"Kamera ... roll ... action!" teriak sutradara film panas yang mengamati dari layar monitor adegan-adegan penuh godaan bergairah antara aktor bokep yang baru bergabung dengan seorang wanita berbuah dada besar. Kebetulan lawan main Andre kali pertama ini adalah seorang aktris panas senior bernama panggung Mimi Perry. Tampangnya seperti wanita Asia Timur berkulit terang yang sipit dan berhidung mancung dengan bibir merah ranum seperti buah Cherry. Bentuk tubuhnya sintal dan lekuk-lekuknya sangat menggoda mata lelaki. Gerak-gerik Mimi Perry yang ditangkap kamera film begitu panas. Apalagi lawan mainnya yang piawai menyentuh tubuhnya membuat Andre benar-benar terangsang hebat. Pemuda tampan itu sampai tak menyadari setiap tindakannya terekam oleh kamera. Dia seolah tersihir oleh aura sexy dari Mimi Perry hingga lupa daratan. Pergumulan yang panas bergelora dalam pose berdiri di dekat jendela kamar hotel bintang 5 membuat kedua insan yang diburu hasrat birahi itu mengabaikan sekitarnya.
Selama tinggal di Singapura pasca memohon restu kepada orang tuanya di Sumedang, Aji berusaha memantapkan hatinya untuk melamar Marcella Wrigley, kekasihnya.Malam minggu itu dia sengaja mengajak Marcella berkencan ke kawasan Marina Bay Sands, panorama malam hari di tempat itu sungguh mengesankan dengan banyak lampu-lampu hias di sekitar pantai pasir putih. Banyak hotel bintang 5 dan restoran mewah mengelilingi pantai yang bisa dinikmati dengan berjalan kaki di malam hari yang berangin sejuk.Usai berkendara sepeda motor berboncengan, sepasang kekasih itu pun turun di parkiran motor sebuah restoran tepi pantai dan memutuskan untuk makan malam terlebih dahulu sebelum berjalan kaki menikmati suasana pantai."Ayo, Cella Sayang kita masuk!" ajak Aji seraya menggandeng tangan mungil kekasihnya. Ada rasa bangga di dalam hati pemuda itu karena penampilan Marcella begitu menarik dengan rambut pirang alami dan mata biru, sedangkan dirinya berwajah Melayu.Namun, Marcella justru memuji Aji, "Ka
Sekitar pukul 19.30 waktu Singapura, usai makan malam di rumah Ananda dan Maya. Mereka sengaja tidak memberikan pekerjaan tambahan untuk Aji dan Marcella karena hari ini adalah hari istimewa pernikahan pasangan unik itu."Cella Cantik, yuk kita belah duren!" goda Aji sembari menggendong tubuh ramping pengantin barunya itu dari koridor ruang makan ke kamarnya. Istrinya terkikik dengan wajah merona sembari bergelanyut di leher Aji. "Durennya sudah lama kebuka, nggak ingat ya kamu, Sayangku yang ganteng?" balas Marcella."Hmm ... ya sudah kita aseekk aseekk ajalah apa pun istilahnya. Ohh iya, berarti aku yang malam ini hilang perjaka dong. Apa tuh istilahnya—itulah pokoknya, Yang!" sahut Aji tak sabar. Dia lalu menendang pintu kamarnya hingga menutup dan bergegas ke arah ranjang. Perlahan dia menurunkan tubuh Marcella Wrigley lalu melepaskan pakaiannya sendiri yang berupa kaos dan celana pendek kolor warna hitam. Sedangkan, istrinya yang terbaring terlentang di bawahnya cekikikan melih
