Akhirnya Natasya berhasil mengubah penampilan Rachel. Awalnya Rachel menolak, namun berkat kegigihannya membujuk, sampai akhirnya Rachel tampil cantik dan menarik dengan dandanan minimalis yang terlihat sangat natural.Jonathan tengah menunggu di depan teras rumah. Kemeja hitam dengan motif batik serta celana kain hitam dilengkapi sepatu pantofel hitam mengkilat. Baju dan sepatu peninggalan mendiang kakek Thomas, kini sudah melengkapi penampilannya. Dan benar, ukurannya sama dengan Jonathan.Terdengar dering dari ponselnya. Panggilan masuk dari Debora.“Jo, dimana kamu? Kok lama? Mami sama papi udah nunggu dari tadi.”“Tunggu, Mi! Jo masih nunggu Rachel siap-siap.”“Rachel ikut? Baiklah mami tunggu ya, sepuluh menit lagi usahakan kembali!” pinta Debora. Lalu panggilan pun berakhir.Tepat saat itu, Rachel keluar bersama Natasya.“Maaf ya, Jo. Nunggu lama. Biasa, perempuan pasti butuh waktu lama untuk bersiap-siap," ujar Natasya menjelaskan.“Tidak ma…” ucapan Jonathan terhenti saat mat
Kejadian semalam mendadak berputar dalam pikiran Rachel. Membuat wajahnya memerah lantas memalingkan mukanya untuk menghindari kontak mata dengan pemuda tengil itu. Rachel sangat malu, tidak menyangka jika Jonathan akan membahas hal itu.Mendengar ucapan Jonathan, tentu tak perlu ditanya pun Rachel tahu, jika ternyata pemuda itu melakukan hal semalam dalam keadaan sadar.Jonathan pun kembali terdiam. Merasakan tangan Rachel yang berkeringat dalam genggamannya. Namun dia urung melepaskannya, saat dilihat gadis itu hanya pasrah.Hubungan mereka memang sudah dituliskan oleh garis takdir sebagai calon pasangan masa depan. Akan tetapi hingga sekarang pun Jonathan tak pernah mendengar isi hati Rachel. Padahal gadis itu sudah tahu akan perasaannya.Haruskah Jonathan menanyakan langsung perasaan gadis itu padanya? Untuk mendapatkan kepastian jika saat ini dia tak merasa terpaksa dengan perjodohan ini.Setelah acara prosesi pernikahan usai, acara dilanjutkan dengan makan siang bersama. Keduany
“Maksud lu?” Rachel masih tak mengerti, membalas tatapan Jonathan dengan raut wajah bingung.“Gue sudah pernah bilang ke lu. Inget waktu yang di mobil?” tanya Jonathan mengingatkan.Rachel memutar bola mata, mencoba mengingat.“Waktu kita pulang dari makan malam sama mami papi, gue antar lu pulang pakai mobil Tante Natasya,” imbuh Jonathan. Namun Rachel masih tak mengerti.Jonathan menghela nafas panjang.“Kalau pelajaran aja diinget, hal penting masak gak inget sih!” gerutunya dengan wajah kecewa. Padahal hari itu dia begitu mempersiapkan diri untuk menyatakan perasaannya pada gadisnya ini.“Memangnya harus diinget ya, kejadian memalukan itu!? Huh..” Rachel mendesah.“Memalukan? Maksud lu?”“Gimana gak malu-maluin, sampai kita didatengi pak RT,” jawab Rachel sembari memalingkan wajahnya. Malu rasanya jika mengingat kejadian itu.Garis bibir Jonathan melengkung, senang rasanya Rachel mengingat akan hal itu. Hal penting yang menjadi momen terindah dalam hidupnya.“Lu inget? Terus giman
