Raut wajah Fadhil terlihat rumit, ada kesedihan dan kemarahan dalam tatapan matanya.Awan merasa ada yang tidak beres, karena itu ia bertanya lebih lanjut, "Katakan, apa yang sebenarnya terjadi?"Fadhil menarik napas dalam dan membuangnya secara perlahan. Sepertinya, karena peristiwa beberapa waktu terakhir cukup menguras emosinya."Mungkin kamu tidak mengingat ini. Dulu, setelah kematian Angku Abu Fikri, kakekmu. Angku Adli Fikri segera memutuskan pensiun setelahnya, sebagai ketua klan Atmaja. Saat itu, ia sengaja menetap di kampung ini.""Itu semua bukan tanpa alasan, bukan hanya sekedar ingin menikmati masa tua beliau dan bernostalgia di kampung kelahirannya, bukan! Melainkan untuk menjaga sebuah pusaka.""Pusaka?" Kening Awan berkerut heran. Pusaka seperti apa yang membuat saudara kembar kakeknya itu sampai rela meninggalkan klannya dan menetap di kampung ini?"Iya. Pusaka itu dikenal dengan nama pusaka raja harimau.""Pusaka Raja Harimau?" Seru Awan terkejut. Pikirannya dengan
"Lalu, kenapa kalian tidak memberitahuku atau klan kita sebelumnya?"Di titik ini, Fadhil hanya bisa tersenyum tidak berdaya. Ia berkata, "Bukannya aku tidak ingin memberitahu kamu atau klan tentang masalah ini, sob.""Tapi, kamu kondisinya sedang begini! Selain itu, masalah ini tidak ada sangkut pautnya dengan urusan klan. Kami tidak ingin memberi klan beban yang tidak seharusnya dipikul."Awan terlihat kesal, "Lalu, kamu anggap apa klan kita ini, Dhil? Bukankah kalian masih bagian dari klan? Masalah kalian juga akan menjadi masalah klan. Aku akan memberitahu paman Joe dan meminta bantuan."Awan sudah mengeluarkan ponselnya dan bersiap menghubungi paman Joe.Buk.Fadhil bergegas berlutut di depan Awan, "Awan, ku mohon jangan kamu lakukan itu!" Pintanya memohon."Berdirilah! Jangan begini. Kamu kenapa, Dhil?" Tanya Awan tidak mengerti dengan sikap keras kepala Fadhil.Fadhil tidak mau berdiri dan berkata, "Aku akan tetap berlutut, sampai kamu berjanji untuk tidak melibatkan klan Atmaj
Praktis, hanya Aldo yang bisa di ajaknya bicara siang itu."Apa kamu masih belum bisa mengingat masa lalu mu, sob?"Awan menggeleng tidak berdaya, "Justru kedatanganku kali ini, ada hubungannya dengan pemulihanku."Lebih lanjut, Awan menjelaskan kalau dia mendapat petunjuk untuk menemukan pusaka saja. Tapi, ia belum yakin jika pusaka yang dimaksud adalah pusaka raja harimau. Namun, petunjuk itu dengan jelas mengarahkannya ke kampung ini.Ketika Aldo mendengar Awan menyebutkan pusaka raja harimau, ia menatap Fadhil dan menebak jika Fadhil telah menceritakan apa yang terjadi di kampung mereka pada Awan sebelumnya.Ia tidak mempermasalahkannya.Hanya saja, sama seperti Fadhil, Aldo juga tidak tahu dimana dan seperti apa pusaka raja harimau itu sebenarnya."Angku Rahmad atau Angku Jaludin mungkin lebih tahu. Karena beliau berdualah yang paling lama menemani datuk Adli dulunya."Aldo tiba-tiba bangkit, "Kamu tunggu di sini bersama Fadhil, biar aku yang menemui dan membawa mereka ke sini."