Desahan pria dan dua wanita bersahutan saling berbagi sentuhan intim terekam jelas oleh lensa kamera video. Adegan panas dua wanita tanpa busana melayani sang aktor bintang video khusus dewasa yang sedang naik daun memang terlihat meyakinkan.Andre Cornelius Wijaya selain berparas tampan dengan tubuh kekar berotot memiliki stamina bak kuda pacu jantan, dia melayani dua wanita berambut panjang lurus dicat berwarna pirang dan cokelat. Wanita yang dipanggil Carissa berambut pirang sedang menservis Andre dengan mulutnya melumat batang berurat pria itu di bawah sana. Andre bersandar di sofa dengan posisi paha terentang lebar. Sementara Yuki yang berambut cokelat menyodorkan sepasang bulatan padat seukuran melon Honey Dew ke wajah Andre untuk dinikmati. Wanita itu mendesah-desah dengan mata terpejam dan kepala tengadah ke langit-langit kamar berpencahayaan remang-remang. Bibir dan lidah Andre membuatnya terangsang dan jemari tangannya menggodai 'gadis kecil' Yuki yang basah."Mass ... arrh
Pesawat Singapore Airlines yang membawa Ananda dan Maya bersama Bayu yang telah berusia satu setengah tahun ditemani sepasang asisten mereka mendarat di Bandara Soekarno-Hatta."Selamat siang, Penumpang Pesawat Singapore Airlines SPA-790 tujuan Jakarta. Di sini Kapten Yogi Effendi ingin mengabarkan bahwa sebentar lagi pesawat akan mendarat di Bandara Soekarno-Hatta. Tolong kembali ke tempat duduk Anda dan pasang sabuk pengaman. Diperkirakan pesawat akan mendarat pada pukul 12.30 waktu Jakarta, Indonesia," ucap pilot pesawat yang ditumpangi rombongan Ananda dan Maya dari loud speaker.Sesuai yang dikatakan oleh pilot pesawat tadi mereka mendarat tepat waktu. Kemudian mereka mengambil koper sebelum keluar menuju pintu lobi bandara dimana sopir pribadi keluarga Kusuma Mulia telah menunggu kedatangan mereka. Kemudian koper-koper mereka dimuat di bagian bagasi belakang mobil oleh sopir itu dibantu Aji."Selamat datang, Pak Nanda, Bu Maya! Kemana tujuan kita sekarang?" sapa Pak Nurdin yang
Musik hingar bingar di ruangan remang-remang dengan cahaya lampu sorot warna-warni mengiringi detak jantung kehidupan muda-mudi metropolitan. Sekumpulan pria muda bertampang menarik dan wanita-wanita berpenampilan sexy sedang larut dalam kemeriahan malam pesta di sebuah diskotek elite."Noni joged dong! Digoyang patah-patah kayak kalau lagi syuting tuh. Wuidih dijamin mantap jiwa!" seru Stanley Irawan yang bersemangat pasca menghidu serbuk putih narkoba.Sedangkan, Andre dan rekan-rekan aktor panas lainnya duduk bersandar santai di sofa sambil menenggak minuman keras mahal yang ditraktir oleh sutradara mereka, Amir Funky. Perempuan sexy bernama Noni itu tak mau kalau dirinya sendirian yang dijadikan obyek kemesuman rekan-rekan lawan mainnya dalam film panas. Dia menggeleng dan berseru mengalahkan suara musik DJ yang rancak berdentum-dentum, "Noni ogah kalau sendirian, yang lain ajalah, mangga sok atuh!""Sisca, Velli, Sandra, Tita, Mona, yuk yuk jangan sok alim deh! Biasanya kalian l
Sekitar pukul 06.30 WIB Nyonya Astrid mulai beraktivitas di luar kamar tidurnya usai mandi pagi dan berdandan rapi. Dia membuat sarapan sederhana untuk dirinya dan juga putera semata wayangnya. Setelah menu nasi goreng telor mata sapi itu siap, dia melangkahkan kakinya menuju ke kamar Andre."TOK TOK TOK." Ketokan di daun pintu bercat putih itu cukup kencang, tetapi tak ada suara sahutan Andre seperti biasanya. Maka Nyonya Astrid pun membuka pintu untuk memeriksa apa semalam puteranya pulang atau tidak ke apartment.Ketika dia melihat puteranya dalam kondisi telanjang tidur dalam posisi janggal tertelungkup di atas ranjang, Nyonya Astrid bergegas menghampiri Andre. Dia memanggilnya, "Ndre ... Andre! Kamu nggak kenapa-kenapa 'kan?"Telapak tangan mama Andre menyentuh tubuh puteranya yang dingin dan kaku seperti mayat. Dan dia pun berteriak histeris, "AAAAAARRRGGHHH!" Disusul tangisnya pecah tak terkendali menangisi kepergian putera tungga kesayangannya itu di usia yang begitu belia."A