Jonathan menepikan motornya di sisi jalan. Suasana yang begitu sepi dan jauh dari rumah penduduk, bahkan tak ada satu kendaraan pun yang melintas. “Coba lu turun dulu, gue periksa motornya!” pinta Jonathan yang langsung dituruti oleh Rachel. “Kok bisa mogok sih, Jo? Memang tadi gak lu periksa dulu sebelum jalan?” tanya Rachel dengan raut wajah panik. Bayangkan saja, hanya berdua berada di tempat asing yang hanya ada pepohonan. Dengan siapa mereka akan meminta pertolongan? “Gue juga gak paham Chel, ini kan bukan motor gue!” jawab Jonathan sembari membuka penutup tangki bensin. “Terus kita gimana dong?” Rachel melirik jam di pergelangan tangan, “hari sudah semakin sore, Jo!” lanjutnya memberitahu. Bensin masih terisi, Jonathan pun tak paham dengan jenis motor tua yang usianya bahkan lebih tua darinya. Jonathan masih berusaha menyalakan mesin motor, menekan stater kaki hingga berulang kali. Namun hasilnya masih sama, motor tak kunjung menyala. “Jo, mana ponsel lu? Kita hubungi ora
Mata Rachel tak berkedip melihat wajah Jonathan yang terlihat sangat serius. Dan ucapan Jonathan terdengar romantis, sampai dirinya kehilangan kata-kata.Tanpa sadar, tangannya membalas genggaman Jonathan. Sebuah balasan perasaan yang tak mampu terucap di bibirnya, namun hanya dengan bahasa tubuhnya menyambut perasaan itu.Kedua pasang mata saling beradu, terkunci dalam tatapan yang menghanyutkan keduanya dalam momen romantis.“Gimana perasaanmu? Apa kamu merasakan hal yang sama?” tanya Jonathan ketika tak mendengar jawaban dari bibir gadis pujaannya.“A-aku..” Rachel menelan ludahnya. “Aku bingung, Jo. Harus jawab apa,” jawab Rachel sembari tersenyum kaku.“Astaga!” Jonathan memejamkan mata. Betapa polosnya calon istrinya ini.“Jo, hujannya udah reda. Kita gak pulang? Sebelum langit semakin gelap?” Rachel coba mengalihkan pembicaraan, menarik tangannya dari genggaman Jonathan, lalu segera beranjak dari tempat duduknya. Melangkah ke sisi jalan sembari menengadahkan tangannya ke atas.
“Jo, ngapain sih di sini?” ucap Rachel setelah membuka penutup jendela, dan yang terlihat memang benar Jonathan.“Keluar dong! Temenin gue! Gue tunggu di sini!” pinta pemuda yang tengah mengenakan sweater putih dengan bahan tebal.Rachel menghela nafas panjang, dipandanginya Jonathan dengan tatapan ragu. Bagaimana tidak? Tengah malam seperti ini, pemuda itu menyuruhnya keluar rumah.“Please, bentar aja!” ucap Jonathan lagi sembari menangkupkan kedua tangannya di depan dada.Tanpa menjawab, Rachel segera menutup kembali jendela kamar. Melihat pada jam yang bertengger di dinding atas ranjang. Hampir jam dua belas malam. Haruskah Rachel keluar menemui Jonathan? Apalagi yang dimau pemuda itu padanya?Otaknya terus berputar, namun tubuhnya seakan mengikuti perintah hatinya yang menginginkan untuk menuruti permintaan Jonathan.Rachel meraih cardigan putih yang digantung di dalam lemari pakaian. Lalu segera mengenakannya.Sebelum keluar kamar, Rachel kembali melihat nenek Maria. Memastikan j
Saat Rachel terbuai dalam perasaan yang sulit untuk dijelaskan, Jonathan mencondongkan wajahnya semakin dekat.Detik-detik berlalu tanpa kata, namun bahasa tubuh mereka sudah menjelaskan perasaan masing-masing.Rachel merasakan permukaan lembut yang menempel di dahinya, sontak dia pun membuka matanya.Bibir Jonathan sudah mendarat tepat di dahinya. Sebuah ciuman tulus yang menyatakan bagaimana dalamnya perasaan Jonathan pada Rachel.Rachel masih diam tak berkutik, wangi maskulin yang menguar dari tubuh pemuda itu mulai memanjakan indera penciumannya. Membuat Rachel semakin hanyut dalam perasaan nyaman.Apakah ini rasanya dicintai? Seumur hidupnya, baru kali ini Rachel merasakan kenyamanan berada bersama lawan jenis, selain ayahnya. Membuat akal sehatnya pergi entah kemana. Setelah beberapa detik berlalu, Jonathan pun menjauhkan bibirnya dari wajah Rachel. Tangannya terulur membenarkan posisi kacamata Rachel yang sedikit melorot. Lalu menangkupkan kedua tangannya di pipi Rachel yang l
