam minuman Leo. Sedangkan kau sudah ku berikan lebih dulu melalui makanan. Efek obat yang kau konsumsi reaksinya berbeda juah dari Leo. Karena saat itu Leo masih dalam perjalanan. Semua telah direncanakan dengan rapi oleh Nyonya Mely dan Nona Casandra. Bahkan mereka memerintahku untuk mematikan seluruh cctv agar Tuan Mark tidak meliha
"Bahkan jika waktu ku putar kembali, aku akan tetap melakukan hal yang sama. Sebab, ini tentang Mommy." Kata-kata Rebeca beberapa waktu lalu masih terngiang-ngiang dalam benak Maria. Sungguh betapa sangat menderitanya wanita itu. Ia dipaksa melakukan hal yang bertentangan dengan hati nurani. Sehingga prinsip yang dipegangnya selama ini terpaksa diingkari. Rebeca bukan tipe manusia munafik. Ia hanya sedang tidak beruntung. Harus berkumpul bersama orang-orang tak berperasaan seperti Mely dan Casandra. "Kau dari mana saja? Bukankah pagi ini kita harus ke kota?" Suara bas Mark mengejutkan Maria dari lamunan. "Aku baru saja melakukan olahraga pagi," sahut Maria sembari membuka sepatunya. "Olahraga? Tapi mengapa lama sekali?" tanya Mark penuh selidik. Maria mengembuskan napas berat. Kali ini ia harus menjawab pertanyaan curiga Mark yang tak mendasar. "Di hutan seperti ini, memangnya siapa yang bisa ditemui? Hantu? Monyet? Atau serigala? Ada-ada saja," sahut Maria dengan kesalnya. Wan
Tak dapat dilukiskan dengan kata-kata sebesar apa rasa sakit Mark terhadap Leo dan Maria. Hingga ia pun hanya sanggup mencengkeram pergelangan istrinya itu.Mark hendak menyakiti fisik Maria, tetapi ia tak tega. Sebab, Mark tak ingin melanggar prinsip yang dipegang teguh.Mark menghempas Maria ke dalam mobil. Lalu membawa pergi wanita itu dengan kecepatan tinggi. Meninggalkan Joe yang masih asik bermain."Rudolf, urus Joe sekarang juga." Terlepas dari bagaimana buruknya ettitude Mark, tetapi ia masih mengingat Joe yang sementara menikmati kebahagiaan di luar sana."Mark, kau mau membawaku kemana?" Maria memegang sabuk pengaman sekuat tenaga. Takut Mark lepas kendali hingga membuangnya ke jurang."..."Mark tidak menyahut. Ia semakin menarik gas sembari menggigit rahang keras-keras."Aakk... Mark, pelan-pelan. Kita bisa celaka!" teriak Maria ketakutan."..."Sekali lagi Mark diam. Seolah mengabaikan ketakutan Maria yang berada di ujung tanduk.Sepuluh menit kemudian, Mark memarkir mobi
Mengetahui Sang calon suami dilukai oleh Mark, Clara pun segera melabrak pria tersebut di kediamannya dan membuat keributan di sana.Brak... Brak... Brak..Clara mengebrak-gebrak pintu rumah Mark dengan penuh kemarahan yang menggebu-gebu.Siapa yang tak akan sakit hati ketika mengetahui orang yang dicintai sengaja dilukai oleh seseorang tanpa alibi."Mark, buka pintunya!" teriak Clara dari luar.beberapa pelayan pun datang menghampiri wanita yang masih mengenakan jas Dokternya itu."Maaf, Nona. Anda mencari siapa? Mengapa membuat keributan di sini?" tanya Rudolf."Panggil Tuanmu. Aku ingin bertemu dengannya!" seru Clara tak tahan lagi.Tidak mudah untuk masuk ke kediaman Mark tanpa izin dari pria tersebut. Bahkan untuk berada di depan pagar pun harus diketaui olehnya.Namun, tampaknya nasib baik sedang berpihak pada wanita yang berprofesi sebagai Dokter kandungan tersebut. Dimana pagar rumah Mark baru saja diakses oleh salah seorang pelayan yang lupa menutupnya rapat."Maaf, Nona. Tua