Share

75. Mundur Teratur

Author: Viallynn
last update Last Updated: 2023-11-30 22:57:26

Bagi Cia, lemah karena cinta adalah hal yang memalukan. Dia bisa berkata demikian karena mengalaminya sendiri. Cia memiliki kebiasaan buruk tentang cinta. Akal sehatnya seolah hilang jika sudah berurusan dengan perasaan murni itu.

Jika cinta tersebut memberikan kebahagiaan, tentu akan menjadi energi yang positif. Namun bagaimana jadinya jika rasa cinta itu memberikan kesedihan? Bukan hanya akal sehat yang hilang, tetapi juga gairah hidupnya.

Entah sudah berapa lama Cia duduk di sofa sambil menatap jalanan ibu kota, dia sendiri tidak tahu. Yang pasti setelah pulang dari bekerja, dia langsung duduk di sana sampai hari mulai gelap. Masih dengan pakaian kerjanya, Cia duduk meringkuk sambil memeluk lututnya. Jangankan berganti baju, untuk menyalakan lampu saja dia sudah malas.

Hatinya benar-benar tidak tenang. Namun Cia tidak menangis kali ini. Dia sudah lelah meratapi nasibnya sendiri yang menyedihkan. Dia hanya butuh Agam untuk mendukungnya. Karena Cia bertahan hingga saat ini ju
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Gadis Bucin Incaran Presdir Dingin   76. Keputusan Terberat

    Kenyataan memang tak seindah harapan. Tak semenyenangkan khayalan. Juga tak secerah keinginan. Semesta seolah menyadarkan manusia akan keadaan. Namun apa tak boleh manusia memilih jalan aman? Agam Mahawira berada di titik paling rendah saat ini. Kesedihan yang pernah terjadi dalam hidupnya tak bisa menyamai perasaannya saat ini. Ada rasa marah, kecewa, sedih, dan tak percaya yang ia rasakan. Syukur saja, ekspresi datar yang berhasil ia tampilkan. Agam kembali membaca lembaran kertas di tangannya. Rahangnya mengeras setiap membaca kata demi kata. Matanya menyala siap untuk berteriak murka. Namun, lagi-lagi Agam berhasil menyembunyikan emosinya dengan sempurna. "Cia bilang sama lo?" tanya Agam pada pria di hadapannya. Dika menggeleng lemah. "Gue juga baru tau sekarang." Agam meletakkan kertas itu dan mengusap wajahnya kasar. "Segampang itu dia nyerah," gumamnya. "Gam, nggak mudah jadi Cia." Dika menatap sahabatnya prihatin. Di tengah masalah perusahaan, ada masalah priba

    Last Updated : 2023-11-30
  • Gadis Bucin Incaran Presdir Dingin   77. Bentuk Perlawanan

    Setelah mangkir beberapa kali, akhirnya Agam kembali datang ke rumah orang tuanya. Ajakan untuk makan malam bersama selalu ia tolak demi kenyamanan dada. Namun kali ini dia memiliki tujuan yang berbeda. Bukan hanya sekedar makan malam biasa, tetapi ia juga akan menyampaikan berita. Febi, gadis yang selama ini memilih netral pun juga berubah. Posisinya selama ini memang tidak memungkinkan untuk memihak, antara orang tua atau sahabatnya. Namun kali ini aura permusuhan itu begitu terasa. Febi mendadak menjelma menjadi Agam kedua, yang malas untuk berkunjung menemui kedua orang tuanya. Makan malam berlangsung dengan hening. Hanya terdengar suara sendok yang bertemu dengan piring. Namun semua orang tahu jika mereka sedang berakting. Sebelum akhirnya pembicaraan yang diinginkan kembali memancing. "Jadi gimana Jepang kemarin, Gam?" tanya ayahnya. "Lancar," jawab Agam singkat. "Mr. Haraku mau bekerja sama." Senyum ayahnya langsung merekah. Tentu saja kabar ini sangat membahagiakan

