Share

Chapter 56.

Author: Sang_Dewi
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Kau bereskan bajumu cepat!" Dora bangun terduduk sambil membenarkan pakaian yang sempat berantakan. Rambut tak lupa dia rapikan agar seolah-olah tidak ada apa-apa di antara mereka.

"Masuk."

"Permisi, Tuan." Bertha masuk membawa setumpuk kertas berwarna putih. "Ini laporan kekurangan material untuk pembangunan proyek di luar kota, Tuan." Sean menerimanya.

"Permisi, Tuan."

Bertha terdiam sejenak membelakangi Sean saat melihat kain segitiga berwarna merah menyangkut di handel pintu. Dia menyerkitkan bibirnya jijik.

Sean menepuk jidatnya kala mengetahui hal itu, bisa-bisanya dia lupa dengan kain itu, kain yang dia buang ke sembarang tempat.

"Sial!"

Dora yang duduk terlihat salah tingkah. Susah payah ia berusaha bersikap biasa agar tidak ada orang yang curiga tapi ternyata Bertha mengetahui kalau mereka usai melakukan itu.

Sekretaris itu melanjutkan langkahnya kembali, dia menggunakan dua jarinya untuk menarik ha
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Gadis Bercadar Tawanan Mafia Tampan   Chapter 57.

    Tap!Bugh!"Argh!" Naura berteriak. Melawan preman jalanan seperti mereka bukanlah hal yang sulit untuk Sean. Walau kedua preman itu menyerang dengan tenaga dalam, tapi Sean dengan santainya membalas serangan mereka.Banyak orang yang lebih menakutkan dari mereka yang sudah Bernah berurusan dengannya. Salah satu contohnya tuan Erdo yang menyerangnya dengan senjata api, tapi Sean tidak pernah takut."Brengsek, siapa kamu?"hhiiiaaatt!Tap!Kreaet!Aarrgghh!" Satu preman itu berteriak saat Sean menggenggam tangannya dan memutarkan sampai terpelintir. Sementara kakinya yang panjang menendang satu dari mereka sampai terpental jauh.Preman tersebut berusaha bangkit sambil memegangi bagian tubuhnya yang sakit, tapi ternyata mereka sadar kalau lawan mereka kali ini bukanlah orang sembarangan."Kabur! Kabur!" Dua preman itu berlari tunggang lantung tak tentu arah bahkan hampir saja

  • Gadis Bercadar Tawanan Mafia Tampan   Chapter 58.

    "Sean, Sean!" Lucas berteriak memanggil nama Sean. Dia pulang dengan penampilan yang sangat lusuh dan urakan. Lucas terpaksa pulang menaiki mobil pic up warga yang lewat membawa sayuran."Heh, ada apa kau berteriak?" tanya Natasya keluar dari dalam kamarnya."Mana Kakakmu itu? Mana? Sial!"Natasya kembali bicara. "Kenapa kau ini, tiba-tiba pulang marah-marah. Kak Sean belum pulang! Bukankah dia di kantor denganmu?"Mendengar kebisingan dari ruang tengah membuat tuan besar George turun dari tempat tidurnya. "Ada apa ini? Kenapa kalian berisik sekali!""Uncle, kau lihat sahabat putramu ini. Dia pulang dan mencari Kak Sean. Padahal Uncle tau sendiri kalau mereka bekerja dalam satu kantor."Tapi Lucas justru membentak Natasya. "Heh, diam kau! Kalau aku tau mana mungkin aku bertanya!" Di antara mereka memang tidak ada kecocokan. Keduanya seperti tikus dan kucing yang selalu saja berantem."Lucas, benar apa kata Natasya. Sean

  • Gadis Bercadar Tawanan Mafia Tampan   Chapter 59.

    Foto kebersamaanya dengan Adnan saat mereka pacaran dulu. Saat di pantai Adnan memintanya untuk foto bersama sebagai kenang-kenangan. Naura tidak menyangka kalau itu keinginan terakhirnya dan foto itu benar-benar menjadi kenang-kenangan yang abadi."Maafkan aku, Nan. Tapi aku nggak mau terus terbayang-bayang masa lalu kita! Aku tau kamu pasti kecewa tapi aku harus bangkit! Aku harus melanjutkan hidup! Semoga kamu bahagia di alam sana." Foto itu Naura sobek dengan tatapan kosong.Sisa sobekan itu dia genggam dan remas dengan kuat.Dengan semangat baru pagi harinya Naura melakukan aktifitasnya seperti biasa, menaiki sebuah taksi tak akan mengantarkan dia ke kampus. Dan ketika sampai di sana, Naura turun untuk membayar tapi pandangannya tak sengaja pada Jhoni yang berjalan dari halaman kampus.Anak buah bertubuh kekar itu menunduk sambil melihat tangannya ke dada memberi salam."Kamu, kamu yang mengantar Natasya berangkat? Bukan dia?"

