Share

Bab 106 : Kampung Nenek

Penulis: Linda Malik
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-11 22:12:38
Jonathan tampak resah, berbaring di atas kasur menatap ke atas langit-langit kamar dengan pikiran yang terus tertuju pada gadis cupunya.

Sesampainya di rumah, memang dia sempat ragu untuk menyusul Rachel. Alasan apa yang akan dikatakan pada orang tuanya nanti?

Berkali-kali menghubungi Rachel, namun gadis itu tak kunjung menjawab. Bahkan pesan yang dia kirim pun tak dibaca sama sekali.

Haruskah dia menghubungi om Jacob untuk menanyakan keadaan Rachel?

Nomor telepon Jacob sudah tertera di layar ponsel, namun lagi-lagi Jonathan urung menghubunginya. Andai saja Rachel membalas satu saja pesannya, mungkin itu sudah mampu sedikit menghapus rasa gelisahnya.

Saat tengah berpikir, tiba-tiba pintu kamarnya terbuka. Debora muncul dari ambang pintu. Jonathan hanya menoleh sekilas, sebelum mengubah posisinya menelungkup.

“Malam ini, papi ngajak mami pergi ke puncak. Besok pagi harus menghadiri undangan pernikahan dari saudara sepupu. Apa gak masalah jika kamu tinggal di rumah sendiri? Mungkin
Linda Malik

Halo semua.. 🤗 Hari ini aku up 2 bab. Bisa bantu tulis komentar kalian, dan dukungan untuk karya ini. Terima kasih sebelumnya, salam sehat selalu.. 🫶🙌

| 12
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Cut Zanah
aroma aroma kebucinan ud mulai nampak nih .........
goodnovel comment avatar
Novitadwi Kristanti
jangan cuekin Jo lagi ya chel
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Gadis Cupu Milik Sang Kapten Basket   Bab 107 : Ngobrol atau Berdebat?

    “Serius? Lu di depan? Ngapain?” cecar Rachel yang merasa terkejut. Melihat ke sekeliling, keadaan di rumah memang sudah sepi bahkan Jacob tadinya hanya memberikan ponsel lalu kembali ke kamar. “Ya seriuslah! Kalau gak percaya keluar deh! Gue udah di depan!” Rachel tak menjawab, menoleh ke belakang terlebih dulu untuk memastikan neneknya masih terlelap. Lalu segera menutup pintu kamar dan mulai melangkah. Sebelum keluar, dia ingin memastikan jika omongan Jonathan bukanlah bualan semata. Menyingkap tirai jendela untuk melihat keluar rumah. Hingga matanya menangkap bayangan pemuda tinggi yang duduk di atas motor butut. “Lu beneran di situ? Gue gak salah lihat, kan? Coba lu lambaikan tangan!” perintah Rachel. Takutnya yang di depan bukanlah Jonathan melainkan sosok hantu penunggu jalan. Cahaya di luar memang sangat terbatas, sehingga wajah Jonathan tak nampak jelas di penglihatan Rachel. “Iya ini gue! Cepetan keluar!” jawab Jonathan sembari melambaikan tangan ke arah Rachel.

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-12
  • Gadis Cupu Milik Sang Kapten Basket   Bab 108 : Ciuman Tanpa Sadar

    Rachel segera merebut gelas tehnya dari tangan Jonathan. Namun hal itu justru membuat gelas terjatuh dan tumpah, mengenai baju Jonathan. Untungnya pemuda itu memakai jaket tebal, sehingga panasnya teh tidak sampai mengenai kulit dadanya. “Aduh.. Sorry, gue gak sengaja, Jo!” ucap Rachel dengan rasa bersalah. Memungut gelas kosong itu dan menaruhnya di atas nampan. Lalu tangannya bergerak mengusap dada Jonathan yang terlihat sangat basah. “Gak masalah, Chel. Tenang aja lagi!” balas Jonathan sembari memperhatikan wajah Rachel yang terlihat panik. Gadis itu berusaha mengeringkan jaketnya dengan cara meniup-niup. “Panas ya?” tanya Rachel di sela-sela kegiatannya. Jonathan menggeleng pelan. Memperhatikan gadis itu dari jarak dekat, membuat dadanya berdebar. Dia bisa merasakan aroma nafas Rachel yang terasa hangat. Tangan Jonathan terulur menggenggam pergelangan tangan Rachel. Membuat gadis itu terkejut, sontak menatap ke arahnya. “Gak apa, biarin aja basah,” ucapnya setengah berbisik.

