"Tapi, dia siapa sih? Kok bisa aku punya salah dan menyiksanya. Kenal saja tidak." Wulan kembali penasaran. Lalu memilih memejamkan matanya.Saka disana tersenyum sendiri. Menatap foto Wulan di galerinya. Saka banyak menyimpan foto Wulan. Ada yang diambil secara sengaja. Ada juga yang diambil secara diam-diam."Manis sekali istriku. Aku benar-benar mencintaimu, Wulan. Kamu tahu tidak, kalau Jiwa ragaku ini, lahir batinku ini, ku persembahkan hanya untuk dirimu. Untukmu saja. Hanya untukmu. Selama nya." bisik Saka mengusap foto Wulan.Saka menghela nafas.Seperti apapun Wulan, bagi Garra ,tetaplah hal paling berharga. Tanpa kehadiran Wulan di hidupnya, mana mungkin Saka bisa berdiri gagah lagi? Jika Wulan tidak pernah hadir, tidak mungkin saat ini dia bisa duduk kembali di kursi kebesarannya ini."Aku mencintaimu. Aku ingin kita bersama selamanya. Dan malam ini, usahaku tidak boleh gagal lagi. Aku akan membuat diri kita menyatu. Lahir dan batin kita. Akan ku buat sebuah ikatan dan rant
Saka tersenyum. "Apa kamu belum mendengar jika aku sudah menikah?""Ya. Aku dengar itu. Tapi itu hanya perjodohan bukan? Kesepakatan yang dibuat paman Abraham. Hanya untuk syarat agar seluruh harta Ayahmu teratas namakan namamu. Kamu tidak mungkin menyukai wanita pilihan paman Abraham itu kan, Saka?" tanya Citra, penuh khawatir."Siapa bilang dia pilihan Abraham. Wanita itu adalah pilihanku sendiri. Pilihan kakekku. Aku bukan hanya menyukainya, tapi mencintainya." Sergah Saka."Tapi Saka. Bukankah kamu dulu menyukaiku? Dan berjanji akan mencintaiku seorang.” Citra kini menangis."Kamu salah dengar mungkin. Atau kamu sengaja menyalah-nyalahkan pendengaranmu. Aku hanya sebatas menyukaimu. Memang, dulu aku suka padamu. Dan berniat untuk belajar mencintaimu. Tapi sebelum aku berhasil, kakek sudah menolakmu. Aku bisa apa, Citra? Untuk memperjuangkanmu , untuk apa? Cinta aku belum. Restu, memang tidak dapat. Lalu kamu pergi begitu saja saat aku sedang dalam kesulitan. Ya sudah, semua jadi
"Bu Asri masih mengenaliku?""Tentu saja Nona. Apa anda ingin bertemu dengan Tuan Muda? Tuan muda tidak ada di rumah. Masih berada di perusahaan. Sore baru kembali." ucap Bu Asri mempersilahkan Citra untuk masuk.Bu Asri mengenal baik tentang wanita ini. Citra dulu sering sekali datang ke rumah ini, meskipun tidak ada Saka sekalipun. Citra sengaja datang untuk menemui Kakek dan Nenek Saka. Mereka sebenarnya akrab. Citra dan Nenek Sulis. Walau sejatinya Nenek dan Kakek Garra tidak pernah menyukai Citra karena sifat manja dan mewahnya Citra. Belum lagi orang tua Citra, terkenal sebagai manusia yang suka memilih dalam berteman dan bergaul. Harus yang sederajat dengan mereka.Kakek Abian tahu betul itu. Dulu sebelum Bastian ayah Saka sukses, ayah Citra tidak bersedia untuk berbaik-baik dengan Bastian. Tapi setelah Bastian menjadi orang kaya, ayah Citra mendekati Bastian. Bahkan bermaksud ingin mendekatkan Saka dengan putrinya.Kakek Abian tahu itu, makanya sebaik-baiknya Citra, kakek Abi
