“Jo, mau kemana kita? Gak ambil motor dulu?” tanya Ray tampak bingung. Sedari tadi memang dia tak melihat keberadaan Mila dan Rachel karena posisinya yang membelakangi.“Memang elu gak lihat Rachel dan Mila tadi? Mereka kabur,” jawab Jo mempercepat langkahnya.Tadinya Jessi tak terima Jonathan menolak permintaannya, namun Jo tetap pergi. Mau tidak mau, Jessi terpaksa meminta Dodit untuk menemaninya.Sementara itu, Rachel tengah melangkah tanpa tujuan, menyusuri trotoar dengan langkah terburu-buru.“Astaga Chel, mau kemana kita? Elu marah ya pasti? Tadi lihat Jo sama Jessi?” tanya Mila menebak. Tentu apalagi alasan Rachel bersikap aneh seperti ini.“Ngapain gue marah, itu hak dialah. Mau sama Jessi, toh mereka cocok!” jawab Rachel ketus.“Lu cemburu kan? Kayaknya bener deh, dugaan gue selama ini. Lu sama Jonathan ada hubungan. Kalian dijodohin, kan?” Ucapan Mila berhasil menghentikan langkah Rachel. Dipandanginya Mila dengan tatapan terkejut dan penuh tanda tanya.“Mil, elu tahu dari
“Elu ada masalah apa sih? Kabur Mulu,” ucap Jo dengan intonasi tinggi. Nafasnya tampak memburu, dan tenggorokannya terasa kering. Diambilnya minuman di depan Rachel, tanpa permisi meminumnya langsung.“Jo, itu minuman gue!” sentak Rachel yang tak terima minuman yang belum sempat ia nikmati, diminum Jonathan tanpa ijin lagi.“Gue haus, gara-gara nyariin elu!” ucap Jonathan, lalu kembali meminum es cappucino itu hingga tersisa setengah gelas.Mila tersenyum melihat kehadiran Jonathan, dan itu membuat dugaannya benar.“Tuh kan, Chel. Apa gue bilang tadi?” ucap Mila setengah berbisik, membuat Rachel menjadi salah tingkah. Hatinya berbunga-bunga melihat sosok Jonathan yang berdiri di hadapannya.“Nih lu minum sisa gue,” ujar Jo sembari menyodorkan gelas yang tersisa setengah itu.“Gak, bekas mulut lu, ogah gue!” tolak Rachel sambil mendorong gelas itu kembali.“Yeh sombongnya, lagian kenapa kalau bekas mulut gue? Gue kan gak rabies kali!” balas Jonathan dengan wajah kesal.Sementara itu Ra
Entah sadar atau tidak, Jonathan semakin memupus jarak di antara mereka. Menatap lekat manik mata Rachel yang terlihat indah, seakan menghipnotis dirinya untuk bergerak semakin dekat.Kali ini Rachel hanya terdiam. Tidak menolak seperti tempo hari saat tengah menjadi guru les Jonathan. Mungkin saja pikiran Rachel dipengaruhi oleh ucapan Mila yang menduga jika Jo memiliki perasaan lebih padanya.Dia sendiri merasa nyaman dan tak ingin menolak. Menggigit bibir bawah, perlahan mata bulatnya tertutup. Menanti akan sesuatu yang entah dia sendiri tak tahu apa yang akan terjadi. Dia hanya mengikuti apa kata hati.“Heh Cupu! Ngapain lu merem? Ngarep gue cium?” ucap Jo membuat mata Rachel kembali terbuka.Terlihat Jonathan dengan senyum jahilnya.“Apaan sih, gak lah!” ucap Rachel kesal dan segera memutuskan kontak mata.“Lu ngarep kan? Jujur deh!” goda Jonathan lagi, membuat Rachel mati kutu.Rachel sendiri tak tahu mengapa dia tak bisa mengendalikan dirinya. Bukannya menghindar, justru pasrah