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-12
  • Gadis Cupu Milik Sang Kapten Basket   Bab 109 : Membangunkan Calon Istri

    Rachel masih tak sadar dengan apa yang terjadi. Bahkan setiap detik yang berlalu, membuatnya semakin hanyut dalam perasaan asing yang dia sendiri tak mampu memahaminya.Mata Jonathan terpejam, telapak tangannya menekan bagian belakang kepala Rachel. Sedangkan mata Rachel semakin melebar.Ketika Rachel tersadar, secepatnya dia menekan dada Jonathan dengan sebelah tangannya. Sementara tangan kirinya masih terjepit.Nafas Rachel tersengal, wajahnya tampak sangat memerah. Dia pun segera membebaskan tangan kirinya dan bergerak menjauh.Menyadari tak ada suara apapun dari mulut Jonathan, membuat Rachel kembali penasaran. Sehingga dia kembali melangkah ke arah sofa dan melihat Jonathan yang masih memejamkan mata.Apakah yang barusan terjadi, dilakukan secara tidak sadar? Tapi bagaimana Rachel bisa terima, jika ciuman pertamanya sudah direnggut paksa oleh pemuda tengil itu.Rachel mengusap kasar bibirnya, lalu melangkah ke kamarnya dengan perasaan tak menentu. Harusnya dia tak perlu mengkhawa

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-13
  • Gadis Cupu Milik Sang Kapten Basket   Bab 110 : Ajakan Jonathan

    “Aneh-aneh gimana? Gue disuruh nenek buat bangunin elu! Gue gak aneh-aneh kali, Chel! Lu tuh yang aneh, dibangunin baik-baik malah marah-marah gak jelas!”Rachel berusaha menelan saliva yang terasa berat, karena tenggorokannya yang kering.“Keluar!!” perintah Rachel dengan wajah menunduk. Semalaman kesulitan tidur karena pemuda tengil ini, dan pagi ini kembali diganggu dengan kehadiran pemuda tidak sopan ini.“Galak amat! Ya deh, gue keluar!!” jawab Jonathan. Sebelum keluar, pemuda itu kembali menoleh. “Inget jangan tidur lagi!”Rachel menatap kesal pada Jonathan yang bertindak seolah-olah berani memerintahnya.“Gimana Jo? Sudah bangun calon istrimu?” tanya nenek Maria ketika melihat Jonathan yang berjalan ke arahnya.Jonathan mengangguk.“Kenapa dagumu?” tanya nenek Maria saat melihat pemuda itu terus mengusap dagunya.“Insiden kecil nek,” jawabnya dengan wajah nyengir.Tepat saat itu, terdengar suara ponsel berdering. Jonathan kembali melangkah menuju ruang tengah untuk mengambil po

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • Gadis Cupu Milik Sang Kapten Basket   Bab 111 : Hal Termanis

    Akhirnya Natasya berhasil mengubah penampilan Rachel. Awalnya Rachel menolak, namun berkat kegigihannya membujuk, sampai akhirnya Rachel tampil cantik dan menarik dengan dandanan minimalis yang terlihat sangat natural.Jonathan tengah menunggu di depan teras rumah. Kemeja hitam dengan motif batik serta celana kain hitam dilengkapi sepatu pantofel hitam mengkilat. Baju dan sepatu peninggalan mendiang kakek Thomas, kini sudah melengkapi penampilannya. Dan benar, ukurannya sama dengan Jonathan.Terdengar dering dari ponselnya. Panggilan masuk dari Debora.“Jo, dimana kamu? Kok lama? Mami sama papi udah nunggu dari tadi.”“Tunggu, Mi! Jo masih nunggu Rachel siap-siap.”“Rachel ikut? Baiklah mami tunggu ya, sepuluh menit lagi usahakan kembali!” pinta Debora. Lalu panggilan pun berakhir.Tepat saat itu, Rachel keluar bersama Natasya.“Maaf ya, Jo. Nunggu lama. Biasa, perempuan pasti butuh waktu lama untuk bersiap-siap," ujar Natasya menjelaskan.“Tidak ma…” ucapan Jonathan terhenti saat mat