Begitu tiba di kantin, Jonathan segera menghampiri meja Rachel, lalu mencengkram kerah seragam Nolan.“Ikut gue!!”“Jonathan, tapi makananku..” Nolan berusaha menolak karena makanannya masih tersisa banyak.Jonathan pun mengambil mangkuk soto milik Nolan, dan membawanya ke meja yang lebih jauh.“Lu duduk di sini! Jangan genit deh lu! Sok jadi playboy, gak pantes tahu!!” sentak Jonathan memaksa Nolan untuk duduk di kursi lain. “Lanjutin makannya! Selesai ini, lu cabut dari sini! Paham?”Nolan yang sedikit takut melihat perangai Jonathan, hanya bisa mengangguk. Lalu segera melanjutkan acara makannya.Sementara itu, Rachel masih terkesiap melihat kedatangan Jonathan yang tiba-tiba. Matanya terus menatap ke arah Jonathan dan Nolan berada.Sedangkan Mila tampak senang melihat kehadiran kekasihnya di sana.“Kok lu susulin kita ke sini sih, Ray?” tanya Mila, lalu meminta Ray untuk duduk di sebelahnya.“Gue ngikutin Jonathan. Tadinya kita ke perpus, gue kira kalian di sana. Ternyata di sini,”
“Auwwwhh.. sakit, Bae!” ucap Jonathan dengan wajah meringis sembari menatap lengannya yang terdapat bekas gigitan Rachel.“Jangan ngomong yang enggak-enggak deh, Jo! Mana ada nenek bilang gitu?” elak Rachel seraya membuang pandangannya agar Jonathan tak melihat wajahnya yang sudah memerah itu.“Masak sih nenek gak bilang gitu? Apa gue salah denger ya?”‘Astaga, nenek! Kenapa sih pakai acara ngomong yang enggak-enggak?’ gerutu Rachel dalam hati.“Jangan mikir yang enggak-enggak deh. Buruan ganti baju!” perintah Rachel seraya mendorong punggung Jonathan menuju kamar mandi.Blam!Rachel sendiri yang menutup pintu kamar mandi. Mengalihkan perhatian Jonathan agar tak lagi membicarakan sesuatu yang bisa memancing hal yang mengancam ketenangannya.Selama Jonathan berada di kamar mandi, Rachel segera menyelesaikan rutinitasnya. Membersihkan wajah dan mengoleskan skincare di wajahnya. Lalu segera berbaring di atas ranjang dengan selimut yang menutup seluruh tubuhnya.Rasa was-was masih menggan
“Uhuukkk.. uhuukkk..!” Jonathan bergegas mengambil air mineral dan memberikannya pada Rachel. Merasa bersalah telah membuat istrinya itu tersedak karena kata-kata yang keluar dari mulutnya. Suara bel pintu terdengar menyentak perhatian Rachel dan Jonathan. Sontak keduanya pun menoleh ke arah pintu. “Ck, siapa sih?! Ganggu aja!” gerutu Jonathan sebelum akhirnya melangkah ke arah pintu. Membuka pintu untuk melihat siapa yang datang. Salah satu staf hotel membawakan koper milik Rachel. “Maaf mengganggu, tuan Jonathan. Kami hanya mengantarkan barang milik nona Rachel,” ucap staf hotel seraya menyerahkan koper itu. Setelah staf hotel pamit pergi, Jonathan segera menutup kembali pintu kamar. Menarik koper ke lemari penyimpanan. Lalu kembali melangkah menuju meja makan. Rachel beranjak dari kursi. Meskipun makanan di piringnya masih tersisa setengah, namun perutnya sudah terasa kenyang. “Mau kemana, Bae? Kok gak dihabisin makanannya?” tanya Jonathan dengan raut bingung. “Gue mau gant