  • Gadis Bercadar Tawanan Mafia Tampan   Chapter 60.

    "Mau pesan apa, Tuan?" Pelayan siap mencatat pesanan meraka."Kau mau pesan makanan apa?" Sean bertanya pada Natasya."Aku mau steak dan jus lemon. Tapi aku juga mau ice cream." "Dan kau?" Pandanganya Sean teralih pada Naura yang terlibat bingung. Baru pertama kalinya dia menginjakkan kaki di tempat mewah seperti itu."Samakan saja dengan kalian.""Ok, aku pesan tiga steak dan tiga jus lemon.""Baik, Tuan. Ditunggu pesanannya." Tapi ketika pelayan itu beranjak pergi, Sean bangun lalu mengejarnya."Pelayan tunggu!" Dia bicara lirih dengannya yang dipanggil oleh si pelayan."Baik, Tuan."Memesan tiga porsi steak dan tiga jus lemon Sean duduk santai sambil memainkan ponselnya sembari menunggu pesanan itu datang.Tak lama setelah itu dia orang pelayan mengenakan baju berwarna hitam putih datang membawa pesanan itu. "Permisi pesanan anda sudah siap, Tuan."Kini makanan itu siap tersaji di

  • Gadis Bercadar Tawanan Mafia Tampan   Chapter 61.

    "Sebenarnya aku ingin Sean segera menikah, mengingat usia dia yang sudah cukup!""Kau benar, Uncle. Mungkin dengan menikah Sean lebih bisa menata hidupnya."Saat itu juga Sean pulang bersama Natasya, mereka keluar dari dalam mobil sambil tertawa-tawa. Tuan George dan Lucas baru pernah melihat Sean sebahagia itu.Namun tawa Sean terhenti saat melihat Daddy dan sahabatnya itu memandangnya di depan rumah."Sore, Dadd.""Dari mana saja kalian?"Tak mau sepupunya itu disalahkan, Natasya justru yang menjawab. "Kak Sean habis mengantar aku beli buku, Uncle.""Permisi." Usai mengucapkan itu Natasya menyelinap masuk. Kini tinggal Sean yang berdiri kikuk di hadapan tuan George."Aku ..., aku mandi dulu, Dadd.""Setelah itu Daddy ingin bicara denganmu!" Sean mengangguk.Di dalam kamar perasaanya mendadak tidak enak melihat wajah Daddy-nya yang terlihat serius tanpa senyum.Sean merebahkan tubuhny

  • Gadis Bercadar Tawanan Mafia Tampan   Chapter 62.

    "Kemana Natasya! Tumben jam segini belum datang." Sesekali Naura melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Dia yang kini duduk di taman kampus merasa ada sesuatu yang terjadi dengan tamannya itu. "Lebih baik aku telepon dia sekarang." "Halo." Natasya menjawab panggilan itu dengan suara serak. Rupanya gadis bermata biru itu sakit setelah merasakan udara dingin akibat hujan kemaren. "Ya Allah, kamu sakit? Pantas aku cari kamu nggak ada di kampus." "Iya, Nau. Tubuhku sakit sekali! Kau semangat belajar, Ok." Naura mendengkus kesal. Pasalnya dia tidak ada teman yang lebih dekat dengannya. "Ya udah deh, kamu cepat sembuh yah, aku kesepian nggak ada kamu." "Doakan aku cepat sembuh, Nau. See you." Panggilan ditutup. Sepi rasanya Naura duduk sendirian, tiba-tiba seorang pemuda duduk di sampingnya sambil makan makan jeruk. Naura sempat melirik dan dilihat oleh pemuda itu. "Kenap

  • Gadis Bercadar Tawanan Mafia Tampan   Chapter 63.