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-15
  • Gadis Cupu Milik Sang Kapten Basket   Bab 112 : Tentang Kita

    Kejadian semalam mendadak berputar dalam pikiran Rachel. Membuat wajahnya memerah lantas memalingkan mukanya untuk menghindari kontak mata dengan pemuda tengil itu. Rachel sangat malu, tidak menyangka jika Jonathan akan membahas hal itu.Mendengar ucapan Jonathan, tentu tak perlu ditanya pun Rachel tahu, jika ternyata pemuda itu melakukan hal semalam dalam keadaan sadar.Jonathan pun kembali terdiam. Merasakan tangan Rachel yang berkeringat dalam genggamannya. Namun dia urung melepaskannya, saat dilihat gadis itu hanya pasrah.Hubungan mereka memang sudah dituliskan oleh garis takdir sebagai calon pasangan masa depan. Akan tetapi hingga sekarang pun Jonathan tak pernah mendengar isi hati Rachel. Padahal gadis itu sudah tahu akan perasaannya.Haruskah Jonathan menanyakan langsung perasaan gadis itu padanya? Untuk mendapatkan kepastian jika saat ini dia tak merasa terpaksa dengan perjodohan ini.Setelah acara prosesi pernikahan usai, acara dilanjutkan dengan makan siang bersama. Keduany

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-16
  • Gadis Cupu Milik Sang Kapten Basket   Bab 113 : Momen Romantis

    “Maksud lu?” Rachel masih tak mengerti, membalas tatapan Jonathan dengan raut wajah bingung.“Gue sudah pernah bilang ke lu. Inget waktu yang di mobil?” tanya Jonathan mengingatkan.Rachel memutar bola mata, mencoba mengingat.“Waktu kita pulang dari makan malam sama mami papi, gue antar lu pulang pakai mobil Tante Natasya,” imbuh Jonathan. Namun Rachel masih tak mengerti.Jonathan menghela nafas panjang.“Kalau pelajaran aja diinget, hal penting masak gak inget sih!” gerutunya dengan wajah kecewa. Padahal hari itu dia begitu mempersiapkan diri untuk menyatakan perasaannya pada gadisnya ini.“Memangnya harus diinget ya, kejadian memalukan itu!? Huh..” Rachel mendesah.“Memalukan? Maksud lu?”“Gimana gak malu-maluin, sampai kita didatengi pak RT,” jawab Rachel sembari memalingkan wajahnya. Malu rasanya jika mengingat kejadian itu.Garis bibir Jonathan melengkung, senang rasanya Rachel mengingat akan hal itu. Hal penting yang menjadi momen terindah dalam hidupnya.“Lu inget? Terus giman

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-17
  • Gadis Cupu Milik Sang Kapten Basket   Bab 114 : Jodoh Terbaik

    Jonathan menepikan motornya di sisi jalan. Suasana yang begitu sepi dan jauh dari rumah penduduk, bahkan tak ada satu kendaraan pun yang melintas. “Coba lu turun dulu, gue periksa motornya!” pinta Jonathan yang langsung dituruti oleh Rachel. “Kok bisa mogok sih, Jo? Memang tadi gak lu periksa dulu sebelum jalan?” tanya Rachel dengan raut wajah panik. Bayangkan saja, hanya berdua berada di tempat asing yang hanya ada pepohonan. Dengan siapa mereka akan meminta pertolongan? “Gue juga gak paham Chel, ini kan bukan motor gue!” jawab Jonathan sembari membuka penutup tangki bensin. “Terus kita gimana dong?” Rachel melirik jam di pergelangan tangan, “hari sudah semakin sore, Jo!” lanjutnya memberitahu. Bensin masih terisi, Jonathan pun tak paham dengan jenis motor tua yang usianya bahkan lebih tua darinya. Jonathan masih berusaha menyalakan mesin motor, menekan stater kaki hingga berulang kali. Namun hasilnya masih sama, motor tak kunjung menyala. “Jo, mana ponsel lu? Kita hubungi ora

