Tatapan mata yang penuh arti, membuat yang di tatap mati rasa dan salah tingkah.Tangan sekretaris Ang merambat pelan. Menyentuh ujung jari Yuri yang tergeletak di meja. Baru sekedar menyentuh dengan ujung jarinya juga. Keadaan keduanya semakin sama sama tegang, dengan detak jantung yang bergemuruh hebat.Sekretaris Ang berusaha menenangkan jantungnya. 'Fokus Ang, fokus. Ayo katakan. Jika malam ini kau akan melamar bocah ini. Ayo Ang. Bodoh kau ini. Pengecut amat!' memaki diri sendiri."Yuri," Ang memanggil lembut dan pelan.Yuri masih menunggu, menunggu kalimat selanjutnya dari sekretaris Ang dengan hati yang berdebar debar. ' Apa Tuan Ang, Apa? Cepat katakan!?’ Yuri rasanya sudah tak sabar."Yuri..!!" suara seseorang yang memekik di sebelah mereka membuyarkan kefokusan keduanya. Sama sama menoleh ke arah yang sama. Seorang pria muda mendekat pada Yuri."Kamu Yuri kan? Yuri Harmoko? Anak SMA 13 kelas bahasa? Masih ingat dengan ku?"Yuri menatap seksama, pria tampan yang masih terliha
Memulai hubungan biasanya memang tidaklah mudah bagi setiap pasangan. Harus saling mengenal karakter masing-masing dan tentunya harus saling percaya. Lalu bagaimana nasib Yuri, saat ia sadar jika hubungannya dengan Sekretaris Ang yang baru saja akan dimulai, bahkan belum bisa ditebak apakah akan benar terjadi hubungan di antara mereka atau tidak, sudah kacau saja sebelum masanya.Begitu juga pemikiran Sekretaris Ang saat ini, yang sedang duduk termangu di bangku taman yang terletak tak jauh dari rumah makan di mana mereka gagal dinner tadi.Segumpal ketakutan meraja di hatinya. Pria tampan yang lebih muda, yang lebih pantas bersanding dengan Yuri, datang tiba-tiba menggores hati Ang dengan kecemburuan tingkat dewa. Lebih muda, lebih tampan, bahkan sempat menjadi idola pada masanya.Ang sempat gentar. Bukan takut sama si Samsul. Mana mungkin seorang Ang takut hanya dengan rempehan keripik? Bukan takut kalah saing untuk mendapatkan Yuri. Tapi takut Yuri berpaling, takut Yuri kini sudah
Sekretaris Ang tidak menjawab, malah menginjak pedal gas dengan kuat."Tuan.. hati-hati. Aku takut!!" jerit Yuri, berpegangan di sisi jok, dengan wajah pucat karena kecepatan mobil Ang yang tidak seperti biasanya.Ang sempat melirik wajah pias Yuri dan menurunkan laju mobilnya."Diamlah, dan jangan banyak bicara! Jika kamu masih bersuara, aku akan menginjak gas ini sekuat tenaga." ancam Sekretaris Ang.Yuri mengangguk cepat untuk menyelamatkan nyawanya yang seakan sudah di ubun-ubun. Yuri benar-benar diam. Menatap lurus ke depan. Menyesal sudah menelepon tadi.'Pasti Tuan Ang semakin marah. Padahal niatku agar dia sadar kalau aku ini lapar.'Yuri menoleh cepat, ketika terdengar suara deringan dari Hp-nya. Sampai berkali-kali."Tuan. Hp-nya. Hp-ku.. Angkat sebentar ya?" Yuri memohon dengan suara pelan.Sekretaris Ang tidak menanggapi rengekan Yuri."Tuan, sebentar saja. Hanya ingin mengatakan kalau aku sudah pulang. Nanti dia jadi kepikiran."Sekretaris Ang akhirnya merogoh Hp-nya. Men