“Rachel!”Suara serak Jonathan terdengar jelas. Gadis itu bergeming di posisinya. Jantungnya terus bertalu, apalagi Rachel kini mendengar langkah Jo yang semakin mendekat ke arahnya. Meraih lengan Rachel dan memaksa gadis itu untuk melihat ke arahnya.“Habis dari mana lu?” tanya Jo dengan tatapan mengintimidasi.“Gue.. gue mau minum Jo,” jawab Rachel terbata. Entahlah Rachel sendiri tidak bisa menemukan jawaban yang pas.Dia sendiri tahu jika di lantai dua ini hanya ada kamar Jonathan. Namun Rachel gengsi jika harus mengungkapkan alasan yang sesungguhnya.Rachel memutar tubuhnya dan segera menuruni tangga, disusul dengan Jonathan yang memang ada niat ke dapur. Mendadak perutnya lapar setelah bangun tidur.Rachel segera melangkah ke dapur, tanpa berani menoleh ke belakang. Dia yakin Jo pun masih mengikutinya.Dia pun segera mengambil gelas untuk mengisinya dengan air putih. Sementara Jonathan membuka kulkas untuk mencari makanan yang bisa dia makan untuk pengganjal perut.“Lu laper?” t
Nenek Maria membiarkan cucu-cucunya tidur lebih lama, tak berniat untuk membangunkan. Dan segera meninggalkan mereka untuk melakukan aktivitas pagi.Waktu berlalu dengan cepat, tak terasa cahaya mentari mulai masuk lewat celah-celah gorden yang sedikit tersingkap.Jonathan merasakan berat pada pundak kirinya. Kedua matanya terbuka perlahan, dan kesadarannya pun sedikit demi sedikit terkumpul.Pandangannya tertuju pada tangan mungil seseorang yang berada dalam genggamannya. Membuatnya segera menyadari jika dirinya tak sendiri.Perlahan Jo memutar kepalanya ke samping, terlihat wajah Rachel yang tertutup oleh helaian rambut. Nafasnya teratur, menandakan jika Rachel masih lelap tertidur.Tangan kanannya terulur untuk menyibak helaian rambut Rachel. Kini wajah Rachel terlihat bercahaya dalam pandangannya. Setelah sekian lama, Jo baru menyadari jika calon istrinya ini mempunyai wajah cantik dan menarik.Tanpa sadar tangan kiri Jo semakin meremas erat tangan Rachel. Ada gelenyar aneh yang m
Bukan hanya keberadaan Miss Melody di ruangan Kepala Sekolah yang membuat Jonathan terkejut, melainkan Jo juga melihat guru muda itu tengah duduk di pangkuan Pak Jeremy, dengan kedua tangan melingkar pada leher pria tua itu. Posisi mereka terlihat sangat intim.Melody terlihat panik, buru-buru beranjak dari pangkuan Jeremy. Wajahnya menunduk malu, karena aksinya terciduk oleh salah satu muridnya.“Apa orang tuamu tak mengajarimu sopan santun? Hah!” sentak Jeremy dengan tatapan berapi-api. Murid bandel itu mengganggu kesenangannya, bahkan mungkin saja sudah mengetahui aib yang selama ini dia rahasiakan.“Ada hal yang ingin saya bicarakan dengan anda, untuk itu saya datang ke ruangan ini,” jawab Jonathan setelah dirinya berhasil menormalkan pikirannya. Menatap tajam pada Jeremy dengan raut wajah dingin.“Kau hanya membuang waktuku! Kembalilah ke kelasmu! Apa kau tidak tahu ini sudah jam pelajaran?” ucap Jeremy sembari mengisyaratkan pada guru kesenian itu, untuk segera keluar dari ruang
Sebuah ruangan sempit dengan ukuran dua kali dua meter. Ada beberapa layar LCD yang menampilkan tayangan CCTV di masing-masing sudut sekolah.“Pak, tolong putar ulang tayangan tiga hari lalu. Setelah jam istirahat kedua,” ucap Jonathan yang kini berdiri di samping Sekuriti bersama Rachel di sisinya.Pria itu langsung menuruti perintah Jonathan. Di layar terlihat Rachel yang baru keluar dari kelas dengan membawa tumpukan buku.“Arahkan ke CCTV yang di luar ruang Lab!” pinta Jonathan.Di layar memperlihatkan Rachel yang sedang berjalan melewati ruang laboratorium, kemudian menghilang.“Mas Jo, maaf CCTV di gudang itu sudah lama rusak,” beritahu sekuriti. Namun Jonathan tak menggubrisnya, justru tatapannya masih fokus pada layar.Menunggu hingga orang yang dia maksud muncul. Beberapa menit berlalu, akhirnya terlihat seorang pemuda mengenakan jaket hitam serta menutup kepalanya dengan topi dan masker hitam.“Stop disitu!” perintah Jonathan, segera dituruti oleh pak sekuriti. “Tolong besar