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-18

Bab terbaru

  • Gadis Cupu Milik Sang Kapten Basket   Bab 161 : Menonjol

    “Ish.. gak usah kali Jo pake dijelasin segala kita mau nikah. Kan malu!” gerutu Rachel saat mereka keluar dari ruang terapi dan sedang berada di apotik, menunggu obat yang diresepkan. “Loh, harus dong Chel! Masak iya kamu nikah tapi calon suamimu cacat gini.” “Hush.. jangan bilang gitu! Kamu gak cacat, tapi sedang kurang baik. Dalam waktu dekat juga pasti sembuh tangannya,” balas Rachel dengan tatapan tak suka. Jonathan menghela nafas panjang. “Dengan kondisi tangan gue seperti ini, kira-kira masih bisa gak ya gue main basket?” gumam Jonathan dengan tatapan menerawang. Rachel berpaling menatap ke samping. Terlihat raut wajah Jonathan yang muram dengan pandangan kosong. Diraihnya tangan Jonathan, lalu menautkan dengan tangannya. “Gue yakin lu bisa sembuh, dan tangan lu akan kembali kayak dulu!” tegas Rachel untuk menyemangati. Mendadak suasana hening, Jo tak lagi berucap. Tenggelam dalam pikirannya sendiri. Rachel merasa iba melihat raut wajah Jo yang murung. Walau bagaimanapun

  • Gadis Cupu Milik Sang Kapten Basket   Bab 160 : Cabut Laporan?

    Rachel yang tak mendengar ocehan Jonathan lagi, sontak melihat ke arah pemuda di sisinya.“Jo, kenapa lu?” tanyanya, namun diabaikan oleh pemuda itu. Membuatnya tambah bertanya-tanya saat melihat wajah Jonathan yang berubah serius.Rachel penasaran dengan apa yang dilihat pemuda itu. Sehingga Rachel mengikuti arah pandang Jonathan.Terjawab sudah rasa penasaran Rachel, ketika pandangannya menangkap sosok Bara dan Jessi.Ketika dirasa genggaman tangan Jonathan yang semakin menguat di tangan kanannya, Rachel pun mengulurkan tangan kirinya untuk mengusap lembut lengan pemuda itu.“Jo, kita tunggu di sana,” ucap Rachel sembari menuntun langkah mereka menjauh dari pintu masuk. Dia tahu Jessi, Bara dan Pak Jeremy akan melewati jalan itu nantinya.Jonathan mengikuti kemana Rachel membawanya. Duduk menjauh di depan pos sekuriti.Sementara itu Nicholas yang baru saja menyelesaikan panggilan, hendak menghampiri putranya untuk pamit kerja. Namun justru dirinya berpapasan dengan Jeremy. Pria yang

  • Gadis Cupu Milik Sang Kapten Basket   Bab 159 : Kantor Polisi

    Setelah memastikan kekasihnya masuk ke dalam rumah serta berpamitan pada semua keluarga Rachel, Jonathan pun segera keluar dari gerbang. Menghampiri supir yang sudah berdiri menunggu di sisi mobil. Selama melangkah, mata Jonathan terus mengawasi keberadaan mobil Bara. Hingga akhirnya terlihat jendela mobil terbuka dan wajah Bara pun terlihat. Jonathan membalas tatapan sinis dari pemuda yang menjadi musuh bebuyutannya selama ini. “Silahkan tuan Jonathan,” ucap supir yang telah membukakan pintu depan. “Tunggu dulu, pak! Saya masih ada sedikit urusan,” ucapnya tanpa mengalihkan pandangannya dari Bara. Terlihat pemuda itu membuka pintu mobil, lalu keluar dengan senyum misteriusnya. Melangkah menghampiri Jonathan yang sudah mengetahui keberadaannya. “Hay, kawan lama! Apa kabar?” sapa Bara seraya mengulurkan tangannya ke arah Jonathan. Namun Jo hanya memandang tangan Bara yang terulur. Tak ada niat untuk menyambutnya. Lalu kembali menatap wajah Bara. “Gak usah basa-basi! Ada keperlua

  • Gadis Cupu Milik Sang Kapten Basket   Bab 158 : Saling Mencintai?

