"Tuan muda.. Apa mau makan dulu?""Ti, tidak. Nanti saja.""Benar, nanti saja. Ada yang lebih penting."Saka melongo, melihat wajah serius Wulan. Lalu tiba-tiba wajah manis Wulan menghilang berganti raut sedih.'Kirain mau menggodaku? Kenapa malah menjadi syahdu begini?'"Wulan, " Saka baru saja ingin bicara tapi Wulan langsung memotong."Sst.. Saya dulu, Tuan. Ada hal yang saya ingin sampaikan. Ini penting." "Apa?" Wulan jadi penasaran."Jawab dulu. Apa saya terlihat cantik?""Ya.. Cantik , cantik sekali..""Ah, baiklah kalau begitu. Tuan muda, apa tahu kalau kakek sekarang sedang sakit keras?""Hah! Benarkan?" Saka sempat berpikir, bukankah kemarin Kakek sudah baik-baik saja? Kata dokter, tidak ada yang perlu dikhawatirkan."Iya, Tuan muda. Saya sangat sedih. Dan kakek meminta sesuatu padaku."Saka sedikit menyerngitkan alisnya, "Apa kakek pinta darimu?""Katanya, harus bertanya pada Tuan muda. Tuan muda yang bisa membantuku.""Apa it?" Saka makin penasaran."Cicit.”Saka tercenga
"Wulan,”"Tunggu sebentar. Sepertinya, saya harus ke kamar mandi dulu." Wulan segera beranjak, meninggalkan Saka yang tercengang."Astaga..!!! Ribet sekali sih..?" Saka mengeluh.' Sabar Saka. Sabar. Ingat, istrimu tidak pintar.' dia menepuk jidat sendiri.Lama menunggu, akhirnya Wulan keluar juga dari kamar mandi. Kembali duduk di samping Saka."Sudah siap..?" tanya Saka.Wulan mengangguk mantap."Benar?"Wulan kembali mengangguk."Tidak mau ke kamar mandi lagi?"Wulan menggeleng."Tidak kebelet pipis?"Wulan menggeleng."Baiklah." Saka menghela nafas kembali dan mulai menatap serius pada Wulan."Wulan, mulia detik ini, jangan lagi panggil aku tuan muda. Ingat ya? Aku kan suamimu.""Lalu panggil apa?"“Terserah Wulan mau panggil apa.""Abang ya?" Tanya Wulan."Hah! Abang..? Abang tukang bakso? Nggak, yang lain saja.""Ckk. Bang Saka loh. Itu bagus.""Yang lain, Wulan.. Honey atau Baby !""Hah! Kok babi. Nggak sopan itu.""Baby . bukan babi.... B a b y. Ingat Baby dalam bahasa Inggris
Saka akan memulai penyerangan. Melirik Wulan yang menggigit bibir bawahnya sendiri. Terlihat semakin seksi, membuat hasratnya semakin menggebu saja.Saka mulai menghentak. Namun gagal."Ahhh...!!" Benar saja, Wulan menjerit dengan kuat."Tahan, ya..""Sakit..!""Aku tau, tapi perlu usaha keras. Kerjasama yang baik." bujuk Saka.Dengan nafas tersengal, Wulan mengangguk, "Apa bayinya sudah jadi?"Saka menggeleng, benar-benar harus ekstra sabar, menghadapi istri tidak pintarnya ini.'Bagaimana mau jadi..????? Alatnya saja masih di ambang pintu...!!!" batin Saka sungguh menjerit kali ini."Bang Saka.. sudah jadi kah.?" Wulan kembali bertanya."Belum sayang.. ini masuk dulu. Baru nanti jadi.""Tapi sakit..." Wulan kini berontak ketika Saka memaksa menekankan sesuatu padanya."Tidak... Stop! Aku tidak mau..!!" Wulan tiba-tiba histeris, mendorong kuat tubuh Saka hingga terpelanting ke samping."Wulan," Saka tercengang. Menatap Wulan yang duduk beringsut, menarik selimut dengan terisak. Waja