Cemburu? Apa maksud Jonathan berkata demikian?Rachel menggeleng kepala sebagai jawaban, karena tak mampu berkata dengan telapak tangan Jonathan yang menutup mulutnya.Jo semakin menatap intens Rachel. Mencari kebenaran lewat sorot mata gadis itu. Kepalanya semakin condong ke samping, membuat Rachel harus bersiaga.“Auuuwhhhh!!” teriak Jonathan kala Rachel menggigit telapak tangannya. Reflek dia menarik tangannya, terlihat bekas gigi Rachel di telapak tangannya yang memerah.“Dasar tikus pengerat!!” sentak Jonathan dengan wajah meringis.“Lagian lu ngapain deket-deket? Nutup mulut gue lagi? Dasar mesum, huh!!” ucap Rachel dengan bibir mengerucut.“Siapa juga mau mesumin cewek kayak elu! Bisa habis tangan gue lu gigit!” balas Jonathan dengan wajahnya yang terlihat masam.Jo pun segera melajukan mobilnya, melanjutkan perjalanan ke rumah Rachel.Sesampainya di kediaman keluarga Shaquille, Rachel segera turun dari mobil tanpa pamit.“Hey Cupu! Tungguin!” panggil Jo setengah berteriak, me
“Auwwwhh.. sakit, Bae!” ucap Jonathan dengan wajah meringis sembari menatap lengannya yang terdapat bekas gigitan Rachel.“Jangan ngomong yang enggak-enggak deh, Jo! Mana ada nenek bilang gitu?” elak Rachel seraya membuang pandangannya agar Jonathan tak melihat wajahnya yang sudah memerah itu.“Masak sih nenek gak bilang gitu? Apa gue salah denger ya?”‘Astaga, nenek! Kenapa sih pakai acara ngomong yang enggak-enggak?’ gerutu Rachel dalam hati.“Jangan mikir yang enggak-enggak deh. Buruan ganti baju!” perintah Rachel seraya mendorong punggung Jonathan menuju kamar mandi.Blam!Rachel sendiri yang menutup pintu kamar mandi. Mengalihkan perhatian Jonathan agar tak lagi membicarakan sesuatu yang bisa memancing hal yang mengancam ketenangannya.Selama Jonathan berada di kamar mandi, Rachel segera menyelesaikan rutinitasnya. Membersihkan wajah dan mengoleskan skincare di wajahnya. Lalu segera berbaring di atas ranjang dengan selimut yang menutup seluruh tubuhnya.Rasa was-was masih menggan
“Uhuukkk.. uhuukkk..!” Jonathan bergegas mengambil air mineral dan memberikannya pada Rachel. Merasa bersalah telah membuat istrinya itu tersedak karena kata-kata yang keluar dari mulutnya. Suara bel pintu terdengar menyentak perhatian Rachel dan Jonathan. Sontak keduanya pun menoleh ke arah pintu. “Ck, siapa sih?! Ganggu aja!” gerutu Jonathan sebelum akhirnya melangkah ke arah pintu. Membuka pintu untuk melihat siapa yang datang. Salah satu staf hotel membawakan koper milik Rachel. “Maaf mengganggu, tuan Jonathan. Kami hanya mengantarkan barang milik nona Rachel,” ucap staf hotel seraya menyerahkan koper itu. Setelah staf hotel pamit pergi, Jonathan segera menutup kembali pintu kamar. Menarik koper ke lemari penyimpanan. Lalu kembali melangkah menuju meja makan. Rachel beranjak dari kursi. Meskipun makanan di piringnya masih tersisa setengah, namun perutnya sudah terasa kenyang. “Mau kemana, Bae? Kok gak dihabisin makanannya?” tanya Jonathan dengan raut bingung. “Gue mau gant
