"Bu Asri masih mengenaliku?""Tentu saja Nona. Apa anda ingin bertemu dengan Tuan Muda? Tuan muda tidak ada di rumah. Masih berada di perusahaan. Sore baru kembali." ucap Bu Asri mempersilahkan Citra untuk masuk.Bu Asri mengenal baik tentang wanita ini. Citra dulu sering sekali datang ke rumah ini, meskipun tidak ada Saka sekalipun. Citra sengaja datang untuk menemui Kakek dan Nenek Saka. Mereka sebenarnya akrab. Citra dan Nenek Sulis. Walau sejatinya Nenek dan Kakek Garra tidak pernah menyukai Citra karena sifat manja dan mewahnya Citra. Belum lagi orang tua Citra, terkenal sebagai manusia yang suka memilih dalam berteman dan bergaul. Harus yang sederajat dengan mereka.Kakek Abian tahu betul itu. Dulu sebelum Bastian ayah Saka sukses, ayah Citra tidak bersedia untuk berbaik-baik dengan Bastian. Tapi setelah Bastian menjadi orang kaya, ayah Citra mendekati Bastian. Bahkan bermaksud ingin mendekatkan Saka dengan putrinya.Kakek Abian tahu itu, makanya sebaik-baiknya Citra, kakek Abi
Yuri terbelalak setelah Nenek Sulis mengatakan itu. Nenek Sulis ternyata meminta bantuannya untuk menyelamatkan rumah tangga Wulan dari pelakor.Tentu saja Yuri langsung antusias, dan bertanya.Lalu Nenek Sulis pun menjelaskan secara gamblang tentang Citra dan kekhawatirannya yang khawatir jika Citra akan mendekati Saka lalu berniat menyingkirkan Wulan. Nenek Sulis juga mengatakan jika khawatir untuk mengenalkan Wulan pada Citra. Karena bagaimanapun juga Wulan tidak pintar, takut nanti malah di hina oleh Citra. Dan Nenek Sulis meminta bantuan Yuri selaku orang terdekat Wulan yang pastinya akan tahu apa yang harus ia lakukan untuk saudaranya.Yuri manggut-manggut sambil terlihat sedang berpikir keras. Kemudian dia tersenyum lebar."Nyonya tenang saja. Serahkan pada saya saja. Saya akan mengatasi hal ini dengan baik.""Benar, kamu bisa ku andalkan?""Tentu Nyonya. Anda tidak harus khawatir dengan masalah ini. Saya juga tidak mau rumah tangga saudara saya ada gangguan. Saya juga tidak ak
Lalu terbayang semua yang digambarkan Yuri. Membayangkan perempuan lain di manja Saka , dicium dan...."Aaaa..... Tidak bisa ! Ini Tidak bisa dibiarkan. Aku harus berjuang untuk bang Saka-ku. Bang Saka tu milikku. Hanya milikku. Tidak.. Tidak boleh ada yang merebutnya dariku! Aku yang susah payah merawatnya dulu, memandikannya, menyuapinya sampai dia sehat seperti sekarang... Enak saja wanita itu datang sesuka hatinya setelah meninggal kan Bang Saka saat susah." Teriak Wulan, membuat Yuri terkejut.“Wulan! Kau mengagetkanku saja.""Maaf Yuri. Tapi entah kenapa aku jadi kesal dengan wanita yang bernama Citra itu.""Jadi bagaimana? Kamu akan menemuinya?""Iya. Kita memang harus menemuinya." jawab Wulan dengan Mantap.Lalu menoleh pada cermin. "Bagaimana penampilanku Yuri, apa ini sudah sempurna?""Tentu saja. Kamu terlihat sangat cantik dan anggun. Wanita itu pasti akan langsung minder melihatmu.""Baguslah. Kalau begitu ayo kita turun.""Let's Go, Wulan!" jawab Yuri , menggandeng tanga