Yuri terbelalak setelah Nenek Sulis mengatakan itu. Nenek Sulis ternyata meminta bantuannya untuk menyelamatkan rumah tangga Wulan dari pelakor.Tentu saja Yuri langsung antusias, dan bertanya.Lalu Nenek Sulis pun menjelaskan secara gamblang tentang Citra dan kekhawatirannya yang khawatir jika Citra akan mendekati Saka lalu berniat menyingkirkan Wulan. Nenek Sulis juga mengatakan jika khawatir untuk mengenalkan Wulan pada Citra. Karena bagaimanapun juga Wulan tidak pintar, takut nanti malah di hina oleh Citra. Dan Nenek Sulis meminta bantuan Yuri selaku orang terdekat Wulan yang pastinya akan tahu apa yang harus ia lakukan untuk saudaranya.Yuri manggut-manggut sambil terlihat sedang berpikir keras. Kemudian dia tersenyum lebar."Nyonya tenang saja. Serahkan pada saya saja. Saya akan mengatasi hal ini dengan baik.""Benar, kamu bisa ku andalkan?""Tentu Nyonya. Anda tidak harus khawatir dengan masalah ini. Saya juga tidak mau rumah tangga saudara saya ada gangguan. Saya juga tidak ak
Lalu terbayang semua yang digambarkan Yuri. Membayangkan perempuan lain di manja Saka , dicium dan...."Aaaa..... Tidak bisa ! Ini Tidak bisa dibiarkan. Aku harus berjuang untuk bang Saka-ku. Bang Saka tu milikku. Hanya milikku. Tidak.. Tidak boleh ada yang merebutnya dariku! Aku yang susah payah merawatnya dulu, memandikannya, menyuapinya sampai dia sehat seperti sekarang... Enak saja wanita itu datang sesuka hatinya setelah meninggal kan Bang Saka saat susah." Teriak Wulan, membuat Yuri terkejut.“Wulan! Kau mengagetkanku saja.""Maaf Yuri. Tapi entah kenapa aku jadi kesal dengan wanita yang bernama Citra itu.""Jadi bagaimana? Kamu akan menemuinya?""Iya. Kita memang harus menemuinya." jawab Wulan dengan Mantap.Lalu menoleh pada cermin. "Bagaimana penampilanku Yuri, apa ini sudah sempurna?""Tentu saja. Kamu terlihat sangat cantik dan anggun. Wanita itu pasti akan langsung minder melihatmu.""Baguslah. Kalau begitu ayo kita turun.""Let's Go, Wulan!" jawab Yuri , menggandeng tanga
"Kalau kamu tidak keberatan, Nyonya. Aku akan menunggunya. Aku juga ingin bertemu dengannya. Walau hanya sebentar saja." jawab Citra, sekenanya. Dia pikir, tidak mungkin Saka akan pulang. Sebab ini belum waktunya. Dia akan menggunakan waktu itu untuk mencari cela dan kelemahan Wulan. Pasti ada.Lalu terdengar Wulan berdehem dan menoleh pada kakek dan neneknya."Kakek, Nenek.. Sebaiknya kalian istirahat saja. Bukankah kalian sudah bertemu dan mengobrol dengan Nona ini? Biar Wulan yang menemani tamu kita ini. Sebentar lagi Tuan Muda Saka juga akan segera pulang." ucap Wulan.Citra sedikit terkejut mendengar ucapan Wulan. 'Benarkah Saka sudah mau pulang? Bukankah ini belum jamnya. Atau perempuan ini hanya membual untuk menakutiku saja. Ah, tidak tidak. Kalau Saka sungguh datang. Itu adalah kesempatan buatku. Aku akan menggoda Saka di depan istrinya. Mau tau bagaimana reaksinya. Pasti akan ada perang dunia ketiga. Yes...' batin Citra, segera menyusun rencana.Citra tahu betul Saka itu ora
"Saka, jangan pergi. Tolong aku..!!" teriak Citra mengiba di bawah kukungan tangan Wulan."Enak saja minta tolong. Aku saja takut pada istriku. Salahmu sendiri. Aku sudah peringatkan kamu kalau istriku itu galak. Kamu si, nekat. Kamu pasti akan habis di bejeknya. Nikmati saja!" jawab Saka kemudian melangkah pergi menuju kamarnya.Tidak mau ikut campur. Itu urusan perempuan saja. Tidak mau jadi sasaran amarah Wulan. Cari aman saja. Sambil terus berpikir perubahan pada Wulan hari ini.Saka makin tersenyum dalam, dia begitu mengagumi Wulan."Ah.. makin cinta."_______________Citra masih di bawah kekuasaan tangan Wulan, yang saat ini sedang mencengkeram kembali rambut pirangnya. Wajah Citra semakin pias.Citra tidak pernah menyangka, tidak pernah menduga. Tanpa mengira bahwa wanita bernama Wulan, istri dari mantan calon pacarnya dulu, bisa searogan dan sekuat ini.Wulan kembali melanjutkan aksinya. Bukan hanya tangannya yang kasar, umpatan dan sumpah serapah pun tak luput keluar dari mu