"Wulan., Ang tidak ada di kamarnya, Yuri juga tidak ada. Tapi Bu Asri memang melihat mereka keluar bersama." Kata Saka."Tuh, kan? Berarti ada yang tidak beres ini, Bang Saka. Sekretaris mu yang sudah membawa Yuri. Jangan-jangan Sekretaris Ang sudah mencelakai Yuri?" Wulan semakin panik."Wulan... tenangkan dirimu. Ang tidak seperti itu. Mana mungkin juga Ang berani macam-macam pada adik iparku. Yuri itu kan adik iparku.""Buktinya, Yuri tiba-tiba menghubungiku dan bicara aneh padaku?""Bicara apa memangnya Yuri tadi?""Seperti menyebut nama... Kak Sam.. Sam siapa, ya..? Pokoknya Kak Sam, begitu. Terus minta dijemput, minta diantar pulang. Lalu panggilan tiba-tiba mati. Dan sampai saat ini nomornya tidak aktif. Bang Saka, Wulan khawatir. Sekretaris Ang itu kan tidak suka pada Yuri. Jangan-jangan Yuri dibuangnya.""Wulan... mana ada Ang seperti itu. Ang itu menyukai Yuri, cuma gengsi saja dia. Sudahlah. Mungkin mereka sedang bertengkar. Sudah, sudah. Kita tunggu saja. Jika malam ini me
"Bang Saka, bagaimana ini? Nomor Yuri tetap tidak bisa dihubungi. Jangan-jangan terjadi apa-apa dengan Yuri?""Wulan, jangan panik dulu ya? Aku juga sedang menghubungi nomor Ang." Saka meraih pundak Wulan, menenangkannya dengan satu tangan sambil terus memeriksa ponselnya."Orang ini kenapa juga tidak diangkat-angkat, sih? Gak biasanya Ang seperti ini!" Saka kesal, tapi ada sedikit kekhawatiran juga."Bang Saka sudah melihat ke kamarnya tadi?""Sudah, "Aku... aku... Saya... maaf, Tuan Ang. Maafkan saya. Saya tadi cuma iseng saja." Yuri menggeser duduknya ketika Ang mendekat."Apa maksudnya?" meletakkan kedua Hp itu di atas meja."Saya hanya ingin mengerjai Tuan Ang." Seketika Yuri berdiri dan berlari menjauh.Ang tidak mungkin melepaskan Yuri begitu saja. Segera ikut berdiri dan berlari mengejar. Belum juga Yuri berhasil menggapai gagang pintu, Ang sudah berhasil menangkap tubuhnya."Katakan, apa maksudmu?" mendekap dari belakang dan menarik tubuh Yuri menjauhi pintu."Saya... saya..
Yuri segera menutup panggilan itu dan melempar hpnya ke kasur.Masih dengan jantung yang berdebar hanya karena mendengar suara sekretaris Ang dari hp saja.Yuri memasuki kamar mandi dan mandi dengan kilat.Hanya dengan mengenakan jubah mandi Yuri keluar. Baru saja membuka pintu Yuri terkejut melihat sekretaris Ang sudah ada di dalam kamarnya. Berdiri menatapnya."Tuan!! Kenapa anda bisa masuk?" teriak Yuri. Merasa bingung, seingat Yuri, dia mengunci pintu nya sebelum tidur."Kamu mungkin lupa menguncinya." Jawab Ang, mendekat."Stop! Berhenti! Diam di tempat." teriak Yuri.Namun Ang tetap melangkah mendekati Yuri. Gadis itu mundur hingga membentur tembok."Tuan, mau apa?" tergugup ketika Sekretaris Ang sudah tak berjarak di depan nya. Tubuhnya sudah berada di antara tangan Sekretaris Ang yang mencengkram tembok."Aku mau berangkat ke kantor." ujar sekretaris Ang."Lalu? Kenapa malah kesini?""Menemuimu.""Iya. Saya tau tuan. Tapi untuk apa?""Karena kamu lama sekali. Aku menunggumu di
Di kantor,Saat ini Sekretaris Ang tengah duduk bersandar di sofa dengan beberapa kertas di depannya. Lagi-lagi pikirannya tak bisa fokus pada kertas-kertas itu. Rupanya bayangan si bocah kelinci terus menari di pikirannya.Ang tidak sadar jika Saka sudah berdiri di hadapannya, melihat bagaimana Ang sedang tersenyum-senyum sendiri."Ehem!"Sekretaris Ang tersentak. "Tuan Muda! Anda… Anda kemari?" mendongak."Rupanya ada yang sedang terkena sumpah, nih!""Tuan Muda, Anda bicara apa?" sedikit tersipu."Sudahlah, Ang, kelinci kecil itu sangatlah manis. Sayang sekali jika sampai diambil orang," sindir Saka.Sekretaris Ang tersenyum. "Saya tidak mungkin akan membiarkan semua itu terjadi.""Kalau begitu cepatlah kamu menemui Gani Kuncoro untuk melamarnya."Ang tak menjawab, terlihat raut wajah yang tadi semangat mendadak muram."Ada apa, Ang? Apa yang kamu ragukan?" tanya Saka melihat keraguan di mata Ang.Ang menghela napas berat. "Yuri masih terlalu muda. Jika saya melamarnya untuk saat i