Rachel melangkah mundur kala menyadari langkah Jonathan semakin mendekat. Namun baru beberapa langkah ke belakang, punggungnya sudah membentur dinding membuat langkahnya terhenti di tempat. Pengaruh alkohol itu sudah hilang sejak Rachel bangun tidur tadi. Jadi dalam keadaan sadar seperti ini, akal sehat Rachel kembali bekerja. Rachel menyilangkan kedua tangan di depan dada, sebagai isyarat agar Jonathan jangan mendekat. Namun sepertinya suaminya itu tak memahami maksudnya. Langkah Jonathan semakin mendekat, mengunci tubuh mungil istrinya di antara kedua tangannya yang diletakkan di sisi tubuh Rachel. Lagi dan lagi Rachel dibuat diam tak berkutik. Wajah tampan sang kapten basket yang telah berstatus menjadi suaminya, begitu membuat gadis cupu itu terpesona. Dalam jarak sedekat ini, Rachel bisa merasakan hembusan nafas Jonathan yang beraroma mint. Tatapan Jonathan yang begitu tajam namun ada kelembutan di dalamnya, membuat Rachel semakin hanyut dalam rasa nyaman. Bibir merah Jonath
“Mohon maaf tuan Jonathan, mengganggu waktu istirahat anda. Saya diminta nyonya Debora untuk membawakan sarapan ini,” ucap seorang wanita yang merupakan staf hotel. “Astaga mami! Ngapain sih pakai suruh orang buat bawa sarapan segala. Mengganggu aja!” gerutu Jonathan dengan suara kecil, namun masih bisa didengar oleh staf wanita yang masih berdiri di hadapannya dengan membawa nampan berisi sarapan. “Maaf tuan Jonathan, bolehkah saya masuk untuk menaruh makanan ini?” “Gak perlu, biar aku sendiri yang menaruhnya!” Jonathan meraih paksa nampan itu. “Sekarang pergilah!” perintah Jonathan lalu kembali masuk. Menutup pintu dengan kakinya. Meletakkan nampan di atas meja, kemudian melangkah menuju kamar. Berdiri di sisi ranjang dengan pandangan tertuju pada wanita yang masih tertidur lelap. Jonathan sedikit membungkukkan badan. Tangannya terulur memindahkan helaian rambut yang menutupi wajah cantik Rachel. Garis bibir Jonathan melengkung, membentuk sebuah senyuman. Pagi pertama yang menj
Jonathan kembali memagut bibir manis sang istri. Tangannya bergerak mengusap lembut dada Rachel sebelum memulai permainan inti. Rasa takut yang sempat bersarang di hati Rachel saat melihat milik Jonathan yang panjang dan keras itu, kini perlahan memudar. Desahan tertahan dari bibir Rachel, kembali terdengar. Mengiringi permainan yang akan Jonathan mulai, sesaat lagi. Jonathan mengusap lembut ujung miliknya sebelum mempertemukannya pada milik sang istri. Mata Rachel terpejam, bibirnya terus mengeluarkan suara yang semakin memancing hasrat sang suami. “Can I come in?” Suara Jonathan menyentak kesadaran Rachel. Perlahan mata lentik itu terbuka. Sorot mata Rachel terlihat sayu. Ada rasa ingin, penasaran, juga rasa takut yang bercampur aduk dalam hatinya. Namun sudah kepalang tanggung. Pengaruh alkohol masih menguasai tubuh Rachel dan keinginan Jonathan pun sudah tidak bisa ditahan lagi. Tanpa mendengar dahulu jawaban dari mulut sang istri, Jonathan memasukkan miliknya ke dalam liang
Posisi Rachel kini berada di atas tubuh Jonathan. Kedua kakinya diletakkan di kedua sisi pinggang Jonathan. Posisi yang sama seperti sedang naik kuda. Jonathan menggerakkan kepalanya ke kanan dan ke kiri untuk menghindari ciuman Rachel. Karena dia tahu, jika istrinya itu sedang mabuk. “Astaga, Bae.. mphhhh..” Posisi Jonathan yang terjepit, membuatnya sulit untuk menghindar. Apalagi kedua tangan Rachel kini mencengkeram erat pipinya, hingga membuat Jo tak bisa menghindar lagi. Ciuman yang tak pernah Jonathan rasakan sebelumnya. Jika dalam keadaan sadar, istrinya itu sangatlah pasif. Beda halnya dalam keadaan mabuk, ciuman Rachel terasa begitu liar dan panas. Jo bisa merasakan lidah basah Rachel yang mulai membasahi permukaan bibirnya yang tertutup. Dengan mata terpejam, Jo berusaha mempertahankan diri agar tidak tergoda. Sungguh istrinya ini benar-benar menguji pertahanannya. Haruskah Jo meladeni Rachel dalam keadaannya yang setengah sadar? Jonathan tak ingin dianggap sengaja mema