"Kami berdua juga tidak tahu persis, seperti apa pusaka raja harimau yang dimaksud oleh mendiang kakekmu. Tapi, baik Datuk Abu maupun Datuk Adli, pernah berkata jika pusaka itu berada di dalam bukit larangan. Itu adalah pusaka raja harimau, raja yang menguasai hutan larangan." Terang angku Rahmad pada Awan.Ini sudah larut malam, saat mereka berkumpul di rumahnya Aldo. Di sana cuma ada mereka berlima, Awan, Aldo, Fadhil, angku Rahmad dan angku Jaludin. Angku Rahmad dan angku Jaludin, tidak berani menunda barang sedetik pun, begitu mengetahui jika Awan sedang mencari informasi tentang pusaka raja harimau.Kedua kakek Awan sudah lama meninggal. Sebagai pewaris mereka, Awan berhak tahu. Jadi, mereka langsung mengikuti Aldo untuk menemui Awan, meski kondisi mereka saat itu masih belum pulih.Awan tercenung beberapa saat lamanya dan bertanya, "Apa kakekku tidak pernah menunjukkan atau menyebutkan petunjuk lain tentang pusaka ini, Angku?"Angku Jaludin menjawab, "Tidak ada yang tahu, bahka
"Mungkin karena kamu kehilangan ingatan saat ini, jadi kamu tidak bisa mengingatnya. Tapi, tentunya kamu sudah pernah mendengar bahwa dulunya kamu mewarisi kekuatan raja harimau, yang bernama Gumara.""Ini adalah kekuatan raja penguasa hutan larangan. Kekuatan besar yang sulit dicari tandingannya, namun sering juga dengan resiko tinggi bagi mereka yang mewarisi kekuatannya. Kamu mungkin tidak mengingatnya, tapi kami yang ada di sini sudah melihat betapa mengerikannya kekuatan Gumara saat pertarungan besar di manor Sanjaya beberapa bulan yang lalu.""Penguasa the Shadow yang sudah hampir mencapai level dewa saja, masih tidak sanggup menghadapi kekuatan Gumara.""Saat ritual pembangkitan Gumara dalam dirimu. Kakekmu sengaja tidak menyebutkan tentang pusaka ini padamu.""Karena, kalau saja kamu saat itu mengetahui dan sampai mendapatkan pusaka raja harimau dengan kekuatan Gumara yang sebesar itu, mustahil untuk bisa menghentikannya.""Sekarang, Gumara sudah lenyap. Masalahnya, apa pusaka
Semuanya tampak gelap dan hanya cahaya purnama yang menjadi satu-satunya sumber cahaya di tengah malam nan gelap.Saat Awan melewati tempat ini, semuanya tampak sudah hancur dan hampir tidak bersisa. Kampung yang semula ramai, kini tampak sangat lengang. Di mana semua orang? Apa yang terjadi dengan kampung ini?Jantung Awan berdesir cemas, ia buru-buru menyusuri seluruh isi kampung dan tidak menemukan satu pun penduduk di sana.Awan mulai panik dan berteriak memanggil semua orang."Nisa.""Chiya.""Aldo.""Fadhil.""Di mana kalian?"Lebih dari setengah jam Awan berteriak, hingga suaranya parau dan nyaris habis. Tapi, masih tidak menemukan satupun penduduk.Matanya mulai memerah dan menangis, ia takut terjadi sesuatu yang buruk menimpa mereka semua. Ia berlarian seperti orang gila menelusuri semua tempat.Hingga, langkah kakinya sampai di hutan larangan.Awan tercengang dan napasnya sesak.Di depannya terbaring puluhan jasad para penduduk desa."Tidak!" Awan syok! Sulit untuk memperc