    Last Updated : 2023-11-30
  • Gadis Bucin Incaran Presdir Dingin   78. Duo Galau

    Ternyata apa yang Agam lakukan bukan sekedar ancaman. Surat pengunduran diri sudah ia ajukan. Tentu membuat heboh seluruh karyawan. Banyak rumor yang mulai berkembang. Apa menghilangnya sosok Alicia Cantika menjadi alasan? Namun Agam tidak menghiraukan. Dia sudah terbiasa mendengar banyak rumor yang berkeliaran. Apa lagi ditambah dengan keputusan besarnya sekarang. Tentu kehebohan tidak bisa lagi ditekan. Suara ketukan pintu membuat Agam bergumam. Dika masuk dengan hanya memperlihatkan kepalanya saja. "Pak?" Agam pun mengalihkan pandangan. "Ada apa?" "Pak Dandung ingin bertemu." Wajah Agam yang semula datar mulai berubah. Ada pendar geli di matanya. "Kapan?" "Sekarang. Pak Dandung sudah ada di ruang tunggu." Agam mengangguk. "Minta dia masuk." Sebelum Dika pergi, Agam kembali memanggil. "Gue masih atasan di sini, kan, Ka?" tanyanya. "Kenapa?" "Minta resepsionis lobi bawah untuk jangan biarin orang luar masuk, termasuk Pak Dandung." "Tapi Pak Firman sendir

    Last Updated : 2023-12-01
  • Gadis Bucin Incaran Presdir Dingin   79. Bisikan Setan

    Pada dasarnya, setiap manusia memiliki kekurangan. Kekurangan yang mungkin tak bisa diterima oleh banyak orang. Namun begitu lah manusia. Makhluk Tuhan yang tidak sempurna. Jelas harapan tentu akan sama, yaitu menjadi pribadi yang lebih dewasa dengan segala permasalan hidup yang ada. Cuti tiga hari Febi telah usai. Dia kembali bekerja dengan hati gusar. Tanggung jawabnya sebagai budak korporat membuatnya sadar. Jika dia tidak bisa terus menghindar. Namun yang pasti menghindari Dika tetap akan ia lakukan. Malu, kesal, resah, dan gelisah. Itu yang Febi rasakan saat ini. Dia membenci dirinya sendiri yang lemah terhadap cinta. Ternyata seperti ini rasanya sakit hati karena cinta. Mulai sekarang, Febi tidak akan mengejek Cia lagi. Dia akan mulai prihatin dengan masalah yang menimpa Cia dan Kakaknya. Pasti rasanya akan lebih sakit dari pada sekedar cinta ditolak. "Hari ini lo agak dieman. Habis cuti bukannya hepi malah kayak orang sakit gigi," celetuk Ridho di sampingnya. "Hati

    Last Updated : 2023-12-01
  • Gadis Bucin Incaran Presdir Dingin   80. Menyembuhkan Luka

    Rasa canggung begitu terasa. Mencoba mengusik ketenangan jiwa. Awalnya kedua insan itu berusaha untuk bersikap biasa. Namun memang perasaan tak bisa untuk diajak kerja sama. Rumah Cia menjadi tujuan mereka. Bersembunyi dari banyaknya tatapan warga desa. Seperti tetangga pada umumnya, mereka penasaran akan sosok Agam Mahawira. Sebenarnya penampilannya biasa saja, hanya saja wajahnya yang tampan tentu menarik curiga. Di sini lah mereka, duduk berdua di meja makan yang terbuat dari kayu istimewa. Meskipun terlihat sederhana, tetapi percayalah kayu itu sangat mahal harganya. Sudah bertahun-tahun awetnya. Saksi peninggalan Kakek Cia juga. "Kenapa Pak Agam ke sini?" tanya Cia meletakkan teh hangat buatannya. Tidak ada teh jahe. Entah kenapa Cia tidak mau mengingat masa lalu mereka. Agam masih menutup mulutnya. Jujur, dia sedikit terganggu dengan suara pisau dan papan potong yang beradu. Dari tempat duduknya, Agam bisa melihat Nenek Cia yang tengah menyiapkan kudapan untuknya. Me