"Maafkan Wulan, Bang Saka. Wulan sengaja ingin memberi kejutan. Bang Saka tidak marah kan? Lihat nih, Wulan membawa makan siang untuk Bang Saka," ucap Wulan sambil memeluk pinggang Saka.Meskipun ingin marah karena tiba-tiba Wulan bisa berada di kantornya, tapi melihat senyum manis Wulan dan perlakuannya, hati Saka seketika meleleh."Tentu tidak, Wulan. Ya Tuhan... Bang Saka senang sekali," jawab Saka sambil menciumi Wulan, lalu menoleh pada Ang."Lihat, Ang, Wulanku mengantar makan siang untukku. Mungkin Yuri membawakan makan siang untukmu juga. Benar begitu, Yuri?" lalu menoleh pada Yuri."Tentu saja, Tuan Muda. Tentu saja. Ini!" Yuri dengan semangat mengangkat tangannya yang juga menenteng sebuah rantang."Ang, lihatlah. Gadis kecilmu juga membawakan makan siang untukmu...!" seru Saka dengan bahagia, melupakan dua pria yang sedang diinterogasinya.Ang pun sumringah dengan kehadiran Yuri di sini dan segera menghampirinya."Kamu membawakan makan siang untukku?"Yuri mengangguk."Baik
"Kamu kenapa?" Sekretaris Ang mendekat."Ah, tidak apa-apa. Kalau begitu kita harus berkemas. Mumpung masih sore."Sekretaris Ang mengangguk.Yuri menarik kopernya."Tidak perlu membawa baju," ucap Sekretaris Ang."Hah! Gantiku bagaimana?" tanya Yuri heran."Sudah ada di sana.""Di sana? Maksudnya di sana di mana? Di rumah Tuan Muda Saka? Aku sudah membawa hampir semua ke sini, Kak.""Apa kamu kira, kita akan pulang ke rumah Tuan Muda?" Sekretaris Ang kini sudah tak berjarak."Lalu? Ke mana? Apa Kak Ang akan membawaku pulang ke rumah Kak Ang? Memang Kak Ang punya rumah?" tanya Yuri. Dia berpikir jika selama ini Sekretaris Ang tidak punya tempat tinggal selain Rumah Tuan Muda Saka. Karena selama ini Yuri tidak pernah melihat Sekretaris Ang pulang ke mana pun selain ke rumah itu.Mau pagi atau malam setelah pulang dari kantor, Sekretaris Ang selalu ada di rumah itu.Sekretaris Ang tergelak mendengar pertanyaan istri kecilnya itu. Mengangkat dagu Yuri dengan telunjuknya."Apa menurutmu,
Kini saatnya Ang dan Yuri menghampiri Saka dan Wulan.Saka dengan antusias menyambut tangan Sekretaris Ang dan memeluk sekretarisnya itu untuk pertama kalinya selama hidupnya."Selamat, Ang! Akhirnya kamu melepas masa lajangmu juga.""Terima kasih, Tuan Muda. Semua ini berkat dukungan Anda juga.""Haha. Kamu harus ingat satu hal, Ang. Meskipun kamu lebih tua dariku, tapi detik ini kamu adalah adik iparku! Jadi kamu harus menghormatiku lebih dari sebelumnya!""Tentu, Tuan Muda. Saya akan mengingatnya selalu." Keduanya pun tertawa setelah melepaskan pelukan.Wulan pun berganti memeluk Yuri."Selamat atas pernikahanmu, Adikku! Bahagia selalu ya?""Kak Wulan!" Yuri memeluk erat Wulan, dan untuk pertama kalinya ia memanggil "kakak" pada Wulan, begitu terdengar hangat di telinga Wulan."Terima kasih, Kak Wulan. Kamu kakak terbaikku!"Keduanya tersenyum bahagia.Kemudian Yuri tak melupakan Jihan."Kamu sudah menjadi seorang istri. Jadi artinya kamu bukan bocil lagi. Kamu tidak boleh merengek