"Kalau kamu tidak keberatan, Nyonya. Aku akan menunggunya. Aku juga ingin bertemu dengannya. Walau hanya sebentar saja." jawab Citra, sekenanya. Dia pikir, tidak mungkin Saka akan pulang. Sebab ini belum waktunya. Dia akan menggunakan waktu itu untuk mencari cela dan kelemahan Wulan. Pasti ada.Lalu terdengar Wulan berdehem dan menoleh pada kakek dan neneknya."Kakek, Nenek.. Sebaiknya kalian istirahat saja. Bukankah kalian sudah bertemu dan mengobrol dengan Nona ini? Biar Wulan yang menemani tamu kita ini. Sebentar lagi Tuan Muda Saka juga akan segera pulang." ucap Wulan.Citra sedikit terkejut mendengar ucapan Wulan. 'Benarkah Saka sudah mau pulang? Bukankah ini belum jamnya. Atau perempuan ini hanya membual untuk menakutiku saja. Ah, tidak tidak. Kalau Saka sungguh datang. Itu adalah kesempatan buatku. Aku akan menggoda Saka di depan istrinya. Mau tau bagaimana reaksinya. Pasti akan ada perang dunia ketiga. Yes...' batin Citra, segera menyusun rencana.Citra tahu betul Saka itu ora
"Saka, jangan pergi. Tolong aku..!!" teriak Citra mengiba di bawah kukungan tangan Wulan."Enak saja minta tolong. Aku saja takut pada istriku. Salahmu sendiri. Aku sudah peringatkan kamu kalau istriku itu galak. Kamu si, nekat. Kamu pasti akan habis di bejeknya. Nikmati saja!" jawab Saka kemudian melangkah pergi menuju kamarnya.Tidak mau ikut campur. Itu urusan perempuan saja. Tidak mau jadi sasaran amarah Wulan. Cari aman saja. Sambil terus berpikir perubahan pada Wulan hari ini.Saka makin tersenyum dalam, dia begitu mengagumi Wulan."Ah.. makin cinta."_______________Citra masih di bawah kekuasaan tangan Wulan, yang saat ini sedang mencengkeram kembali rambut pirangnya. Wajah Citra semakin pias.Citra tidak pernah menyangka, tidak pernah menduga. Tanpa mengira bahwa wanita bernama Wulan, istri dari mantan calon pacarnya dulu, bisa searogan dan sekuat ini.Wulan kembali melanjutkan aksinya. Bukan hanya tangannya yang kasar, umpatan dan sumpah serapah pun tak luput keluar dari mu
"Wulan... Dia... Dia...""Jawab saja!""Ya, dia memang menemuiku di kantor. Tapi aku...""Apa yang sudah kalian lakukan di sana?" Wulan histeris, menangis dan memukuli dada Saka."Aku benci padamu, Saka. Aku benci!!!" teriak Wulan."Wulan... Wulan. Dengar aku. Tidak ada yang terjadi di antara kami. Tidak ada sentuhan fisik sama sekali. Sungguh! Percayalah," ucap Saka berusaha menenangkan."Kamu bohong! Kamu pasti berbohong!""Wulan... Aku berani bersumpah! Aku mengusirnya. Aku juga tidak menyangka kalau Citra nekat kemari untuk menemui kamu. Dan tadi... Aku kecolongan saat dia menarik tanganku. Percayalah, Wulan. Jangan membuatku sedih. Kumohon, percayalah."Saka berusaha mendekap Wulan yang terus meronta."Kamu tidak tahu, ya? Aku ini juga wanita. Aku istrimu. Aku bisa cemburu memikirkanmu dengan wanita lain, Saka! Hatiku sakit. Aku cemburu!"Plup...!!!Tak ada pilihan lain untuk menenangkan Wulan. Saka membungkam mulutnya dengan ciuman. Sesaat menyesap dalam, lalu menatap wajah Wula
"Kamu ya!!! Mengerjai Wulan...!!! Jahat.. Jahat..!!"Tak kuat menahan tawa, Saka terbahak-bahak sambil menahan pukulan demi pukulan Wulan dengan tangannya."Wulan... berhenti. Nanti kamu bisa mengenai Juniorku dan bisa menyakitinya."Mendengar itu Wulan langsung berhenti. Menatap Saka kemudian menatap tubuh bagian bawah suaminya. Terlihat oleh Wulan sesuatu yang menonjol di dalam sana."Jadi..! Junior itu..! Si anu???""Itu kau paham." jawab Saka kembali terbahak.Wulan bengong, diam seribu bahasa. Malu juga iya. Merasa menjadi orang terbodoh di dunia. Bisa-bisanya tidak mengerti. Sudah penasaran setengah mati, eh ternyata jika Sang Junior yang dimaksud Saka selama ini adalah si Anu. Si anu yang memang dulu pernah bahkan selalu ia sentuh ketika Saka belum bisa menyentuhnya sendiri.Si anu yang setiap hari Wulan mandikan.Melihat wajah diam istrinya, Saka seperti merasa bersalah. Berhenti dari tertawanya dan kemudian meraih tangan Wulan."Maafkan aku. Sebenarnya waktu itu aku tidak ber