"Apanya yang berapa part??? Emangnya Author yang lagi nulis novel ini? Ah... Kakek..!!" jerit Saka."Lho.. apa yang terjadi? Kenapa kok frustasi begini?" Kakek Abian menatap khawatir."Frustasi... Saka memang sedang Frustasi..!!""Ini semua gara-gara Kakek. Memanfaatkan kebodohan Wulan. Bukannya part yang didapat, malah menyiksa!" Saka sewot."Saka, Maafkan kakek..Bukan begitu maksud kakek... Kakek cuma ingin membantumu.""Tapi berhasil kan?" sambung kakek."Mana ada. Kalau berhasil, gak mungkin sekarang Saka ada di sini. Pasti saat ini aku sedang melanjutkan part-part berikutnya." sahut Saka. "Dasar tidak berguna.!!" plak... Kakek Abian menampol kepala Saka.Saka mengusap kepalanya dan menggerutu, "Lagian kakek, sudah tau kalau Wulan itu gak pintar, malah di pintaran. Ngenes kan aku.." Saka masih sewot."Huh, lemes kan, kakek jadinya ? Ternyata cucuku tidak berhasil." Kakek Abian ikut merasa frustasi, duduk menopang dagu di sebelah Saka.Nenek Sulis juga ikut melongo di depan mereka
Begitu cerah langit hari ini. Hanya beberapa titik awan putih terlihat bergantung. Terik matahari pun terasa begitu menyengat kulit. Itu keadaan di luar rumah Keluarga Brahmana. Namun di dalam sana, didalam kamar Saka, terasa kehangatan mengalir di antara sepasang suami istri yang semalam baru saja mengalami gagal belah duren.Keduanya terlihat saling menatap penuh kehangatan. Wulan berbalut gaun putih dengan model yang tidak terlalu terbuka pilihan Sakad. Ditambah dengan paduan makeup yang tidak lagi setipis semalam, karena hari ini Wulan bermake-up di bantu oleh mbak Endang sang pelayan pribadinya. Wulan tampak begitu manis dan semakin menggemaskan.Pagi tadi mbak Endang selaku pelayan wanita lama di rumah itu resmi diangkat oleh Saka menjadi pelayan pribadi Nyonya Muda Brahmana alias Wulan dengan gaji tiga kali lipat, dengan syarat harus menjadi pelayan yang baik dan dapat diandalkan, jika tidak maka hukumannya adalah, dipecat!Menurut Saka, Wulan memang harus memiliki pelayan khu
Saka menyesal melihat Wulan sepertinya takut, dia buru-buru menjelaskan, "Aku tidak marah.. cuma mau tau saja, siapa yang sudah memujimu sebelum aku. Yang mendahului aku?" Saka menurunkan nada bicaranya."Ayo coba beritahu aku." Saka masih saja bertanya karena memang masih penasaran."Bang Saka mau marah padanya?" Wulan merasa khawatir."Tidak, Wulan.. Memang siapa?" kembali bertanya , kali ini dengan nada merayu mirip seperti sedang bicara pada anak kecil."Bu Asri."Glubrak...!!!Sekali lagi, Saka menjerit dalam hati.'Aaarhhg.. Kenapa tidak bilang dari tadi kalau cuma Bu Asri... Menghabiskan waktu dan energiku saja. Gila... aku benar-benar hampir gila di buat Wulan.!!''Ingat Saka, hayo ingat... istrimu tidak pintar.' akhirnya menasehati diri sendiri.Sekretaris Ang yang berada di depan ikut menahan tawa yang hampir saja meledak. Beruntung dengan sekuat tenaga sekretaris Ang masih mampu menahan tawanya.'Tuan mudanya kurang pintar dan Nona muda juga tidak pintar.’Wulan menoleh kem
Setelah selesai dengan makan siang di restoran seafood Pondok Laguna, Saka membawa istrinya untuk jalan-jalan.Sebelum sekretaris Ang melajukan mobilnya, Saka bertanya kepada Wulan tentang keinginan Wulan ingin pergi kemana dulu."Kita mau kemana dulu ini?" Tanya Saka sembari mengatur posisi duduknya.Wulan menggeleng."Katanya kamu mau ke Monas?""Tidak jadi." jawab Wulan."Lho.. kenapa?"Wulan menggeleng, "Oammmmm....!!" sambil menguap."Kita pulang saja ya? Sepertinya karena kekenyangan , aku jadi mengantuk berat." jawab Wulan . Memang benar katanya, tadi dia makan melebihi porsi biasa. Satu piring kepiting, lobster juga kerang. Semua makanan yang ada dicobanya. Mungkin kalau perutnya muat, semua makanan itu sudah pindah semua ke perutnya.Bahkan sisanya pun tak luput di bungkus olehnya. Buat oleh-oleh katanya. Saka hanya bisa mengiyakan saja. Asal dia senang...**Saka menghela nafas. Menatap mata Wulan yang memang sudah terlihat mirip lampu bohlam lima watt."Tidak penasaran den