"Mass ... aarrhh!" Maya memejamkan matanya, tubuh polosnya bergetar hebat dengan punggung melengkung dalam dekapan Ananda di atas sofa. Ananda melumat dan memainkan puncak buah dada yang mengeras karena gairah di dalam mulutnya. Dia membantu istrinya yang bersimbah peluh bergerak naik turun di atas pangkuannya. Sesaat kemudian dia tak mampu lagi memperpanjang permainan cinta mereka dan ia pun menyembur deras ke dalam rahim Maya. Dahulu bercinta bersama Maya dengan berbagai gaya mungkin hanya sekadar bunga tidur saja bagi Ananda. Kelumpuhan kaki istrinya membuatnya harus mengalah menerima wujud kemesraan apa pun yang bisa dinikmati berdua. Namun, kini istrinya telah seutuhnya sehat walafiat dan tak keberatan mencoba berbagai posisi bercinta yang lebih menantang dan intens."Ini Mas Nanda rajin menyebar benih, kalau aku hamil lagi gimana dong? Sepertinya saat ini lagi subur-suburnya lho, Mas!" ujar Maya sambil membiarkan suaminya yang tak henti-hentinya mencumbunya. Dia tenggelam dala
Beberapa bulan kemudian sesuai janji Maya kepada Dokter Joyo Baskara, usai kelahiran anak kembar laki-laki dan perempuannya berselang masa nifasnya. Dia mengunjungi TPU Tanah Kusir bersama suaminya kali ini. Mereka hanya berdua saja dan ketiga anak mereka dititipkan di rumah kakek neneknya.Langit pagi itu biru cerah dengan gumpalan awan putih di angkasa. Musim kemarau baru berjalan tak lama di Indonesia waktu itu. Angin di taman pemakaman yang asri dan tenang itu bertiup sepoi-sepoi menerbangkan rambut panjang Maya yang tergerai. Suara serangga tongeret terdengar nyaring mengisi kesunyian tempat dimana ratusan jasad terkubur di bawah tanah berlapis rumput hijau yang terpangkas rapi.Ananda berjalan sembari menggenggam tangan kanan Maya dengan tangan satunya membawakan keranjang bunga mawar tabur untuk makam mendiang Andre dan mamanya.Dari kejauhan mereka dapat mengenali nisan putih bertuliskan nama sepasang ibu dan anak yang telah tiada tak lama berselang itu. Mereka berdua melangka
"Maafkan kami, Bu Maya. Kondisi fisik Nyonya Astrid semakin hari semakin melemah. Secara kejiwaan dan juga pikiran memang terapi psikologisnya berhasil membawa akal sehatnya kembali normal. Hanya saja—semangat hidupnya telah sirna, di situlah letak kesulitannya," terang Dokter Joyo Baskara yang merawat mama Andre selama berbulan-bulan terakhir ini.Maya pun menanggapi perkataan Dokter Joyo melalui sambungan telepon antar negara itu, "Baik, Dok. Kalau boleh saya tahu apakah Tante Astrid masih mau makan teratur setiap hari?""Masih, hanya terlalu sedikit. Dia juga lebih banyak tidur dibanding beraktivitas. Jarang berkomunikasi dengan orang lain yang ada di sekitarnya. Saya yang paling sering berbicara dengan beliau untuk menjalani konseling kejiwaan," ujar Dokter Joyo berusaha menjelaskan situasi sulit yang dihadapinya terkait pasien yang ditanganinya.Setelah berpikir sejenak, Maya pun bertanya, "Seandainya saya datang ke sana, apa beliau mau berbicara dengan tenang?""Nyonya Astrid me