"Wulan... Dia... Dia...""Jawab saja!""Ya, dia memang menemuiku di kantor. Tapi aku...""Apa yang sudah kalian lakukan di sana?" Wulan histeris, menangis dan memukuli dada Saka."Aku benci padamu, Saka. Aku benci!!!" teriak Wulan."Wulan... Wulan. Dengar aku. Tidak ada yang terjadi di antara kami. Tidak ada sentuhan fisik sama sekali. Sungguh! Percayalah," ucap Saka berusaha menenangkan."Kamu bohong! Kamu pasti berbohong!""Wulan... Aku berani bersumpah! Aku mengusirnya. Aku juga tidak menyangka kalau Citra nekat kemari untuk menemui kamu. Dan tadi... Aku kecolongan saat dia menarik tanganku. Percayalah, Wulan. Jangan membuatku sedih. Kumohon, percayalah."Saka berusaha mendekap Wulan yang terus meronta."Kamu tidak tahu, ya? Aku ini juga wanita. Aku istrimu. Aku bisa cemburu memikirkanmu dengan wanita lain, Saka! Hatiku sakit. Aku cemburu!"Plup...!!!Tak ada pilihan lain untuk menenangkan Wulan. Saka membungkam mulutnya dengan ciuman. Sesaat menyesap dalam, lalu menatap wajah Wula
"Kamu kenapa?" Sekretaris Ang mendekat."Ah, tidak apa-apa. Kalau begitu kita harus berkemas. Mumpung masih sore."Sekretaris Ang mengangguk.Yuri menarik kopernya."Tidak perlu membawa baju," ucap Sekretaris Ang."Hah! Gantiku bagaimana?" tanya Yuri heran."Sudah ada di sana.""Di sana? Maksudnya di sana di mana? Di rumah Tuan Muda Saka? Aku sudah membawa hampir semua ke sini, Kak.""Apa kamu kira, kita akan pulang ke rumah Tuan Muda?" Sekretaris Ang kini sudah tak berjarak."Lalu? Ke mana? Apa Kak Ang akan membawaku pulang ke rumah Kak Ang? Memang Kak Ang punya rumah?" tanya Yuri. Dia berpikir jika selama ini Sekretaris Ang tidak punya tempat tinggal selain Rumah Tuan Muda Saka. Karena selama ini Yuri tidak pernah melihat Sekretaris Ang pulang ke mana pun selain ke rumah itu.Mau pagi atau malam setelah pulang dari kantor, Sekretaris Ang selalu ada di rumah itu.Sekretaris Ang tergelak mendengar pertanyaan istri kecilnya itu. Mengangkat dagu Yuri dengan telunjuknya."Apa menurutmu,
Kini saatnya Ang dan Yuri menghampiri Saka dan Wulan.Saka dengan antusias menyambut tangan Sekretaris Ang dan memeluk sekretarisnya itu untuk pertama kalinya selama hidupnya."Selamat, Ang! Akhirnya kamu melepas masa lajangmu juga.""Terima kasih, Tuan Muda. Semua ini berkat dukungan Anda juga.""Haha. Kamu harus ingat satu hal, Ang. Meskipun kamu lebih tua dariku, tapi detik ini kamu adalah adik iparku! Jadi kamu harus menghormatiku lebih dari sebelumnya!""Tentu, Tuan Muda. Saya akan mengingatnya selalu." Keduanya pun tertawa setelah melepaskan pelukan.Wulan pun berganti memeluk Yuri."Selamat atas pernikahanmu, Adikku! Bahagia selalu ya?""Kak Wulan!" Yuri memeluk erat Wulan, dan untuk pertama kalinya ia memanggil "kakak" pada Wulan, begitu terdengar hangat di telinga Wulan."Terima kasih, Kak Wulan. Kamu kakak terbaikku!"Keduanya tersenyum bahagia.Kemudian Yuri tak melupakan Jihan."Kamu sudah menjadi seorang istri. Jadi artinya kamu bukan bocil lagi. Kamu tidak boleh merengek