Sekretaris Ang menatap Saka."Apa karena Nyonya muda berani melawan Nona Citra? Saya juga sempat kaget dan tak percaya," sahut Ang."Kamu melihatnya tadi? Apa yang Wulan lakukan pada Citra setelah aku pergi ke kamar Ang? Ayo ceritakan. Aku tidak bisa melihat kelanjutannya tadi.""Nyonya muda memaki habis Nona Citra, lalu mengancamnya. Nona Citra begitu ketakutan dan kurasa dia akan jera sejera-jeranya untuk mendekati Tuan Muda.""Baguslah. Tapi dari mana istriku bisa mendapatkan keberanian dan kepintaran drastis seperti itu, ya?" tanya Saka, terlihat berpikir."Yuri. Sepertinya dialah yang mendorong Nyonya muda. Saya yakin, Yuri adalah orang yang bisa membuat perubahan pada Nyonya muda. Karena tadi saya sempat mendengar Nyonya muda mengucapkan terima kasih pada saudaranya itu."Saka mengangguk setuju. Jika dipikir, omongan Ang ada benarnya. Kehadiran Yuri memang banyak membawa perubahan pada Wulan."Kalau begitu, perlakukan dia dengan baik.""Baik, Tuan Muda.""Tapi sebenarnya yang me
" Ayah..! Maafkan aku, jika aku akan menikahi gadis kecil. Aku tidak bisa menjaga pesan Ayah untuk tidak mengikuti jejak Ayah. Aku tidak bisa lagi menahan perasaanku. Aku terlanjur jatuh cinta padanya Ayah."" Aku kemari ingin meminta restu pada kalian. Minggu ini aku akan menikahinya.Tapi Ayah dan ibu jangan khawatir. Aku akan menjaga menantu kalian dengan nyawaku. Dengan badanku, percaya lah Ayah, kisah kalian tidak akan terulang pada kami. Ayah harus percaya itu. Tenanglah kalian di sana. Aku akan sering sering kemari bersama menantu kalian nantinya." ucap Sekretaris Ang, menoleh pada Yuri yang masih menatapnya.Tak ada suara dari mulut Yuri. Seperti nya hati gadis kecil itu ikut merasakan kepedihan hati kekasih nya, meskipun pria itu tak menunjukkan sedikitpun rasa sedihnya."Yuri, ucapkan sesuatu pada kedua calon mertuamu.""Ah, iya kakak." Yuri tergagap lalu menoleh kepada dua batu nisan itu secara bergantian.Ia sempat membaca nama yang terukir di sana.'Anggita dan Sebastian!'
"Sekali kali manja pada istri sendiri tidak apa apa kek. Kenapa di permasalahkan? Kakek ini, Aku sedang menderita begini masih saja dimarahi terus!""Lagian , tangan masih berfungsi juga. Jangan jadikan alasan ngidammu buat bermanja manja pada istrimu. Kasian dia, dia bukan pelayanmu. Dan kamu harus ingat, dulu Wulan sudah puas mengurusmu , memandikanmu dan menyuapmu sebelum tanganmu bisa berfungsi." ucap Kakek Abian semakin sewot."Hehe, Iya kek. Maaf maaf. Wulan, maafkan bang Saka. Bang Saka akan makan sendiri saja." Saka malu, segera mengambil alih mangkok di tangan Wulan .Tapi Wulan buru-buru mencegahnya."Tidak apa Bang Saka, Wulan senang kok menyuapi bang Saka. Memang menyuapi bang Saka harus karena tangan bang Saka tidak berfungsi? Ini tanda nya romantis . Begitu kek, bukan karena bang Saka manja. Bang Saka juga sering menyuapi Wulan, kan?" sahut Wulan , menoleh pada Kakek Abian dan Saka."Tuh, kakek dengar sendiri. Jangan terus menyalahkan Saka. Kita ini pasangan yang romanti