Jonathan meraih cardlock dari dalam dompet. Membuka pintu kamar dengan perasaan campur aduk. Mengingat kondisi Rachel terakhir kali ditinggal dalam keadaan takut. Mana mungkin dia bisa melakukan keinginan papi untuk membuatkan cucu? “Bae, udah tidur?” Jonathan menutup kembali pintu. Ruangan masih dalam keadaan setengah redup, sama persis dengan yang terakhir kali dia lihat. Dia tak menyadari akan keberadaan Rachel di ruang tamu, hingga melewatinya menuju kamar tidur. Kondisi ranjang yang masih rapi, namun selimut terlihat sedikit berantakan. Jonathan tak menemukan keberadaan istrinya di dalam kamar. Menduga jika istrinya masih mandi atau mungkin melanjutkan acara berendam. Tetapi, bukankah ini sudah terlalu lama? Jonathan menghitung sudah sejam lebih dia meninggalkan Rachel. Mendadak rasa takut bersarang dalam pikiran Jonathan. Takut akan hal buruk terjadi pada istrinya ketika berada di kamar mandi. Bergegas Jonathan melangkah ke kamar mandi guna memastikan. Namun di sana, juga t
Kini tubuh sepasang pengantin baru saling melekat tanpa penghalang. Jonathan telah berhasil membuat Rachel tak berdaya dan tak menyadari jika dirinya kini sudah telanjang. Kesadaran Rachel kembali, ketika dia merasakan sesuatu yang keras menyundul pangkal paha bagian belakang. Perlahan mata lentik itu terbuka, pandangannya langsung tertuju pada wajah Jonathan yang tampak sedikit memerah. Ketika menyadari posisinya telah berubah, bahkan tangan lebar Jonathan mulai menangkup bagian sensitif di dadanya, Rachel pun menjadi panik. Segera meraih pergelangan tangan Jonathan dan berusaha menjauhkan dari tubuhnya. “Mphhhh…” Rachel berusaha berteriak, namun ciuman itu menahan suaranya. Pikiran Jonathan sudah dikuasai oleh hawa nafsu, membuat pemuda itu buta dan tuli akan reaksi sang istri yang mulai menolak. Saat dirasa kekuatannya tak akan mampu melawan tenaga Jonathan, Rachel pun menggigit lidah Jonathan. “Akhhhh..!” desis Jonathan seraya melepaskan pagutan bibirnya. Rasa ngilu pada lida
Kini posisi Jonathan duduk di belakang Rachel tanpa penghalang, membuat tubuh mereka saling bersentuhan. Mata Rachel semakin melebar kala tanpa sengaja Jonathan menyentuh bagian kenyal miliknya di depan dada. “Mpphhhh..” Rachel berusaha berteriak namun tangan lebar Jonathan menutup hampir setengah dari wajahnya. Sontak Rachel berusaha menepis tangan Jonathan dari dadanya. “Please, jangan banyak gerak Bae! Gue..” Ucapan Jonathan terhenti ketika mulai merasakan miliknya yang semakin mengeras. Keinginan Jo untuk menyentuh gadis yang sudah berstatus sebagai istrinya semakin kuat. Namun langkahnya terhalang oleh sikap Rachel yang terlihat jelas menolak. Seakan tak kehabisan akal, Rachel sekuat tenaga menggerakkan siku tangan kanannya ke belakang. Duagh!! Ujung siku Rachel yang runcing tepat mengenai perut Jonathan. Membuat pemuda itu meringis kesakitan dan akhirnya melepaskan tangannya dari mulut Rachel. Tak menyia-nyiakan waktu, Rachel pun berpindah posisi. Duduk di ujung bath-up,