Ketika Ananda sarapan pagi bersama Maya dan Bayu, di sekeliling meja makan juga ada Aji dan Marcella yang sudah dianggap seperti anggota keluarga kecil mereka."Ji, bikinin janji ke rumah sakit sepulang kerja nanti buat Maya ya. Kami mau periksa kehamilan," ujar Ananda santai sambil menikmati menu sarapan paginya.Mendengar perintah bosnya, Aji dan Marcella saling bertukar pandang kikuk. Mereka lalu diam-diam tersenyum satu sama lain. Aji pun menjawab, "Siap, Pak Nanda. Nanti saya buatkan janji ke dokter Obsgyn. Oya, kalau nanti kami nebeng berangkat ke rumah sakit apa boleh, Pak?"Kali ini Maya dan Ananda yang heran lalu Maya yang bereaksi terlebih dahulu, "Siapa yang sakit nih?""Cella juga mau periksa kehamilan sore ini, Bu Maya!" jawab Aji yang membuat seisi meja makan tertawa.Ananda pun menanggapi, "Kok bisa barengan nih jadinya. Padahal bikinnya nggak janjian 'kan?" Mendengar candaan suaminya, Maya mencubit pinggang pria itu hingga mengaduh-aduh. "Mas Nanda ini bisa-bisanya—"
"Hai, Hubby ... apa kamu capek?" sambut Marcella Wrigley saat bayi besarnya memeluknya erat-erat di balik pintu kamar tidur mereka sepulang kerja.Dengan manja Aji menyurukkan wajahnya di lekuk leher istrinya yang menguarkan aroma parfum feminin nan lembut. Dia menyesap kulit putih terang itu, tetapi Marcella membiarkannya begitu sekalipun akan membekas tanda kepemilikan berwarna merah tua nantinya yang tentu saja bertahan cukup lama."Baby Cella, Sayangku ...," gumam Aji sembari meraup tubuh istrinya menuju ke tempat tidur mereka.Wanita berambut pirang dengan sepasang mata biru itu melingkarkan kedua lengannya di leher Aji sambil menatap wajah pemuda berondong menggemaskan yang sedang menggendongnya. "Ji ... aku punya kabar mengejutkan untukmu," ujar Marcella hati-hati saat tubuhnya dibaringkan di atas ranjang. "Apa tuh, Cella?" sahut Aji santai seolah yakin dia tak akan terkejut mendengar pemberitahuan istrinya. Mereka sudah menikah berbulan-bulan dan kipernya telalu ahli menjaga
"Terdakwa penculikan putera dari CEO Grup Kusuma Mulia yaitu pasangan ibu dan anak Hartadinata telah menerima vonis bersalah dari pengadilan dan dijatuhi hukuman kurungan selama 5 tahun. Demikian laporan Desti Triana dan cameraman Rizky Setiadi dari depan ruang sidang. Kembali ke studio 5 Surya TV!" Berita siaran petang itu menjadi tayangan yang menyita perhatian Pak Alan dan Nyonya Belina. Mereka saling bertukar pandang prihatin. Kemudian Nyonya Belina berkata, "Kasihan sebenarnya, Pa. Sekeluarga kok bisa masuk bui semua. Mas Arifian juga masih 14 tahun penjara hukumannya."Pak Alan mendesah lelah, dia pun menanggapi, "Itu keluarga kacau balau, Ma. Kita telah salah mengenali di awal berteman dengan mereka. Tadinya konglomerat, sekarang malah sudah jatuh miskin masih harus tinggal di hotel prodeo. Malunya berlipat-lipat kalau dulu kita jadi berbesan sama mereka, tingkah mereka aneh-aneh begini!""Benar, Pa. Memang Mama dulu salah menilai, justru keluarganya Maya yang baik-baik saja m
Selang 24 jam pasca menghilangnya Bayu dari kediaman Kusuma Mulia. Pihak kepolisian dan juga Ananda Kusuma ditemani oleh sekretarisnya mendatangi Royal Heir Dharmawangsa apartment."TING TONG." Bunyi bel apartment milik Nyonya Shinta terdengar mengejutkan dia dan puterinya yang memang sengaja tidak keluar kemana pun dari apartment itu sejak kemarin malam."Ehh—siapa tuh, Ma?" tanya Deana cemas bertukar pandang dengan mamanya di sofa.Kemudian Nyonya Shinta berjalan ke pintu keluar unit apartmentnya dan mengintip siapa tamunya dari lubang intip. Ketika dia melihat petugas polisi berseragam, makin paniklah dia. "Dea ... Dea, ada polisi di depan!" serunya berlari menuju ke sofa.Namun, gedoran di pintu terdengar bersama suara amarah Ananda. "Buka pintunya atau perlu didobrak?!" teriaknya mengancam dari balik pintu. "Waduh Ma, gimana nih? Kok Mas Nanda tahu kita ada di sini?" Deana mencicit panik.Sementara Bayu yang tadinya diam mulai menjerit-jerit, "PAAPAA ... PAAAPAAA ...."Setelah m