"Saya mengerti, Nyonya. Saya mengerti. Mohon maafkan saya, Nyonya. Bukan tidak percaya kepada Nyonya, tapi saya mohon, izinkan kali ini saya mendampingi Tuan Muda di setiap keadaannya. Saya hanya ingin menebus kesalahan saya di hari kemarin, yang terlalu sibuk dengan perusahaan hingga mengabaikan keamanan dan kesembuhan Tuan Muda. Saat ini saya hanya ingin memastikan jika Tuan Muda akan terus baik-baik saja, dan tidak mengulangi kesalahan saya yang kemarin," jawab Sekretaris Ang, menunduk. Tidak berani membalas tatapan sangar milik Wulan."Lalu bagaimana dengan ayah dan ibuku? Apa kamu tidak memikirkan itu, Tuan Ang? Apa kamu tahu, jika mereka sudah menyiapkan pesta kecil di rumahnya untuk kalian? Bahkan mereka sudah membagi sedekah pada para mantan tetangganya dulu di komplek kumuh itu, dan meminta doa mereka untuk hari pernikahan kalian yang sudah ditentukan? Mereka pasti akan kecewa hatinya, walau bibir mereka tidak akan berani mengatakan itu."Sekretaris Ang terkejut, mendongak. M
"Saya tidak mengatakan itu, tapi jika Anda ingin begitu, tidak masalah. Demi Tuan Muda, saya akan melakukan apa pun! Saya akan sangat senang, tidak harus bersusah payah, saya sudah akan mendapatkan bayi.""Dasar, gila kamu ya? Kamu pikir aku sapi atau bagaimana? Kamu ini, sudah dapat adiknya mau kakaknya juga. Langkahi dulu mayatku, Ang!"Ang tergelak melihat emosi Saka yang meluap."Kamu tahu tidak, aku sudah payah menanam benih, kamu yang enak mau mengambil untungnya. Aha... tidak mungkin terjadi. Wulan dan bayinya itu milikku. Jika kamu mau bayi, usaha sendiri. Cepatlah menikah dan membuatnya, kamu akan mengalami seperti aku juga." Saka menendang tangan Ang yang masih tergelak."Hanya bercanda, Tuan Muda! Mana saya berani. Mendapatkan Yuri saja sudah membuat saya beruntung. Habisnya Tuan Muda tidak bisa bersabar. Padahal tadinya Tuan Muda sendiri yang mengatakan jika akan rela menanggung derita ini setahun sekali pun," jawab Ang, masih dengan tertawa."Diam, bedebah! Kamu terus saj
Di hari di mana Saka diperiksa oleh sang dokter, di hari di mana Wulan dinyatakan positif hamil oleh dokter spesialis kandungan, di hari itu juga mereka sudah diperbolehkan pulang. Tak perlu menginap, tak perlu dirawat inap, kata sang dokter. Sebab keadaan Saka murni dinyatakan sebagai Sindrom Suami Ngidam atau Sindrom Couvade.Saka mengalami kehamilan simpatik, di mana istrinya yang tengah hamil, namun Saka yang menanggung masa ngidam istrinya.Sejak hari itu, sejak masuk ke dalam kamar mereka, Saka yang tadinya laki-laki tangguh dan kuat mendadak menjadi laki-laki lemah yang sensitif.Manja melebihi balita.Mual dan muntah pun terus berlanjut. Bukan hanya itu, Saka mulai tidak menyukai bau-bau wangi, seperti sabun, parfum, dan pewangi ruangan. Hari-harinya juga terlihat menyedihkan karena Saka hanya bisa meminum air teh manis hangat dan memakan buah saja. Jika ada minuman atau makanan lain yang ia telan, perut Saka langsung menolak.Bukan hanya itu, baik kamar dan seluruh ruangan ya
"Wulan," Saka bangun dan duduk. Wulan langsung menubruknya dan tersedu."Bang Saka, kamu menakutiku, bagaimana keadaanmu sekarang? Apa yang masih Bang Saka rasakan?""Wulan, jangan menangis lagi. Aku tidak apa-apa, hanya masih sedikit pusing dan sedikit mual. Sebentar lagi akan hilang. Dokter sudah memberiku obat anti muntah tadi," ucap Saka mengelus lembut kepala Wulan."Dokter, sebenarnya apa yang terjadi pada Tuan Muda Saka?" tanya Sekretaris Ang.Dokter itu menarik napas."Menurut hasil pemeriksaan, Tuan Muda baik-baik saja. Lambung, usus, dan semua organ di tubuh Tuan Muda tidak ada gangguan. Tidak juga keracunan," jawab sang dokter."Baik-baik saja bagaimana? Tuan Muda terlihat sakit parah sampai pingsan, kamu bilang baik-baik saja. Kamu ini bisa memeriksa tidak! Kamu mau bermain-main denganku, hah!" bentak Sekretaris Ang."Tuan Sekretaris, tolong tenanglah. Dokter kandungan sebentar lagi akan datang dan kita akan segera tahu penyebab sakit Tuan Muda.""Apa kamu bilang? Tuan Mud