Hanya mereka saja yang berangkat. Tanpa iring-iringan. Tanpa Kakek Brahmana dan Nenek Sulis. Mengingat keadaan Kakeknya yang sudah mulai ringkih dan cepat lelah, Saka sengaja tidak mengizinkan mereka untuk ikut mendampingi Sekretaris Ang. Dan pada akhirnya, Kakek Brahmana dan Nenek Sulis pun setuju saja, menunggu Sekretaris Ang pulang ke rumah dengan membawa istrinya nanti.Mobil pun melaju dengan kecepatan sedang, tidak kencang dan tidak juga lamban. Nampak sekali jika Pak Abu, sang sopir, kali ini mengemudi dengan hati-hati, mengingat jika sedang membawa calon pengantin, dan mobil yang di belakang pun sama.Hingga sampailah mereka di depan rumah keluarga Harmoko.Semua kemudian turun setelah mobil berhenti.Gani Harmoko rupanya sudah siap menyambut mereka sendiri dengan beberapa pria berjas di belakangnya.Lalu mereka saling menunduk untuk saling memberi hormat tanpa berjabat tangan."Tuan Muda, Tuan Sekretaris. Selamat datang!" sapa Gani Harmoko.Mereka membalas sapaan Gani Harmoko
Pagi buta di kediaman keluarga Mahendra terlihat sedikit riuh oleh para pelayan.Mereka tahu, jika pagi ini adalah hari pernikahan Sekretaris Ang dengan Yuri yang akhir-akhir ini sudah mereka ketahui jika Yuri adalah adik Nyonya muda mereka.Mereka bukan sedang berkemas untuk ikut menghadiri acara pernikahan Sekretaris Ang yang akan dilangsungkan di kediaman Gani Harmoko, mereka tidak diperbolehkan ikut selain Bu Asri saja yang diperbolehkan, itu pun untuk mendampingi Wulan. Tapi para pelayan baik pria dan wanita ikut deg deg ser hatinya, entah apa yang sedang mereka rasakan dan lakukan. Yang jelas semua terlihat tidak sabar menunggu turunnya sekretaris Ang dari tangga.Mereka sebenarnya hanya sekedar ingin memberi selamat dan ucapan hati hati untuk calon pengantin , seorang atasan mereka yang mereka kagumi itu. Sang Sekretaris Utama hari ini akan melepas masa lajangnya.Di dalam kamar Sekretaris Ang, pria itu masih berdiri di depan cermin, membetulkan kemeja putih yang sudah ia pakai
"Ini bukan soal keberuntungan, melainkan mungkin sudah takdir. Bukan kah, kalau jodoh tak kan kemana? Mungkin Putri Putri kami memang sudah berjodoh dengan mereka ,Dua pria hebat itu." jawab Tiara.Begitulah, Bahagia dan bangga perasaan Tiara dan juga Gani Harmoko.Saat ini, semua orang mengagumi mereka. Dan makin menghormati mereka. Dua pria hebat sekaligus , menjadi menantu mereka. Siapa yang tidak bangga? Siapa yang tidak kagum? Hampir semua para pengusaha ternama memimpikan memiliki hubungan serius dengan keluarga Brahmana. Yang memiliki seorang putri sangat bermimpi bisa dilirik oleh dua pria hebat itu. Tapi ternyata nasib baik malah berpihak pada keluarga Harmoko.Mereka bukan tidak tahu awal kisah pernikahan Putri pertama keluarga Harmoko dengan Tuan muda dari keluarga Brahmana itu. Semua juga sudah tahu, tapi lagi-lagi saat ini tidak ada yang berani mengungkitnya. Apalagi ketika Saka pernah mengumumkan beberapa kali tentang pernikahannya dengan Wulan di depan beberapa Pengusah
"Ibu sudah menyesal, bahkan sebelum Wulan dan kamu menjemput kami di kontrakan kumuh itu, Ibu sudah bertobat. Dan mungkin Tuhan membalas tobat ibu dengan kebahagiaan yang berlipat lipat ganda. Bayangkan saja Yuri, kehidupan kami jauh lebih baik. Perusahaan Ayahmu semakin baik, nama kami juga kini semakin terhormat. Terlebih setelah banyak yang tau jika kami ini ternyata Mertua dari Tuan muda Saka. Apalagi nanti, di tambah akan menjadi Mertua Sekretaris utama Brahmana group. Sungguh suatu anugerah besar yang kami terima.""Ibu benar. Ibu harus banyak bersyukur ya?""Tentu saja. Kamu tau tidak. Kemarin Ibu dan Jihan bagi bagi sedekah ke seluruh penghuni komplek dan kontrakan bekas kami mengontrak dulu. Uang dari Tuan muda dan calon suamimu sudah habis separuhnya untuk kami sedekahkan. Ibu ingin berbagi kebahagiaan dengan mereka. Ibu pernah merasa sulit sesulit sulit nya ketika berada di sana, makanya ibu ingin sedikit mengurangi kesulitan mereka juga." Tiara bercerita pada Yuri."Syukur