Lalu Saka membangukan Wulan dengan menepuk lembut pipinya. "Wulan, ayo bangun." Wulan menggeliat, membuka matanya. Lalu menarik tubuhnya untuk bangun. "Kita sudah sampai." ucap Saka membetulkan rambut Wulan dengan sisir kecil dari tas Wulan. "Sampai di mana?" tanya Wulan sedikit linglung. "Di rumah Gani Harmoko." "Hah! Apa? Benarkah?" Wulan terperangah, lalu mengintip keluar dari balik kaca. "Benar..!" Wulan tak sabar, menarik gagang pintu mobil. "Tunggu dulu. Betulkan dulu makeupmu. Luntur terkena ilermu tuh..." ucap Saka mencegah Wulan. "Ah, iya." Wulan segera mengambil kaca dari tasnya. Dan dengan bantuan Saka , dia membetulkan make up-nya. Setelah merasa cukup, Saka dan Wulan turun dari mobil. Melangkah membuka gerbang yang tidak di kunci. Saka melangkah bersama Wulan dengan tidak melepaskan genggaman tangannya. Mereka sudah berdiri di depan pintu itu. Wulan seperti ragu untuk mengetuk pintu. Ada rasa perih di hatinya ketika mengingat bagaimana kehidupannya di
"Kamu kenapa?" Sekretaris Ang mendekat."Ah, tidak apa-apa. Kalau begitu kita harus berkemas. Mumpung masih sore."Sekretaris Ang mengangguk.Yuri menarik kopernya."Tidak perlu membawa baju," ucap Sekretaris Ang."Hah! Gantiku bagaimana?" tanya Yuri heran."Sudah ada di sana.""Di sana? Maksudnya di sana di mana? Di rumah Tuan Muda Saka? Aku sudah membawa hampir semua ke sini, Kak.""Apa kamu kira, kita akan pulang ke rumah Tuan Muda?" Sekretaris Ang kini sudah tak berjarak."Lalu? Ke mana? Apa Kak Ang akan membawaku pulang ke rumah Kak Ang? Memang Kak Ang punya rumah?" tanya Yuri. Dia berpikir jika selama ini Sekretaris Ang tidak punya tempat tinggal selain Rumah Tuan Muda Saka. Karena selama ini Yuri tidak pernah melihat Sekretaris Ang pulang ke mana pun selain ke rumah itu.Mau pagi atau malam setelah pulang dari kantor, Sekretaris Ang selalu ada di rumah itu.Sekretaris Ang tergelak mendengar pertanyaan istri kecilnya itu. Mengangkat dagu Yuri dengan telunjuknya."Apa menurutmu,
Kini saatnya Ang dan Yuri menghampiri Saka dan Wulan.Saka dengan antusias menyambut tangan Sekretaris Ang dan memeluk sekretarisnya itu untuk pertama kalinya selama hidupnya."Selamat, Ang! Akhirnya kamu melepas masa lajangmu juga.""Terima kasih, Tuan Muda. Semua ini berkat dukungan Anda juga.""Haha. Kamu harus ingat satu hal, Ang. Meskipun kamu lebih tua dariku, tapi detik ini kamu adalah adik iparku! Jadi kamu harus menghormatiku lebih dari sebelumnya!""Tentu, Tuan Muda. Saya akan mengingatnya selalu." Keduanya pun tertawa setelah melepaskan pelukan.Wulan pun berganti memeluk Yuri."Selamat atas pernikahanmu, Adikku! Bahagia selalu ya?""Kak Wulan!" Yuri memeluk erat Wulan, dan untuk pertama kalinya ia memanggil "kakak" pada Wulan, begitu terdengar hangat di telinga Wulan."Terima kasih, Kak Wulan. Kamu kakak terbaikku!"Keduanya tersenyum bahagia.Kemudian Yuri tak melupakan Jihan."Kamu sudah menjadi seorang istri. Jadi artinya kamu bukan bocil lagi. Kamu tidak boleh merengek