    Last Updated : 2023-12-01
  • Gadis Bucin Incaran Presdir Dingin   81. Hubungan Jarak Jauh

    Kesibukan di kantor masih Agam lakukan. Hanya tinggal satu minggu waktunya sebelum benar-benar pergi meninggalkan. Sebenarnya bisa saja Agam tetap tinggal, mengingat jika orang tuanya tidak lagi membahas perjodohan. Namun entah lah, untuk sekarang Agam hanya ingin melakukan apa yang ia inginkan. Dia akan memastikan sendiri sampai semuanya benar-benar aman dan berjalan sesuai dengan keinginan. Tak akan ada lagi perjodohan dan tak ada lagi cara-cara konyol lainnya untuk mempertahankan perusahaan. Rapat kali ini berlangsung dengan santai. Entah kenapa ketegangan tak begitu terasa seperti rapat sebelumnya. Biasanya Agam tak suka bercanda, tetapi kali ini terasa berbeda. Tak jarang dia menimpali candaan dari karyawannya. "Seharusnya Pak Agam bisa lebih lama di sini. Kita harus lihat goals kita sama-sama, Pak." "Benar, Pak. Kita bisa rayain keberhasilan kita sama-sama nanti." Agam tersenyum tipis. "Saya sudah cukup senang melihat perkembangan yang ada, tapi bukan berarti saya pu

    Last Updated : 2023-12-02
  • Gadis Bucin Incaran Presdir Dingin   82. Tumbang

    Terik matahari tidak begitu mengganggu. Topi yang terpasang di kepala juga sedikit banyak membantu. Namun tentu saja masih ada yang menggerutu. Masih kesal dengan waktu akhir pekannya yang terganggu. Raut wajah Dika masih kusut. Ia tidak berusaha untuk menutupi kekesalannya. Jika bukan karena permintaan Agam, mungkin dia akan menolak keras untuk hadir ke tempat ini. Sebenarnya Dika juga sudah menolak, tetapi Agam tentu akan tetap memaksa. "Gam, asli gue capek. Balik aja udah." Agam mengabaikan Dika. Dia tampak bersiap mengambil ancang-ancang. Setelah itu dia memukul bola golf-nya hingga jauh. Matanya harus menyipit untuk melihat ke mana arah bolanya pergi. "Sebentar," jawabnya singkat. "Lo udah bikin gue lembur dua minggu ini. Cuma akhir pekan waktu gue bisa santai. Sekarang mau lo ambil juga?" Dika tidak berbohong mengenai rasa lelahnya. Kadang dia heran melihat Agam yang selalu terlihat bugar. Apa yang pria itu minum setiap harinya? "Ada yang ganggu pikiran lo?" Ag

    Last Updated : 2023-12-02
  • Gadis Bucin Incaran Presdir Dingin   83. Demi Cinta

    Begitu menginjakkan kaki di ibu kota, tujuan utama Cia adalah rumah sakit. Berbekal informasi dari Febi yang telah mengonfirmasi keadaan Agam, Cia langsung menuju tujuan utama. Beruntung dia sampai di pagi hari sehingga tak sulit untuk mencari kendaraan umum. Tubuh yang lelah tidak membuat Cia memejamkan mata. Bahkan saat di kereta, matanya terus terjaga. Tak henti dia juga berdoa untuk kesembuhan Agam Mahawira. Ini pertama kalinya dia melihat pria itu tumbang karena kesibukannya. "Sudah sampai, Mbak." Lamunan Cia buyar. Dia melihat ke sekitar dan bernapas lega saat ia sudah berada di depan rumah sakit. Dengan cepat dia membayar ongkos taksi dan keluar. Senyum lemah Cia berikan pada seseorang yang sudah menunggunya. Dia melambaikan tangan dan berlari mendekat. Pelukan hangat langsung menyambutnya. "Cia, gue kangen banget!" gumam Febi memeluknya erat. Bahkan Cia bisa mendengar suara sahabatnya itu bergetar. "Gue juga kangen sama lo, Feb." Cia melepaskan pelukannya. "Kok l