    “Wah enak masakanmu, Rachel!” puji Nicholas saat tengah menikmati makan malam dengan sup ayam buatan Rachel. “Tuh kan, apa gue bilang. Masakan lu memang terbaik,” timpal Jonathan sembari menunjukkan jempol tangannya ke depan. Rachel tersenyum senang mendengar pujian dari calon mertuanya. “Syukurlah, kalau om menyukai masakan saya,” ucap Rachel seraya menundukkan pandangan. “Sering-seringlah main ke sini, biar hubungan kalian semakin dekat. Mulai bulan depan kita sudah harus mulai mempersiapkan rencana pernikahan untuk kalian,” tutur Debora yang ikut mencicipi sup ayam buatan Rachel. Rachel menelan ludah, tak menyangka jika pernikahannya dengan Jonathan sudah dekat. Hanya tinggal beberapa bulan lagi setelah pengumuman kelulusan. “Nanti bilang aja kalau mau sini, aku yang jemput kamu!” ujar Jonathan menimpali ucapan maminya. “Idih, tangan kamu aja masih sakit. Gimana mau jemput, Jo?” balas Rachel dengan suara setengah berbisik, agar orang tua Jonathan tak mendengar. “Bisalah! La

  • Gadis Cupu Milik Sang Kapten Basket   Bab 157 : Mengusir Aluna

    “Luna? Ngapain lu ke sini?” tanya Jonathan dengan raut wajah bingung. “Aku mau jenguk kamu. Tadinya sempet ketemu sama mami, dia bilang kamu sedang sakit di rumah.” Aluna melangkah semakin dekat. Tanpa basa-basi segera duduk di kursi samping Jonathan, kursi bekas Rachel duduk tadi. “Astaga, dasar mami!” gerutu Jonathan dengan suara kecil. Kehadiran Aluna yang tak diharapkan itu tentu mengganggu momen romantisnya dengan Rachel. Jonathan melirik ke arah Rachel, tepat saat gadis itu melihat ke arahnya. Namun tak lama Rachel pun melanjutkan langkahnya memasuki dapur. Jonathan menghela nafas kesal. Kesal pada Aluna yang selalu datang mengganggu. Padahal gadis itu tahu jika sekarang Jonathan sudah memiliki kekasih, calon istri. “Kok bisa sih Jo, sampai seperti ini? Kamu jatuh? Dimana jatuh?” Aluna mencecarnya dengan pertanyaan. Namun Jonathan sudah terlanjur malas menjawab, dan tak ingin membuat kekasihnya salah paham. “Lun, gue udah baikan kok. Ada pacar gue yang ngerawat. Jadi mendi

  • Gadis Cupu Milik Sang Kapten Basket   Bab 156 : Sepiring Berdua

    Jonathan kembali duduk di tepi ranjang, meraih air dalam gelas yang masih tersisa setengah. Setelah menuntaskan dahaga, Jonathan berniat untuk menghubungi Rachel. Memastikan keberadaan kekasihnya itu. Namun kembali Jo dibuat bingung karena ponselnya masih terbawa oleh maminya. Jonathan melenguh frustasi. Tanpa ponsel dia tak bisa menghubungi Rachel, tetapi bukankah dia bisa menelpon lewat telepon rumah? Jonathan bergegas melangkah keluar kamar. Dengan langkah buru-buru menuruni anak tangga, menuju ruang keluarga dimana telepon rumah berada di sana. Setelah melihat pada buku telepon dan menekan nomor telepon rumah Rachel, Jonathan pun menunggu hingga panggilan terhubung. “Jonathan? Udah bangun?” Terdengar suara gadis yang sedari tadi dia cari. Sontak Jonathan menoleh ke belakang. Jo terkesiap, matanya melebar. Namun detik berikutnya senyum menghiasi bibirnya. “Halo, selamat sore!” Terdengar suara nenek Maria dari seberang telepon. “Halo nek, apa kabar?” jawab Jonathan tanpa menga

  • Gadis Cupu Milik Sang Kapten Basket   Bab 155 : Jangan Pergi, Temenin Gue!