Hanya mereka saja yang berangkat. Tanpa iring-iringan. Tanpa Kakek Brahmana dan Nenek Sulis. Mengingat keadaan Kakeknya yang sudah mulai ringkih dan cepat lelah, Saka sengaja tidak mengizinkan mereka untuk ikut mendampingi Sekretaris Ang. Dan pada akhirnya, Kakek Brahmana dan Nenek Sulis pun setuju saja, menunggu Sekretaris Ang pulang ke rumah dengan membawa istrinya nanti.Mobil pun melaju dengan kecepatan sedang, tidak kencang dan tidak juga lamban. Nampak sekali jika Pak Abu, sang sopir, kali ini mengemudi dengan hati-hati, mengingat jika sedang membawa calon pengantin, dan mobil yang di belakang pun sama.Hingga sampailah mereka di depan rumah keluarga Harmoko.Semua kemudian turun setelah mobil berhenti.Gani Harmoko rupanya sudah siap menyambut mereka sendiri dengan beberapa pria berjas di belakangnya.Lalu mereka saling menunduk untuk saling memberi hormat tanpa berjabat tangan."Tuan Muda, Tuan Sekretaris. Selamat datang!" sapa Gani Harmoko.Mereka membalas sapaan Gani Harmoko
Pagi buta di kediaman keluarga Mahendra terlihat sedikit riuh oleh para pelayan.Mereka tahu, jika pagi ini adalah hari pernikahan Sekretaris Ang dengan Yuri yang akhir-akhir ini sudah mereka ketahui jika Yuri adalah adik Nyonya muda mereka.Mereka bukan sedang berkemas untuk ikut menghadiri acara pernikahan Sekretaris Ang yang akan dilangsungkan di kediaman Gani Harmoko, mereka tidak diperbolehkan ikut selain Bu Asri saja yang diperbolehkan, itu pun untuk mendampingi Wulan. Tapi para pelayan baik pria dan wanita ikut deg deg ser hatinya, entah apa yang sedang mereka rasakan dan lakukan. Yang jelas semua terlihat tidak sabar menunggu turunnya sekretaris Ang dari tangga.Mereka sebenarnya hanya sekedar ingin memberi selamat dan ucapan hati hati untuk calon pengantin , seorang atasan mereka yang mereka kagumi itu. Sang Sekretaris Utama hari ini akan melepas masa lajangnya.Di dalam kamar Sekretaris Ang, pria itu masih berdiri di depan cermin, membetulkan kemeja putih yang sudah ia pakai
"Ini bukan soal keberuntungan, melainkan mungkin sudah takdir. Bukan kah, kalau jodoh tak kan kemana? Mungkin Putri Putri kami memang sudah berjodoh dengan mereka ,Dua pria hebat itu." jawab Tiara.Begitulah, Bahagia dan bangga perasaan Tiara dan juga Gani Harmoko.Saat ini, semua orang mengagumi mereka. Dan makin menghormati mereka. Dua pria hebat sekaligus , menjadi menantu mereka. Siapa yang tidak bangga? Siapa yang tidak kagum? Hampir semua para pengusaha ternama memimpikan memiliki hubungan serius dengan keluarga Brahmana. Yang memiliki seorang putri sangat bermimpi bisa dilirik oleh dua pria hebat itu. Tapi ternyata nasib baik malah berpihak pada keluarga Harmoko.Mereka bukan tidak tahu awal kisah pernikahan Putri pertama keluarga Harmoko dengan Tuan muda dari keluarga Brahmana itu. Semua juga sudah tahu, tapi lagi-lagi saat ini tidak ada yang berani mengungkitnya. Apalagi ketika Saka pernah mengumumkan beberapa kali tentang pernikahannya dengan Wulan di depan beberapa Pengusah
"Ibu sudah menyesal, bahkan sebelum Wulan dan kamu menjemput kami di kontrakan kumuh itu, Ibu sudah bertobat. Dan mungkin Tuhan membalas tobat ibu dengan kebahagiaan yang berlipat lipat ganda. Bayangkan saja Yuri, kehidupan kami jauh lebih baik. Perusahaan Ayahmu semakin baik, nama kami juga kini semakin terhormat. Terlebih setelah banyak yang tau jika kami ini ternyata Mertua dari Tuan muda Saka. Apalagi nanti, di tambah akan menjadi Mertua Sekretaris utama Brahmana group. Sungguh suatu anugerah besar yang kami terima.""Ibu benar. Ibu harus banyak bersyukur ya?""Tentu saja. Kamu tau tidak. Kemarin Ibu dan Jihan bagi bagi sedekah ke seluruh penghuni komplek dan kontrakan bekas kami mengontrak dulu. Uang dari Tuan muda dan calon suamimu sudah habis separuhnya untuk kami sedekahkan. Ibu ingin berbagi kebahagiaan dengan mereka. Ibu pernah merasa sulit sesulit sulit nya ketika berada di sana, makanya ibu ingin sedikit mengurangi kesulitan mereka juga." Tiara bercerita pada Yuri."Syukur