Hanya mereka saja yang berangkat. Tanpa iring-iringan. Tanpa Kakek Brahmana dan Nenek Sulis. Mengingat keadaan Kakeknya yang sudah mulai ringkih dan cepat lelah, Saka sengaja tidak mengizinkan mereka untuk ikut mendampingi Sekretaris Ang. Dan pada akhirnya, Kakek Brahmana dan Nenek Sulis pun setuju saja, menunggu Sekretaris Ang pulang ke rumah dengan membawa istrinya nanti.Mobil pun melaju dengan kecepatan sedang, tidak kencang dan tidak juga lamban. Nampak sekali jika Pak Abu, sang sopir, kali ini mengemudi dengan hati-hati, mengingat jika sedang membawa calon pengantin, dan mobil yang di belakang pun sama.Hingga sampailah mereka di depan rumah keluarga Harmoko.Semua kemudian turun setelah mobil berhenti.Gani Harmoko rupanya sudah siap menyambut mereka sendiri dengan beberapa pria berjas di belakangnya.Lalu mereka saling menunduk untuk saling memberi hormat tanpa berjabat tangan."Tuan Muda, Tuan Sekretaris. Selamat datang!" sapa Gani Harmoko.Mereka membalas sapaan Gani Harmoko
Pagi buta di kediaman keluarga Mahendra terlihat sedikit riuh oleh para pelayan.Mereka tahu, jika pagi ini adalah hari pernikahan Sekretaris Ang dengan Yuri yang akhir-akhir ini sudah mereka ketahui jika Yuri adalah adik Nyonya muda mereka.Mereka bukan sedang berkemas untuk ikut menghadiri acara pernikahan Sekretaris Ang yang akan dilangsungkan di kediaman Gani Harmoko, mereka tidak diperbolehkan ikut selain Bu Asri saja yang diperbolehkan, itu pun untuk mendampingi Wulan. Tapi para pelayan baik pria dan wanita ikut deg deg ser hatinya, entah apa yang sedang mereka rasakan dan lakukan. Yang jelas semua terlihat tidak sabar menunggu turunnya sekretaris Ang dari tangga.Mereka sebenarnya hanya sekedar ingin memberi selamat dan ucapan hati hati untuk calon pengantin , seorang atasan mereka yang mereka kagumi itu. Sang Sekretaris Utama hari ini akan melepas masa lajangnya.Di dalam kamar Sekretaris Ang, pria itu masih berdiri di depan cermin, membetulkan kemeja putih yang sudah ia pakai
"Ini bukan soal keberuntungan, melainkan mungkin sudah takdir. Bukan kah, kalau jodoh tak kan kemana? Mungkin Putri Putri kami memang sudah berjodoh dengan mereka ,Dua pria hebat itu." jawab Tiara.Begitulah, Bahagia dan bangga perasaan Tiara dan juga Gani Harmoko.Saat ini, semua orang mengagumi mereka. Dan makin menghormati mereka. Dua pria hebat sekaligus , menjadi menantu mereka. Siapa yang tidak bangga? Siapa yang tidak kagum? Hampir semua para pengusaha ternama memimpikan memiliki hubungan serius dengan keluarga Brahmana. Yang memiliki seorang putri sangat bermimpi bisa dilirik oleh dua pria hebat itu. Tapi ternyata nasib baik malah berpihak pada keluarga Harmoko.Mereka bukan tidak tahu awal kisah pernikahan Putri pertama keluarga Harmoko dengan Tuan muda dari keluarga Brahmana itu. Semua juga sudah tahu, tapi lagi-lagi saat ini tidak ada yang berani mengungkitnya. Apalagi ketika Saka pernah mengumumkan beberapa kali tentang pernikahannya dengan Wulan di depan beberapa Pengusah
"Ibu sudah menyesal, bahkan sebelum Wulan dan kamu menjemput kami di kontrakan kumuh itu, Ibu sudah bertobat. Dan mungkin Tuhan membalas tobat ibu dengan kebahagiaan yang berlipat lipat ganda. Bayangkan saja Yuri, kehidupan kami jauh lebih baik. Perusahaan Ayahmu semakin baik, nama kami juga kini semakin terhormat. Terlebih setelah banyak yang tau jika kami ini ternyata Mertua dari Tuan muda Saka. Apalagi nanti, di tambah akan menjadi Mertua Sekretaris utama Brahmana group. Sungguh suatu anugerah besar yang kami terima.""Ibu benar. Ibu harus banyak bersyukur ya?""Tentu saja. Kamu tau tidak. Kemarin Ibu dan Jihan bagi bagi sedekah ke seluruh penghuni komplek dan kontrakan bekas kami mengontrak dulu. Uang dari Tuan muda dan calon suamimu sudah habis separuhnya untuk kami sedekahkan. Ibu ingin berbagi kebahagiaan dengan mereka. Ibu pernah merasa sulit sesulit sulit nya ketika berada di sana, makanya ibu ingin sedikit mengurangi kesulitan mereka juga." Tiara bercerita pada Yuri."Syukur