    "Kemana Natasya! Tumben jam segini belum datang." Sesekali Naura melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Dia yang kini duduk di taman kampus merasa ada sesuatu yang terjadi dengan tamannya itu. "Lebih baik aku telepon dia sekarang." "Halo." Natasya menjawab panggilan itu dengan suara serak. Rupanya gadis bermata biru itu sakit setelah merasakan udara dingin akibat hujan kemaren. "Ya Allah, kamu sakit? Pantas aku cari kamu nggak ada di kampus." "Iya, Nau. Tubuhku sakit sekali! Kau semangat belajar, Ok." Naura mendengkus kesal. Pasalnya dia tidak ada teman yang lebih dekat dengannya. "Ya udah deh, kamu cepat sembuh yah, aku kesepian nggak ada kamu." "Doakan aku cepat sembuh, Nau. See you." Panggilan ditutup. Sepi rasanya Naura duduk sendirian, tiba-tiba seorang pemuda duduk di sampingnya sambil makan makan jeruk. Naura sempat melirik dan dilihat oleh pemuda itu. "Kenap

  • Gadis Bercadar Tawanan Mafia Tampan   Chapter 64.

    Ternyata sampai pagi memang Naura belum pulang. Bu Ningrum mendatangi kampus untuk menanyakan keberadaan putrinya.Pak Dosen yang mengajar mengatakan kalau dari kemaren gadis itu tidak mengikuti pelajaran kuliah. Pernyataan itu membuat bu Ningrum semakin cemas."Ya Allah, terus Naura sekarang di mana, yah?""Saya sendiri tidak tau, Bu. Saya mengira kalau Naura memang tidak berangkat kuliah karena ada urusan ? Apa mungkin dia pergi dengan Natasya? Pasalnya dari kemaren dia juga tidak berangkat ke kampus.""Natasya, oh jadi Natasya juga tidak berangkat?" Secercah harapan kala dosen mengatakan teman yang biasa dengan putrinya pun tidak masuk kuliah, bu Ningrum berfikir kemungkinan besar putrinya ada bersama Natasya."Betul, Bu. Dari kemaren Natasya tidak masuk kuliah. Coba ibu tanyakan saja padanya.""Baik, Pak. Kalau begitu saya permisi."Sambil berjalan pulang bu Ningrum berusaha menghubungi teman putrinya itu, tapi seper

Latest chapter

  • Gadis Bercadar Tawanan Mafia Tampan   Chapter 110

    "Atau jangan-jangan kau belum bisa move one darinya?" Naura dibuat salah tingkah oleh ucapan Sean. "Apa maksud kamu? Aku bukan berniat untuk mengingat Adnan lagi tapi ..., tapi wanita itu_" ucapannya itu seperti tercekat di tenggorokan. Sean semakin penasaran. "Wanita? Siapa yang kau maksudkan?" Sambil menahan sebak di dada Naura berusaha mengatakan semuanya pada Sean. "Tadi ada seorang wanita datang ke sini dan mengatakan kalau kamu ada hubungannya dengan foto Adnan dan seorang wanita di hotel waktu itu. Tapi aku tidak tau siapa namanya." Sean menyerkitkan bibirnya. Rupanya masih ada yang ingin bermain-main dengannya. Dia berusaha mendekati Naura dengan halus, berharap tidak ada perlawanan lagi darinya. "Baby kau dengar. Banyak sekali orang di luaran sana yang berusaha menjatuhkan kita. Jadi aku harap kau jangan mudah percaya dengannya." Naura sadar kalau masa l

  • Gadis Bercadar Tawanan Mafia Tampan   Chapter 109.

    "Mencari aku? Untuk apa kamu mencari aku?"Kate kembali menyunggingkan senyumnya. "Kau memang bodoh! Bisa-bisanya kau tertipu oleh suamimu sendiri."Degh!"Apa maksud kamu?" Perasaan Naura semakin tidak enak. Wajahnya seketika memucat dengan nafas memburu karena merasa wanita ini tau banyak tentang Sean."Asal kau tau! Demi mendapatkan-mu Sean rela melakukan apa saja, termasuk menuduh kekasihmu itu.""Kekasihku?" Pikiran Naura mengingat kembali kekasih siapa yang Kate maksudkan. Sedang dia hanya punya satu mantan kekasih yaitu Adnan."Iya, kekasihmu yang sudah mati itu!"Tidak salah lagi, yang Kate maksudkan adalah si Adnan. "Adnan, me_memang apa yang sudah Sean lakukan pada Adnan?" Suara Naura bergetar. "Kau ini benar-benar bodoh! Coba kau pikir secara logika apa mungkin kekasihmu itu melakukan itu dengan wanita lain?" Jauh dari lubuk hati Naura memang dia menolak kenyataan itu karena dia tau bagaimana sifat A

  • Gadis Bercadar Tawanan Mafia Tampan   Chapter 108.