    Bola mata Rachel melebar untuk beberapa saat. Otaknya menyuruh untuk menjauh, namun hatinya meminta untuk tak menjauh. Rachel memejamkan mata dan mulai menikmati kehangatan yang mulai menjalar di hatinya. Sebuah ciuman ringan, hanya pertemuan dua bibir namun begitu membekas dalam hati Jonathan. Baru kali ini dia tak melihat penolakan Rachel. Namun suara ketukan pintu mengalihkan atensi mereka. Secepatnya Rachel mendorong dada Jonathan menjauh. Nafasnya tampak terengah-engah, wajahnya merah padam. “M-mungkin mbak. Gue bukain pintu dulu,” ucap Rachel terbata, lalu segera beranjak melangkah ke arah pintu. Jonathan tersenyum penuh kemenangan. Menjilat bibir bawahnya, dimana rasa manis dengan aroma buah ceri tersisa di sana. Setelah menerima peralatan makan juga segelas air putih dari asisten yang mengantar, Rachel melangkah ke arah meja. Membuka satu persatu rantang, lalu memindahkan sebagian makanan ke atas piring. Debaran di dadanya tak kunjung berhenti, meskipun Rachel berusaha m

  • Gadis Cupu Milik Sang Kapten Basket   Bab 154 : Wangi Parfum Lelaki

    Perlahan Rachel memutar kepalanya ke belakang. “L-lu udah bangun? Tadinya gue mau nunggu di bawah,” jawab Rachel gugup. Jonathan beranjak dari posisinya, namun wajahnya tampak meringis. Mulutnya mendesis kesakitan. “Ssshhhh… duhhhh!” Rachel terkesiap, bergegas menghampiri Jonathan yang tampak kesakitan. “Masih sakit Jo? Pelan-pelan!” ucap Rachel sembari membantu Jonathan untuk duduk. Tangan kanannya melingkari pundak pemuda itu, sementara yang kiri menggenggam erat pergelangan tangan Jo yang tak tertutup gips. “Sakit banget, Chel! Shhhh…” balas Jonathan dengan wajah meringis. “Hati-hati! Lu duduk aja, biar gue bantu!” Rachel mengambil satu bantal dan meletakkannya di punggung Jo. Lalu membantu pemuda itu untuk duduk bersandar. “Thank you, udah mau datang ke sini. Lu udah makan?” tanya Jonathan dengan suara lembut. Wajahnya tampak berseri-seri. Padahal baru beberapa detik lalu terlihat kesakitan, namun sudah berubah dalam waktu cepat. “Udah. Tadi habis masak gue langsung makan

  • Gadis Cupu Milik Sang Kapten Basket   Bab 153 : Bertemu Bara

    Rachel menoleh ke sumber suara. Terlihat seorang pemuda berbadan tinggi yang menutupi tubuh juga kepalanya dengan jaket putih. “Kak Bara?” Mata Rachel membulat ketika mengenali pemuda yang tak lain adalah mantan kakak kelasnya dulu. Meski setengah wajah Bara tertutup masker, namun Rachel masih mengingat sorot mata dari pemuda itu. Bara tersenyum senang saat Rachel mengenalinya. Dia pun segera melepaskan penutup masker dari wajahnya. “Sudah selesai bayarnya?” tanya Bara ketika melihat kasir masih menunggu Rachel untuk memasukkan pin di mesin EDC. Segera Rachel kembali fokus melakukan transaksi pembayaran. Lalu meraih kantong belanjaan yang cukup berat itu. “Perlu gue bantu?” tanya Bara menawarkan bantuan. Padahal niatnya tadi hendak membeli minuman, namun urung dilakukan. Melihat wajah bening Rachel, tak mungkin Bara menyia-nyiakan kesempatan emas ini. “Gak perlu kak, aku..” Bara mengambil alih kantong belanjaan dari tangan Rachel. “Cewek secantik lu, jangan bawa yang berat-be

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status