Sekretaris Ang mengangguk, merasa menghangat hatinya. Jika dulu ia sempat berpikir jika keluarga Harmoko adalah keluarga yang tidak baik, dan diakui sekretaris Ang jika ia sempat membenci keluarga ini. Namun setelah Yuri membawanya masuk ke keluarga ini, ternyata berbeda dengan dugaannya.Sebenarnya keluarga ini bisa menjadi keluarga yang hangat. Mungkin begitu lah manusia, saat melakukan kesalahan dan mau menyadarinya, maka kebaikan kebaikan akan menyapanya dan semakin meningkat untuk menyertainya."Baiklah, Tuan Gani. Saya juga minta maaf, jika tidak bisa mengadakan pesta besar untuk pernikahan Putri kalian. Tapi saya berjanji, jika waktu sudah mengijinkan nanti, maka kita akan mengadakan pesta yang meriah." ucap sekretaris Ang."Bukankah kemarin kita sudah sepakat? Jadi jangan dijadikan beban. Yang penting kalian Sah dulu. Dan yang terpenting adalah, harus bahagia." sahut Gani Harmoko.Sekretaris Ang mengangguk, lalu menoleh pada Yuri."Kau tidak apa-apa kan, Sayang..?" sekretaris
Sementara sekretaris Ang tersenyum puas sudah membuat Si Sam itu patah harapan. Ia merasa menang , lalu Segera mengajak Yuri kembali ke mobil setelah mereka menyelesaikan makan nya.Sekretaris Ang melajukan kembali mobilnya. Kali ini Yuri merasa bingung ketika sekretaris Ang berhenti di depan sebuah Rumah yang ternyata kediaman orang tua nya.Lalu Yuri menoleh pada sekretaris Ang saat mereka sudah berada di depan pintu."Kakak??""Aku sengaja mengantarmu pulang ke rumah orang tuamu sebelum mereka menjemput mu.""Kakak? Apa maksudnya??" Entah kenapa, mendengar ucapan Sekretaris Ang Yuri begitu terkejut. Pikiran nya sudah berburuk sangka saja."Kamu harus tinggal bersama mereka." sahut sekretaris Ang."Kakak??" wajah Yuri seketika pucat."Kita tidak akan bertemu untuk beberapa hari kedepan. Kau bisa menungguku kan? Sampai di hari pernikahan kita? Kita akan menikah di rumah orang tuamu ini."Mendadak Yuri menubruk sekretaris Ang. Memeluknya dengan erat."Kau menakutiku Kak?? Ku pikir kau
"Kak Samuel! " Yuri menutup mulutnya sambil menoleh ke arah sekretaris Ang yang sedang berbicara pada seorang pelayan."Yuri, kenapa kaget sekali? Apa kau bersama Tuan sekretaris dingin itu di sini?" tanya Samuel, sambil celingukan."Tentu saja kak Sam, dia kan calon suamiku. Jelas saja dimanapun ada aku pasti ada dia juga. Cepat pergi dari sini kak Sam . Jika tidak , kau tidak akan selamat kali ini." sahut Yuri mendorong tubuh Samuel agar cepat cepat pergi dari sana.Samuel yang tadinya mengira jika Yuri datang sendiri tidak bersama Sekretaris Ang pun segera mengangguk."Eh iya. Aku pergi ya?" Samuel takut juga rupanya.Tapi baru saja Samuel memutar tubuhnya, sebuah tangan kekar menangkap bahunya.Samuel menoleh, "Tuan Sekretaris! Maafkan saya. Saya, saya tidak sengaja bertemu dengan Yuri di sini. Sungguh, saya tidak bermaksud mengganggu nya." dengan wajah pias ketika melihat wajah penuh wibawa itu sudah menatapnya. Begitu juga dengan Yuri yang sama piasnya.Siapa sangka sekretaris A