Rachel melangkah mundur kala menyadari langkah Jonathan semakin mendekat. Namun baru beberapa langkah ke belakang, punggungnya sudah membentur dinding membuat langkahnya terhenti di tempat. Pengaruh alkohol itu sudah hilang sejak Rachel bangun tidur tadi. Jadi dalam keadaan sadar seperti ini, akal sehat Rachel kembali bekerja. Rachel menyilangkan kedua tangan di depan dada, sebagai isyarat agar Jonathan jangan mendekat. Namun sepertinya suaminya itu tak memahami maksudnya. Langkah Jonathan semakin mendekat, mengunci tubuh mungil istrinya di antara kedua tangannya yang diletakkan di sisi tubuh Rachel. Lagi dan lagi Rachel dibuat diam tak berkutik. Wajah tampan sang kapten basket yang telah berstatus menjadi suaminya, begitu membuat gadis cupu itu terpesona. Dalam jarak sedekat ini, Rachel bisa merasakan hembusan nafas Jonathan yang beraroma mint. Tatapan Jonathan yang begitu tajam namun ada kelembutan di dalamnya, membuat Rachel semakin hanyut dalam rasa nyaman. Bibir merah Jonath
“Mohon maaf tuan Jonathan, mengganggu waktu istirahat anda. Saya diminta nyonya Debora untuk membawakan sarapan ini,” ucap seorang wanita yang merupakan staf hotel. “Astaga mami! Ngapain sih pakai suruh orang buat bawa sarapan segala. Mengganggu aja!” gerutu Jonathan dengan suara kecil, namun masih bisa didengar oleh staf wanita yang masih berdiri di hadapannya dengan membawa nampan berisi sarapan. “Maaf tuan Jonathan, bolehkah saya masuk untuk menaruh makanan ini?” “Gak perlu, biar aku sendiri yang menaruhnya!” Jonathan meraih paksa nampan itu. “Sekarang pergilah!” perintah Jonathan lalu kembali masuk. Menutup pintu dengan kakinya. Meletakkan nampan di atas meja, kemudian melangkah menuju kamar. Berdiri di sisi ranjang dengan pandangan tertuju pada wanita yang masih tertidur lelap. Jonathan sedikit membungkukkan badan. Tangannya terulur memindahkan helaian rambut yang menutupi wajah cantik Rachel. Garis bibir Jonathan melengkung, membentuk sebuah senyuman. Pagi pertama yang menj
Jonathan kembali memagut bibir manis sang istri. Tangannya bergerak mengusap lembut dada Rachel sebelum memulai permainan inti. Rasa takut yang sempat bersarang di hati Rachel saat melihat milik Jonathan yang panjang dan keras itu, kini perlahan memudar. Desahan tertahan dari bibir Rachel, kembali terdengar. Mengiringi permainan yang akan Jonathan mulai, sesaat lagi. Jonathan mengusap lembut ujung miliknya sebelum mempertemukannya pada milik sang istri. Mata Rachel terpejam, bibirnya terus mengeluarkan suara yang semakin memancing hasrat sang suami. “Can I come in?” Suara Jonathan menyentak kesadaran Rachel. Perlahan mata lentik itu terbuka. Sorot mata Rachel terlihat sayu. Ada rasa ingin, penasaran, juga rasa takut yang bercampur aduk dalam hatinya. Namun sudah kepalang tanggung. Pengaruh alkohol masih menguasai tubuh Rachel dan keinginan Jonathan pun sudah tidak bisa ditahan lagi. Tanpa mendengar dahulu jawaban dari mulut sang istri, Jonathan memasukkan miliknya ke dalam liang
Posisi Rachel kini berada di atas tubuh Jonathan. Kedua kakinya diletakkan di kedua sisi pinggang Jonathan. Posisi yang sama seperti sedang naik kuda. Jonathan menggerakkan kepalanya ke kanan dan ke kiri untuk menghindari ciuman Rachel. Karena dia tahu, jika istrinya itu sedang mabuk. “Astaga, Bae.. mphhhh..” Posisi Jonathan yang terjepit, membuatnya sulit untuk menghindar. Apalagi kedua tangan Rachel kini mencengkeram erat pipinya, hingga membuat Jo tak bisa menghindar lagi. Ciuman yang tak pernah Jonathan rasakan sebelumnya. Jika dalam keadaan sadar, istrinya itu sangatlah pasif. Beda halnya dalam keadaan mabuk, ciuman Rachel terasa begitu liar dan panas. Jo bisa merasakan lidah basah Rachel yang mulai membasahi permukaan bibirnya yang tertutup. Dengan mata terpejam, Jo berusaha mempertahankan diri agar tidak tergoda. Sungguh istrinya ini benar-benar menguji pertahanannya. Haruskah Jo meladeni Rachel dalam keadaannya yang setengah sadar? Jonathan tak ingin dianggap sengaja mema