Sekretaris Ang mengangguk, merasa menghangat hatinya. Jika dulu ia sempat berpikir jika keluarga Harmoko adalah keluarga yang tidak baik, dan diakui sekretaris Ang jika ia sempat membenci keluarga ini. Namun setelah Yuri membawanya masuk ke keluarga ini, ternyata berbeda dengan dugaannya.Sebenarnya keluarga ini bisa menjadi keluarga yang hangat. Mungkin begitu lah manusia, saat melakukan kesalahan dan mau menyadarinya, maka kebaikan kebaikan akan menyapanya dan semakin meningkat untuk menyertainya."Baiklah, Tuan Gani. Saya juga minta maaf, jika tidak bisa mengadakan pesta besar untuk pernikahan Putri kalian. Tapi saya berjanji, jika waktu sudah mengijinkan nanti, maka kita akan mengadakan pesta yang meriah." ucap sekretaris Ang."Bukankah kemarin kita sudah sepakat? Jadi jangan dijadikan beban. Yang penting kalian Sah dulu. Dan yang terpenting adalah, harus bahagia." sahut Gani Harmoko.Sekretaris Ang mengangguk, lalu menoleh pada Yuri."Kau tidak apa-apa kan, Sayang..?" sekretaris
Sementara sekretaris Ang tersenyum puas sudah membuat Si Sam itu patah harapan. Ia merasa menang , lalu Segera mengajak Yuri kembali ke mobil setelah mereka menyelesaikan makan nya.Sekretaris Ang melajukan kembali mobilnya. Kali ini Yuri merasa bingung ketika sekretaris Ang berhenti di depan sebuah Rumah yang ternyata kediaman orang tua nya.Lalu Yuri menoleh pada sekretaris Ang saat mereka sudah berada di depan pintu."Kakak??""Aku sengaja mengantarmu pulang ke rumah orang tuamu sebelum mereka menjemput mu.""Kakak? Apa maksudnya??" Entah kenapa, mendengar ucapan Sekretaris Ang Yuri begitu terkejut. Pikiran nya sudah berburuk sangka saja."Kamu harus tinggal bersama mereka." sahut sekretaris Ang."Kakak??" wajah Yuri seketika pucat."Kita tidak akan bertemu untuk beberapa hari kedepan. Kau bisa menungguku kan? Sampai di hari pernikahan kita? Kita akan menikah di rumah orang tuamu ini."Mendadak Yuri menubruk sekretaris Ang. Memeluknya dengan erat."Kau menakutiku Kak?? Ku pikir kau
"Kak Samuel! " Yuri menutup mulutnya sambil menoleh ke arah sekretaris Ang yang sedang berbicara pada seorang pelayan."Yuri, kenapa kaget sekali? Apa kau bersama Tuan sekretaris dingin itu di sini?" tanya Samuel, sambil celingukan."Tentu saja kak Sam, dia kan calon suamiku. Jelas saja dimanapun ada aku pasti ada dia juga. Cepat pergi dari sini kak Sam . Jika tidak , kau tidak akan selamat kali ini." sahut Yuri mendorong tubuh Samuel agar cepat cepat pergi dari sana.Samuel yang tadinya mengira jika Yuri datang sendiri tidak bersama Sekretaris Ang pun segera mengangguk."Eh iya. Aku pergi ya?" Samuel takut juga rupanya.Tapi baru saja Samuel memutar tubuhnya, sebuah tangan kekar menangkap bahunya.Samuel menoleh, "Tuan Sekretaris! Maafkan saya. Saya, saya tidak sengaja bertemu dengan Yuri di sini. Sungguh, saya tidak bermaksud mengganggu nya." dengan wajah pias ketika melihat wajah penuh wibawa itu sudah menatapnya. Begitu juga dengan Yuri yang sama piasnya.Siapa sangka sekretaris A