    Last Updated : 2023-12-03

Latest chapter

  • Gadis Bucin Incaran Presdir Dingin   EKSTRA CHAPTER 6 - AKHIR SEMPURNA (TAMAT)

    Cia memasuki dapur dengan senyum lebar. Dia memelankan langkah kakinya agar tidak ada suara yang keluar. Dari belakang, matanya menatap Agam dengan jantung berdebar. Berniat mengejutkan suaminya yang tengah mengolah roti tawar. "Dor!" ucap Cia keras. Bukannya terkejut, Agam malah meliriknya santai. Membuat senyum Cia seketika luntur. Apa lagi saat pria itu kembali fokus pada masakannya. "Kok nggak kaget, sih?" tanya Cia memeluk Agam manja dari belakang. "Aroma parfum kamu sudah sampai duluan." Cia mencium tubuhnya dan mengangguk pelan. Benar juga, pagi ini dia merasa sangat segar sampai tanpa sadar menyemprot banyak parfum di tubuhnya. Cia mengedikkan bahunya dan kembali tersenyum. "Selamat pagi," ucapnya dengan bibir yang maju. Agam kembali menoleh dan menunduk, menyambut ciuman selamat pagi dari istrinya. Kegiatan romantis yang sudah menjadi kebiasaan mereka setelah menikah. "Kak Agam masak apa?" "Sandwich," ucap Agam sambil menyuapkan tomat ceri ke mulut istriny

  • Gadis Bucin Incaran Presdir Dingin   EKSTRA CHAPTER 5 - NGIDAM DADAKAN

    "Ke kiri dikit." "Ke kanan, Kak." "Itu agak miring." "Ih, terlalu ke bawah." "Nah, itu udah pa— aduh, belum. Masih miring." Agam menghela napas pelan. Dia menatap istrinya dengan sabar. Agam tidak mau berucap yang tidak-tidak pada istrinya yang tengah hamil besar. Bisa-bisa keadaan akan langsung berbalik. Wanita itu yang akan kembali mengomel. "Di lihat dulu. Posisi mana yang kamu mau?" "Ke kanan dikit." "Gini?" tanya Agam menggeser posisi pigura yang akan ia pajang. "Nah, pas!" Cia bertepuk tangan senang. Agam pun lega. Dia turun dari tangga dan berdiri di samping istrinya. Ikut menatap empat buah foto yang terpajang di ruang tengah mereka. Foto maternity yang terlihat begitu indah. Jangan pikir jika Cia yang menginginkan pemotretan itu. Justru Agam yang mengusulkannya. Baginya, setiap momen penting memang harus diabadikan. "Ada yang lupa." Cia mengambil sebuah kertas dari saku bajunya. "Kak Agam punya pigura lagi, nggak?" Tanpa menjawab, Agam mengambil pigu

  • Gadis Bucin Incaran Presdir Dingin   EKSTRA CHAPTER 4 - HARI BAHAGIA

    Suara ketukan pintu kamar hotel terdengar. Cia menoleh dengan dahi berkerut. Tangannya bergerak menutup mulutnya rapat. Berusaha menahan suara aneh yang keluar dari sana. Ketukan kembali terdengar. Cia menatap Agam dengan gelengan pelan. Namun sayang, pria itu mengabaikannya. Semakin bergerak cepat di atas tubuhnya. "Kak?" bisik Cia tertahan. Matanya terpejam merasakan sensasi yang menyenangkan. Berhenti memang bukan hal yang diinginkan Agam dan Cia. Mereka hanya tinggal menunggu puncaknya saja. Namun ketukan pintu memberi sensasi yang berbeda. Seketika gerak Agam mulai tergesa. Membuat Cia pasrah di bawah tubuhnya. "Agam? Cia? Kalian masih tidur, Nak?" Cia kembali membuka mata. Dia menggeleng pada suaminya. Tidak menyangka jika ibu mertuanya yang datang. Agam masih mengabaikan ketukan itu. Dia menatap wajah istrinya lekat. Sampai akhirnya dia menggeram dan jatuh di atas tubuh Cia. "Kayaknya kita telat," bisik Cia terengah. Dengan malas, Agam bangun dan menarik Cia a