Jonathan meraih cardlock dari dalam dompet. Membuka pintu kamar dengan perasaan campur aduk. Mengingat kondisi Rachel terakhir kali ditinggal dalam keadaan takut. Mana mungkin dia bisa melakukan keinginan papi untuk membuatkan cucu? “Bae, udah tidur?” Jonathan menutup kembali pintu. Ruangan masih dalam keadaan setengah redup, sama persis dengan yang terakhir kali dia lihat. Dia tak menyadari akan keberadaan Rachel di ruang tamu, hingga melewatinya menuju kamar tidur. Kondisi ranjang yang masih rapi, namun selimut terlihat sedikit berantakan. Jonathan tak menemukan keberadaan istrinya di dalam kamar. Menduga jika istrinya masih mandi atau mungkin melanjutkan acara berendam. Tetapi, bukankah ini sudah terlalu lama? Jonathan menghitung sudah sejam lebih dia meninggalkan Rachel. Mendadak rasa takut bersarang dalam pikiran Jonathan. Takut akan hal buruk terjadi pada istrinya ketika berada di kamar mandi. Bergegas Jonathan melangkah ke kamar mandi guna memastikan. Namun di sana, juga t
Kini tubuh sepasang pengantin baru saling melekat tanpa penghalang. Jonathan telah berhasil membuat Rachel tak berdaya dan tak menyadari jika dirinya kini sudah telanjang. Kesadaran Rachel kembali, ketika dia merasakan sesuatu yang keras menyundul pangkal paha bagian belakang. Perlahan mata lentik itu terbuka, pandangannya langsung tertuju pada wajah Jonathan yang tampak sedikit memerah. Ketika menyadari posisinya telah berubah, bahkan tangan lebar Jonathan mulai menangkup bagian sensitif di dadanya, Rachel pun menjadi panik. Segera meraih pergelangan tangan Jonathan dan berusaha menjauhkan dari tubuhnya. “Mphhhh…” Rachel berusaha berteriak, namun ciuman itu menahan suaranya. Pikiran Jonathan sudah dikuasai oleh hawa nafsu, membuat pemuda itu buta dan tuli akan reaksi sang istri yang mulai menolak. Saat dirasa kekuatannya tak akan mampu melawan tenaga Jonathan, Rachel pun menggigit lidah Jonathan. “Akhhhh..!” desis Jonathan seraya melepaskan pagutan bibirnya. Rasa ngilu pada lida
Kini posisi Jonathan duduk di belakang Rachel tanpa penghalang, membuat tubuh mereka saling bersentuhan. Mata Rachel semakin melebar kala tanpa sengaja Jonathan menyentuh bagian kenyal miliknya di depan dada. “Mpphhhh..” Rachel berusaha berteriak namun tangan lebar Jonathan menutup hampir setengah dari wajahnya. Sontak Rachel berusaha menepis tangan Jonathan dari dadanya. “Please, jangan banyak gerak Bae! Gue..” Ucapan Jonathan terhenti ketika mulai merasakan miliknya yang semakin mengeras. Keinginan Jo untuk menyentuh gadis yang sudah berstatus sebagai istrinya semakin kuat. Namun langkahnya terhalang oleh sikap Rachel yang terlihat jelas menolak. Seakan tak kehabisan akal, Rachel sekuat tenaga menggerakkan siku tangan kanannya ke belakang. Duagh!! Ujung siku Rachel yang runcing tepat mengenai perut Jonathan. Membuat pemuda itu meringis kesakitan dan akhirnya melepaskan tangannya dari mulut Rachel. Tak menyia-nyiakan waktu, Rachel pun berpindah posisi. Duduk di ujung bath-up,