"Raja, anda akhirnya kembali?"Dari belakang Awan, suara seorang wanita datang menyapanya.Awan perlahan mengangkat wajahnya. Ia gelagapan, karena semua mayat yang tadi dilihatnya, sudah tidak ada.Awan bersimpuh seorang diri, tepat di kaki hutan larangan. Tidak ada mayat, tidak ada darah. Hanya dia yang ada ada di sana.'Apa yang terjadi?' Pikir Awan terkejut.Ia segera bangkit dan berbalik. Tidak jauh di belakangnya, Awan melihat seorang wanita telah berdiri dan menatapnya dengan tatapan teduh dan terasa begitu akrab.Siapa dia?Wanita tersebut memiliki kecantikan yang luar biasa, setara dengan Annisa ataupun Amanda. Hanya saja, pakaian yang dikenakannya sedikit tidak wajar.Kenapa dikatakan tidak wajar?Wanita tersebut mengenakan kain loreng yang hanya menutupi bagian dada dan bagian pusar ke bawah, sampai batas selutut. Wanita tersebut berkulit kecoklatan, namun itulah yang membuat nilai kecantikannya terlihat sempurna. Selain itu, ada tahi lalat tipis di tengah dagunya.Ini perta
Pikiran Awan langsung terikat dengan sosok harimau besar yang dilihatnya ketika datang ke kampung ini pertama kali. Lalu, mereka bertemu kembali saat Awan sedang berada di rumah Aldo. 'Ternyata itu nyata, bukan ilusi!'"Tapi, bagaimana bisa? Kamu, terlihat sama sepertiku?" Ujar Awan sulit mempercayainya.Andini hanya tertawa tipis, "Kamu juga bisa melakukannya."Andini tidak perlu menjelaskannya dengan kata-kata, ia melompat ke udara dan selanjutnya yang dilihat Awan adalah empat kaki besar dan berbulu menapak di atas tanah. Itu sangat cepat dan yang berdiri di hadapan Awan saat ini adalah sosok harimau besar yang pernah ia lihat sebelumnya.Awan terkejut dan mundur beberapa langkah, mengira jika harimau tersebut akan membahayakan dirinya.Namun, satu yang tidak disangka oleh Awan adalah harimau tersebut bisa berbicara seperti manusia."Jangan takut! Aku tidak akan menyakitimu." Itu adalah suara Andini?'Jadi, ini benaran Andini?' Tanya Awan dalam hati."Tentu saja, ini aku! Memang
Satu setengah tahun kemudian.Tiga istri Awan, Annisa, Amanda dan Calista, tampak sedang cemas menunggu di luar kamar di rumah tuo, kampung halaman Awan. Di tengah mereka, tampak dua orang balita yang sedang digendong oleh Annisa dan Calista, sementara Amanda tampak sedang bermain dengan kedua balita berjenis kelamin perempuan tersebut dengan sesekali mencubit gemas pipi keduanya.Kalian mungkin bertanya-tanya, di mana Rhaysa alias Raine? Awan belum berhasil melamarnya hingga detik ini. Awan pernah mencoba melamar Raine setengah tahun yang lalu. Hanya saja, lamarannya langsung ditolak. Ratu Samudera memberikan syarat yang sangat berat jika Awan ingin melamar putrinya, yaitu Awan harus berada di level Divine atau dewa terlebih dahulu. Hasilnya, Awan telah berjuang keras di selama berada di tanah dewa untuk terus meningkatkan kemampuannya. Meski begitu, sepertinya ia masih harus bersabar untuk bisa melamar Raine.Kembali ke ruang tamu, rumah tua Awan.Tidak sama seperti Amanda yang terl
Rombongan Cakar Hitam mencibir ucapan Awan yang dinilai terlalu berani dan tidak bercermin, siapa lawan yang akan ia hadapi. Sementara, Datuk Cakar Putih dan bangsa harimau Bukit Larangan lebih mencemaskan nasib Awan. Mereka masih mengira. jika Awan hanya mengandalkan kekuatan warisan Gumara. Itu semua tidak akan cukup untuk menghadapi Cakar Hitam. "Uda!" Andini menarik ujung baju belakang Awan dan terang-terangan menunjukkan kekhawatirannya. Namun, Awan hanya tersenyum cuek dan memintanya untuk tidak perlu khawatir. Entah karena kalimat yang diucapkan Awan padanya atau cara penyampaian dan ketenangan yang ditunjukkan oleh Awan, membuat Andini merasa jauh lebih tenang dan merasa bisa mempercayai Awan. Roaaar! Cakar Hitam melompat ke depan dan tibat-tiba saja, ia sudah berubah wujud menjadi harimau besar dengan belang hitam di sekujur tubuhnya. Untuk bisa mengalahkan Awan, Cakar Hitam sudah bertekad untuk mengerahkan seluruh kekuatan dan berubah menjadi wujud terbaiknya. Cakar H