    Pagi hari Sean yang masih menutup matanya sambil tengkurap menggerayangi tempat tidur mencari istrinya, tapi Naura tidak ada di sampingnya.Penasaran apa yang sedang dilakukan oleh istrinya Sean pun membuka matanya dan segera beranjak turun.Dia mengendus, menghirup bau masakan yang tidak pernah terhirup di pagi harim"Hem, wangi sekali masakan ini."Dalam hatinya sudah menebak-nebak kalau yang masak di dapur adalah Naura. Walau Sean suka dengan aroma masakan itu tetapi dia mengerutkan keningnya.Dia tidak pernah mengizinkan orang yang disayang terjun langsung ke dapur dan mempercayakan pada kedua asisten rumah tangganya yakni Hilda dan Yusa.Sean turun. "Pagi, Honey," sapa Naura sambil tangannya tak berhenti memegang pekerjaan dapur."Sedang apa kau di sini?""Bikin nasi goreng! Kamu pasti suka nasi goreng buatanku.""Nasi goreng?" Rasanya nama itu tidak asing bagi Sean tapi dia belum pernah memakannya

  • Gadis Bercadar Tawanan Mafia Tampan   Chapter 107.

    "Kalian berdua sudah siap?""Tunggu sebentar, Honey." Naura berdiri sesaat melihat bangunan tua rumahnya. Rumah sederhana itu penuh dengan kenangan bersama sang ayah yang telah lama tiada. Hari ini dia harus ikut Sean ke kota untuk tinggal di istananya.Naura tak mungkin meninggalkan ibunya sendirian oleh karena itu dia mengajak bu Ningrum juga ikut ikut tinggal di sana.Sementara Jhoni sudah menunggu di dalam mobil. Sean mendekatinya dan memeluk Naura dari samping. "Aku tau ini tidak mudah untukmu, tapi aku yakin kalau Ayah pasti setuju dengan keputusanku." Naura menunduk sambil menahan air mata yang akan terjatuh."Kita berangkat sekarang." Karena Sean merasa dia akan lebih mudah untuk mengawasi dan melindungi keluarga barunya ini. Naura dan ibunya akan aman tinggal bersamanya.Mereka lalu berangkat ke istana Alexander dalam satu mobil yang dikendarai oleh Jhoni.Sekitar 15 menit mereka sampai di sana. Bu Ningrum membelalakkan matanya saat melintasi sebuah istana yang begitu besar

  • Gadis Bercadar Tawanan Mafia Tampan   Chapter 106.

    "Kau serius?" Tuan besar George mengangguk. "Iya, aku serius! Maafkan Daddy-mu ini, Nak." Sambil menahan rasa haru mereka mendekat satu sama lain dan berpelukan.Saat itu juga Naura keluar. "Hon, aku ..." Ucapannya terhenti saat melihat dua pria itu berpelukan. Dirinya yang baru saja selesai mandi kehilangan suaminya yang tidak ada di kamar, oleh karena itu Naura keluar untuk memastikan dimana Sean berada.Mendengar suara Naura datang mereka segera melepas pelukannya. Keduanya terlihat malu."Em, Babby. Kau sudah selesai mandi?" Naura menggeleng heran kenapa tuan George ada di sini. Kenapa mereka berpelukan, apakah mereka sudah baikan? Lalu apa tuan George mau menerima dirinya?Banyak sekali pertanyaan yang menaungi pikiran Naura saat ini."Kalian sedang apa di sini?""Kemari." Sean menyuruh Naura mendekat, tapi sepertinya dia masih ragu."Babby kemari." Wanita itu tidak melangkahkan kakinya sama sekali.

  • Gadis Bercadar Tawanan Mafia Tampan   Chapter 105.