  • Gadis Bucin Incaran Presdir Dingin   EKSTRA CHAPTER 3 - MAKAN MALAM ISTIMEWA

    Perjalanan Agam dan Cia pulang ke Jakarta berlangsung cukup melelahkan. Selain karena kurang tidur, tenaga yang ada seolah hanya tertinggal sisa-sisa saja. Bahkan mereka hampir terlambat terbang tadi pagi karena kesiangan. Apa lagi jika bukan karena ulah Agam. Pria itu seolah tidak membiarkan Cia bersantai meski sejenak. Dia seperti tak kenal lelah semalam. Membuat Cia hanya bisa pasrah dalam rengkuhan. Dalam bayangan Cia saat ini, tempat tidur adalah hal yang ia damba. Pasti rasanya begitu nikmat merebahkan diri di sana. Tidur di pesawat memang sedikit mengurangi rasa lelahnya, tetapi tetap rasanya tidak senyenyak saat di tempat tidurnya. Beruntung Dika bersedia menjemput mereka di bandara. Ini lebih nyaman dari pada menggunakan taksi. Setidaknya baik Agam dan Cia bisa memejamkan mata sejenak. Membiarkan Dika menjadi supir pribadi mereka untuk kali ini saja. "Febi nggak ikut, Kak?" tanya Cia memeluk lengan Agam dan menyandarkan kepalanya di sana. "Nggak bisa izin, habis ken

  • Gadis Bucin Incaran Presdir Dingin   EKSTRA CHAPTER 2 - KEJUTAN HARI TERAKHIR

    Angin laut yang berhembus bergerak menerbangkan rambut seorang gadis yang tak terikat. Sengaja rambut panjang itu diurai untuk menghalangi sinar matahari yang lumayan menyengat. Namun meski begitu, panasnya matahari tidak membuatnya berlindung dengan cepat. Gadis itu justru menikmati momen bersama suaminya dengan hangat. Saat ini Agam dan Cia sudah berada di Sumba, di salah satu villa cantik yang telah Agam siapkan. Sudah tiga hari mereka di sana, dan hari ini adalah hari terakhir mereka sebelum kembali ke Jakarta besok pagi. Jangan tanya bagaimana bulan madu mereka berjalan. Menyenangkan tentu saja. Namun ada satu hal yang membuat kesenangan mereka tidak sempurna, yaitu keintiman yang ada. Meski begitu, Cia tetap berusaha untuk memberikan yang terbaik pada suaminya. Malu tentu masih terasa. Namun semua itu tertutupi oleh rasa bersalahnya. Tidak ada yang bisa mereka perbuat selain menundanya. "Nanti kirim laporannya ke email. Biar saya cek." Agam mengakhiri panggilannya dan

  • Gadis Bucin Incaran Presdir Dingin   EKSTRA CHAPTER 1 - GAGAL HONEYMOON

    Jantung itu masih berdebar kencang. Menciptakan momen aneh yang begitu tegang. Seharusnya setelah resepsi selesai, perasaannya bisa lebih tenang. Bukannya demikian, aura di sekitar malah terasa semakin menantang. Di lorong hotel, hanya terdengar suara langkah kaki. Suara nyaring itu keluar dari sepatu Cia yang berhak 10 senti. Di belakangnya, Agam terlihat mengikuti. Mengawasi langkahnya yang terlihat tertatih. Akibat lelah karena acara resepsi. Tidak ada lagi pihak wedding organizer yang menemani. Acara sudah benar-benar selesai. Setelah berganti pakaian, baik Cia dan Agam kembali ke kamar mereka hampir dini hari. Tubuh lelah tentu mendominasi. Namun percayalah, hati Cia tidak memikirkan hal itu saat ini. Ada hal yang lebih menegangkan akan terjadi dan itu adalah pertama kalinya ia alami. Malam pertama. Ah, jantung Cia benar-benar berdebar. Dia bertanya-tanya, apa Agam merasakan hal yang sama? "Yang lain di kamar mana, Kak?" tanya Cia menunggu Agam membuka pintu kamar mer