Sekretaris Ang mengangguk, merasa menghangat hatinya. Jika dulu ia sempat berpikir jika keluarga Harmoko adalah keluarga yang tidak baik, dan diakui sekretaris Ang jika ia sempat membenci keluarga ini. Namun setelah Yuri membawanya masuk ke keluarga ini, ternyata berbeda dengan dugaannya.Sebenarnya keluarga ini bisa menjadi keluarga yang hangat. Mungkin begitu lah manusia, saat melakukan kesalahan dan mau menyadarinya, maka kebaikan kebaikan akan menyapanya dan semakin meningkat untuk menyertainya."Baiklah, Tuan Gani. Saya juga minta maaf, jika tidak bisa mengadakan pesta besar untuk pernikahan Putri kalian. Tapi saya berjanji, jika waktu sudah mengijinkan nanti, maka kita akan mengadakan pesta yang meriah." ucap sekretaris Ang."Bukankah kemarin kita sudah sepakat? Jadi jangan dijadikan beban. Yang penting kalian Sah dulu. Dan yang terpenting adalah, harus bahagia." sahut Gani Harmoko.Sekretaris Ang mengangguk, lalu menoleh pada Yuri."Kau tidak apa-apa kan, Sayang..?" sekretaris
Sementara sekretaris Ang tersenyum puas sudah membuat Si Sam itu patah harapan. Ia merasa menang , lalu Segera mengajak Yuri kembali ke mobil setelah mereka menyelesaikan makan nya.Sekretaris Ang melajukan kembali mobilnya. Kali ini Yuri merasa bingung ketika sekretaris Ang berhenti di depan sebuah Rumah yang ternyata kediaman orang tua nya.Lalu Yuri menoleh pada sekretaris Ang saat mereka sudah berada di depan pintu."Kakak??""Aku sengaja mengantarmu pulang ke rumah orang tuamu sebelum mereka menjemput mu.""Kakak? Apa maksudnya??" Entah kenapa, mendengar ucapan Sekretaris Ang Yuri begitu terkejut. Pikiran nya sudah berburuk sangka saja."Kamu harus tinggal bersama mereka." sahut sekretaris Ang."Kakak??" wajah Yuri seketika pucat."Kita tidak akan bertemu untuk beberapa hari kedepan. Kau bisa menungguku kan? Sampai di hari pernikahan kita? Kita akan menikah di rumah orang tuamu ini."Mendadak Yuri menubruk sekretaris Ang. Memeluknya dengan erat."Kau menakutiku Kak?? Ku pikir kau
"Kak Samuel! " Yuri menutup mulutnya sambil menoleh ke arah sekretaris Ang yang sedang berbicara pada seorang pelayan."Yuri, kenapa kaget sekali? Apa kau bersama Tuan sekretaris dingin itu di sini?" tanya Samuel, sambil celingukan."Tentu saja kak Sam, dia kan calon suamiku. Jelas saja dimanapun ada aku pasti ada dia juga. Cepat pergi dari sini kak Sam . Jika tidak , kau tidak akan selamat kali ini." sahut Yuri mendorong tubuh Samuel agar cepat cepat pergi dari sana.Samuel yang tadinya mengira jika Yuri datang sendiri tidak bersama Sekretaris Ang pun segera mengangguk."Eh iya. Aku pergi ya?" Samuel takut juga rupanya.Tapi baru saja Samuel memutar tubuhnya, sebuah tangan kekar menangkap bahunya.Samuel menoleh, "Tuan Sekretaris! Maafkan saya. Saya, saya tidak sengaja bertemu dengan Yuri di sini. Sungguh, saya tidak bermaksud mengganggu nya." dengan wajah pias ketika melihat wajah penuh wibawa itu sudah menatapnya. Begitu juga dengan Yuri yang sama piasnya.Siapa sangka sekretaris A