"Benar, Ayah. Itu biar menjadi urusan mereka. Sekarang, mari kita membahas tanggal pernikahan," sahut Saka.Sekretaris Ang mengangguk. "Lebih cepat lebih baik, Tuan Gani. Saya ingin segera menghindari fitnah atau hal-hal yang tidak diinginkan.""Apa akhir minggu ini terdengar baik untuk Anda?" tanya Gani Harmoko.Sekretaris Ang menoleh pada Yuri. "Apa kamu setuju, sayang?""Iya, aku ikut keputusan Kakak saja," jawab Yuri dengan senyuman."Baiklah, Tuan Gani. Saya akan mempersiapkan semuanya untuk akhir minggu ini," balas Ang.Rencana PernikahanSemua sepakat. Mereka memutuskan pernikahan sederhana yang dilakukan di bawah tangan karena usia Yuri yang masih belum mencapai 19 tahun. Sekretaris Ang memahami konsekuensi pernikahan dini dan berjanji untuk menjaga Yuri dengan baik.Setelah obrolan selesai, mereka melanjutkan makan siang bersama. Yuri, Wulan, Jihan, dan Tiara sibuk menyiapkan hidangan, sementara para pria melanjutkan pembicaraan ringan.Saat semua sudah siap, Yuri memanggil c
"Dulu saya bertemu dengan ibunya Wulan. Gadis yang membuat saya jatuh cinta. Padahal saat itu keluarga saya sudah berencana untuk menjodohkan saya dengan istri saya ini.""Saya melakukan hal terlarang pada ibu Wulan, dan saya meninggalkannya karena terpaksa harus menikahi wanita pilihan orang tua saya. Saya tidak pernah tahu jika pada saat itu ibu Wulan mengandung benih saya. Saya sempat mencarinya ke mana-mana, namun saya gagal menemukannya karena ternyata ibu Wulan dibawa keluarganya pulang ke kampung. Hingga suatu hari, seorang famili ibu Wulan mengantar bayi merah kepada saya beserta selembar surat. Dia mengatakan bahwa ibu dari bayi itu sudah meninggal dunia beberapa jam setelah melahirkan." Kini air mata Gani yang tadi sudah kering kembali menetes. Tepukan-tepukan halus Tiara mengusap punggungnya."Sudah, Yah. Itu masa lalu. Tidak akan terjadi pada anak cucu kita. Cukup, Ayah. Cukup kita yang berbuat salah," ucap Tiara.Gani mengangguk, melirik wajah Wulan yang memerah dan teris
"Kalau begitu, aku akan membantumu, Wulan," seru Yuri, ikut berdiri.Tiara pun berdiri. "Yuri, calon pengantin. Kembali lah duduk. Biar Ibu yang membantu kakakmu Wulan. Kamu duduk manis saja, ya?"Yuri tersipu dengan ucapan ibunya dan kembali duduk di samping Sekretaris Ang yang terus tersenyum padanya.Wulan dan Tiara beranjak ke dapur, dan tak lama kemudian sudah kembali dengan membawa minuman—segelas teh untuk Gani Harmoko dan segelas kopi putih untuk Saka.Kembali mereka terlihat fokus sesaat setelah Gani menyeruput minumannya.Saka kembali menarik napas dan memulai obrolan yang kedua."Ayah dan Ibu, sekali lagi kami ucapkan terima kasih atas penerimaan ini. Dan kami minta maaf jika tidak membawa apa-apa dalam acara lamaran dadakan ini. Kami tidak mempersiapkan apa pun, karena keputusan ini kami ambil semalam. Dan pagi hari ini kami langsung kemari tanpa sempat ke mana-mana dulu.""Tuan muda Saka, apa yang harus dibawa memangnya? Ini saja sudah membuat kami hampir terbang ke awan.