Suara tangisan dan rengekan bayi terdengar memenuhi mobil Alphard putih yang tengah melaju di jalanan ibu kota yang padat oleh kendaraan bermotor petang itu. Sang sopir melirik curiga melalui spion tengah mobil yang dia kemudikan. 'Perasaan tadi nyonya besar dan nyonya muda berangkat nggak bawa bocah. Lha ini ... lantas anak siapa? Jangan-jangan mereka nyulik anak orang!' batin Pak Suryo gelisah sembari berjibaku dengan lalu lintas yang begitu ramai."Rewel banget sih nih bocah!" keluh Deana yang memangku putera Maya. Dia memang tidak suka anak kecil. "Sabar, Dea. Sebentar lagi juga sampai di apartment," bujuk Nyonya Shinta melirik puterinya dan Bayu yang menangis tak henti-hentinya. Memang mereka berdua tidak mengerti kalau bocah laki-laki itu kelaparan, tadi Suster Sisca pergi ke dapur untuk membuatkan susu untuk Bayu dan Nyonya Shinta membawa pergi bocah itu diam-diam.Mobil Alphard putih itu membelok ke apartment Royal Heir Dharmawangsa yang mewah. Pasca hotel milik keluarga Ha
Sore itu kediaman Keluarga Kusuma Mulia ramai dikunjungi oleh serombongan nyonya-nyonya sosialita. Ada arisan elite bulanan yang digelar di sana. Tempat acara bergengsi itu berpindah-pindah sesuai giliran dan kebetulan kali ini jatuh di rumah mama Ananda.Maya pun diundang bersama putera tunggalnya untuk diperkenalkan ke teman-teman arisan Nyonya Belina. Sekalipun Maya sebenarnya tidak terbiasa mengikuti acara semacam itu, mau tak mau demi menghormati mama suaminya dia pun hadir."Jeng-jeng, kenalkan ini Maya Angelita, menantu saya. Mungkin sebagian sudah kenal ya karena dia ini penulis dongeng anak terkenal lho, nggak cuma di Indonesia ... sampai luar negeri juga bukunya dijual. Dan yang ini cucu saya, namanya Bayu. Lucu ya?!" tutur Nyonya Belina berdiri bersama Maya dan Bayu yang digendong mamanya di hadapan teman-teman arisan yang tajir melintir itu.Apa pun yang bisa disombongkan harus ditonjolkan, itulah prinsip anggota arisan elite yang diikuti Nyonya Belina. Para wanita itu pun
Pagi dengan gerimis rintik-rintik sisa hujan besar semalam masih mengguyur kota Jakarta. Wanita cantik dengan gaun hitam selutut itu menguatkan tekadnya untuk mengunjungi TPU Tanah Kusir, tempat dimana mendiang Andre dimakamkan. Mungkin sedikit terlambat, tetapi dia memang baru mengetahui berita duka cita itu belakangan.Payung hitam yang dia bawa untuk menaungi tubuhnya meneteskan air di ujung-ujung rusuk benda itu. Angin dingin yang menerpanya serasa menusuk tulang, pipinya basah oleh air mata yang mengalir di balik kaca mata hitam yang menutupi sebagian wajahnya.Selangkah demi selangkah Maya menuju ke sebuah gundukan tanah merah yang masih baru dibuat. Ada sebentuk nisan yang tertancap bertuliskan nama familiar seorang pemuda yang pernah begitu berarti dalam hidupnya.Keranjang bunga mawar tabur terayun pelan di tangan kanannya. Semakin dekat ia melangkah, dadanya terasa semakin sesak. Maya mungkin telah memiliki cinta baru yang indah bersama Ananda. Namun, kenangan manis masa pac