  • Gadis Bucin Incaran Presdir Dingin   89. Bahagia Bersama (Selesai)

    Selama dua bulan Cia dan Agam disibukan dengan persiapan pernikahan. Selama dua bulan juga Cia dan Agam sering berdebat karena perbedaan pendapat. Selama dua bulan pula banyak huru-hara yang terjadi di antara mereka. Namun dalam dua bulan juga, mereka dibuat sangat mantap dengan keputusan yang mereka ambil. Yaitu, pernikahan. Tidak ada yang menduga jika momen istimewa ini akan terjadi. Tidak ada yang menduga juga jika mereka berdua bisa melalui semua rintangan yang ada. Dan tidak ada yang menduga pula jika keduanya akan bersatu di pelaminan. "Sah!" Cia memejamkan mata erat begitu suara saksi terdengar sangat lantang. Rasa haru mulai ia rasakan. Namun sebisa mungkin Cia tidak ingin menangis. Riasan wajahnya sudah sangat cantik dan Cia tidak mau merusaknya. "Cium-cium!" Suara siapa lagi jika bukan si bungsu Febi. Membuat Cia menoleh pada pria di sampingnya. Rasa panas mulai menjalar ke wajahnya. Demi apapun, dia malu jika harus menatap mata Agam secara langsung. Menatap ma

  • Gadis Bucin Incaran Presdir Dingin   88. Buah Kesabaran

    Suara pintu yang terbuka dan tertutup secara perlahan membuat Cia membuka mata. Dia sudah bangun sejak subuh, hanya saja dia kembali berbaring sebelum matahari benar-benar muncul. Di dalam kegelapan, Cia bisa melihat siluet seorang gadis yang tengah berjalan mengendap. Febi, sahabatnya itu sudah bangun. Cia melirik Agam yang masih tertidur. Dengan hati-hati dia bangun dan mengikuti ke mana Febi pergi. Dia melihat gadis itu membuka pintu apartemen, bersiap untuk pergi. "Mau ke mana?" tanya Cia berbisik. Febi terlihat terkejut. Tubuhnya menegang dan ia berbalik dengan hati-hati. Dia menghela napas kasar saat hanya melihat Cia. "Gue mau pulang." Cia melipat kedua tangannya di dada. Tidak percaya dengan ucapan Febi. Karena sahabatnya itu berbicara tanpa menatap matanya. "Gue mau liat Kak Dika. Please, jangan kasih tau Kak Agam." Akhirnya Febi mengaku. Cia menghela napas kasar. "Kak Agam bisa marah kalau tau." "Tolong, Ci. Gue kepikiran Kak Dika. Wajahnya babak belur se

  • Gadis Bucin Incaran Presdir Dingin   87. Rencana Pernikahan

    Berita tentang hubungan Agam dan Cia kembali menjadi perbincangan. Kali ini bukan lagi rumor belaka, melainkan benar adanya. Foto yang diunggah oleh Febi Mahadita adalah sumbernya. Potret lamaran yang sangat mengejutkan karena dilakukan secara tiba-tiba. Namun percayalah, tidak ada kabar buruk di balik semuanya. Baik Agam dan Cia hanya ingin cepat bersama. Cia sendiri juga tidak lagi peduli dengan rumor yang beredar tentangnya. Toh, dia juga sudah tidak bekerja untuk Agam. Yang terpenting, rumor itu juga tidak benar. Diterpa berbagai masalah membuat Cia sadar. Jika terus mendengarkan perkataan orang lain, hidup tidak akan bisa tenang. Seperti kata Agam, kita tidak bisa mengontrol pikiran orang lain. Karena itu, Cia sebisa mungkin tidak memedulikan kabar buruk tentang dirinya. Yang terpenting adalah orang-orang terdekat tahu apa yang sebenarnya terjadi. Tiga hari setelah acara lamaran, Cia kembali ke Jakarta. Mulai sekarang dia akan disibukkan dengan rencana pernikahan. Ternyat

DMCA.com Protection Status