    "Uncle, kau di sini?" Lucas terlihat gelagapan memandang wajah tuan besar George yang terlihat tak bersahabat. Sepertinya dia tau kalau hari ini putranya menikah padahal Sean sengaja tidak memberitahukannya."Dimana Sean?" Lucas hanya diam. Dia menoleh sesaat pada Natasya yang juga bingung harus berbuat apa. Terpaksa tuan George mengulang pertanyaannya kembali sambil menunjuk ke wajah Lucas."Aku bilang dimana Sean? Kau jangan coba-coba menyembunyikan dia dariku. Aku tau sekarang dia ada dimana." Pria tua itu bergegas untuk pergi, Lucas dan Natasya berusaha mencegah, berusaha bicara baik-baik dengannya tapi tuan George sama sekali tidak menghiraukan panggilan itu.Mereka hanya takut kalau tuan besar George berbuat semena-mena di sana dan mengganggu kebahagiaan pengantin baru."Eh, Uncle. Tunggu! Kau mau kemana?""Uncle dengarkan aku dulu!""Kalian dan Sean sama saja! Aku benci pada kalian. Aku yakin kalian pasti tau dimana Sean.

  • Gadis Bercadar Tawanan Mafia Tampan   Chapter 104.

    "Sssttt! Hei, kenapa kau berteriak?" Sean menyunggingkan senyumnya. Wajah Naura tampak memucat saat Sean mendekatkan wajahnya untuk mencium. Dia begitu grogi dihadapkan dengan seorang laki-laki dalam satu kamar.Secepat mungkin dia mencari alasan untuk menutupi kegugupannya itu. "Aku tadi ..., aku anu ..., em aku ..., aku mau ke toilet dulu. Iya, ke toilet dulu." Tanpa permisi wanita itu beranjak dari hadapan Sean dan masuk ke dalam kamar mandi. Sean tertawa sambil menggeleng karena tau kalau istrinya itu sedang salah tingkah.Dengan nafas yang memburu Naura berdiri di depan cermin sambil melihat pantulan dirinya sendiri. Menahan senyumnya saat merasakan sentuhan jari kokoh di lengan tangannya."Ya Allah, bagimana ini. Apa aku harus ..." Padahal dia tau kalau itu kewajiban istri terhadap suaminya. Naura merapikan dirinya sebelum keluar menemui suaminya."Hufh! Bismillah, aku pasti bisa!"Dengan malu-malu dia keluar kamar mandi, tapi yang

  • Gadis Bercadar Tawanan Mafia Tampan   Chapter 103.

    "Saya terima nikah dan kawinnya, Naura binti Bapak Danu Atmaja dengan mas kawin tersebut dibayar. Tunai." "Bagaimana saksi. Sah?" Hanya sekali tarikan nafas Sean berhasil mengucapkan ijab qobul dengan suara lantang terdengar sampai ke dalam kamar. Naura menghela nafas lega dengan mata yang berkaca-kaca. "Alhamdulillah ya Allah. Alhamdulillah engkau mudahkan semua urusan kita. Semua yang terjadi atas kehendak mu, ya Allah." Selalu saja wanita itu melibatkan Tuhannya dalam segala urusan dia. Perias masuk dan meminta Naura untuk keluar, dia mengikuti di belakang sambil membawakan buntut gaun yang menjuntai. "Shit!" ucap Sean sambil menyerkitkan bibirnya melihat istrinya datang bak bidadari yang turun dari syurga. Gaun putih dengan cadar transparan berwarna senada membuat dia terlihat begitu cantik sampai membuat Sean mengeluarkan keringat dingin. Wanita itu duduk di samping sang ma

  • Gadis Bercadar Tawanan Mafia Tampan   Chapter 102.

    "Kalau begitu Aunty tentukan saja tanggal pernikahannya, aku pasti setuju.""Izinkan Ibu untuk bicara dengan Pak Kyai Hanif terlebih dahulu untuk menentukan tanggal kalian menikah." Sean mengangguk, tak sabar rasanya menunggu hari itu datang.Pak Kyai Hanif mengatakan, lebih cepat lebih baik, bukankah Sean sudah punya segalanya? Lalu untuk apa mereka mengulur waktu yang hanya akan membuat fitnah untuk Sean dan Naura.Maka pesta pernikahan itu akan di laksanakan dua hari lagi. Sean dan Naura begitu bersemangat mempersiapkan segala sesuatunya."Kau tau Babby? Kalau aku sudah tidak sabar menunggu dua hari lagi," ucap Sean pada sambungan telepon."Serius?""Apa kau masih tak percaya denganku?" Mereka terdengar begitu romantis."Setelah kau resmi menjadi istriku, aku akan membawamu dan mertuaku pulang ke rumahku."Tiba saat itu datang dimana di kediaman pak Danu sudah dihiasi dengan dekorasi pernikahan bernuansa puti

DMCA.com Protection Status