Wajah Taring Hitam seketika memerah panas melihat sikap Andini yang dengan terang-terangan menjatuhkan dirinya ke dalam pelukan seorang pria asing seperti Awan. Ia telah mengagumi Andini sejak lama, bagaimana ia bisa menerima, wanita yang disukainya bermesraan dengan pria lain tepat di depan hidungnya? Tidak peduli, apa pria itu dicintai Andini atau tidak. Bagi Taring Hitam, hanya dialah yang pantas menjadi pasangan Andini. Dia tidak habis pikir dengan sikap bodoh Andini, bagaimana ia bisa memilih seorang pria yang bukan apa-apa jika dibanding dirinya? Dia kuat dengan seluruh tubuh dipenuhi oleh otot-otot baja. Selain itu, dia adalah seorang pangeran dengan masa depan cerah. Bersamanya, Andini pasti akan jauh lebih bahagia. Bangsa harimau rata-rata memiliki tubuh yang besar dan berotot. Sehingga melihat tubuh Awan yang biasa, membuat Taring Hitam menilainya sebagai sosok yang sangat lemah. Dengan tatapan penuh kecemburuan dan kebencian, Taring Hitam akhirnya tidak bisa lagi menaha
Tatapan Cakar Hitam menjadi dingin dan tidak lagi menunjukkan keramahan pura-puranya, "Cakar Putih, apa kamu tahu konsekuensi dari pilihanmu hari ini?" Sambil menekan rasa gugup dalam hatinya, Datuk Cakar Putih berusaha tersenyum tenang dan berkata, "Keputusan kami bersifat final dan anda bisa kembali." "Kamu?" Kilat kemarahan terbesit di mata Cakar Hitam dan tiba-tiba saja ia sudah menghilang dari tempat ia semula berdiri. Wus! Terlalu cepat! Datuk Cakar Putih terkesiap. Meski ia sudah menduga reaksi akhir dari Cakar Hitam. Namun, gerakannya terlalu cepat untuk bisa ia ikuti dan detik berikutnya, Cakar Hitam sudah muncul tepat di depan Datuk Cakar Putih dan melayangkan sebuah serangan yang tidak bisa ditahannya. Braaak. Datuk Cakar Putih tidak bisa menahan pukulan itu sepenuhnya dan membuatnya terbang membelah barisan pasukan di belakangnya. "Datuk Cakar Putih?" Pekik orang-orang tertahan dan terkejut melihat keberanian Cakar Hitam yang telah menyerang tetua mereka tepan dih
Suasana di alam bangsa harimau tampak tegang dan semua penjaga perbatasan memasang wajah serius dan penuh waspada.Awan sengaja menyamarkan penampilannya dan mengeluarkan aura harimau yang ada di dalam tubuhnya dan membuat ia berhasil membaur dengan para penduduk bangsa harimau tanpa ketahuan. Setelah kedatangannya terakhir kali ke tempat itu, Awan memiliki memori yang sangat tajam tentang semua sudut tempat ini, yang memungkinkannya bisa berpindah kemanapun yang ia inginkan.Tidak lama setelah kedatangan Awan, rombongan Taring Hitam juga datang bersama ayah, para tetua dan juga puluhan prajurit terbaik bangsanya.Taring Hitam tampak tidak main-main dengan ancamannya. Hal itu, membuat gelisah bangsa harimau yang tinggal di Bukit Larangan.Para petinggi yang dipimpin oleh Datuk Cakar Putih tampak serius membahas masalah ini di aula tetua."Datuk, kita tidak bisa membiarkan mereka mendapatkan apa yang mereka mau. Bagaimanapun, raja sedang tidak ada di sini dan kita semua berkewajiban me
Seminggu yang lalu, ada sekolompok orang asing yang datang ke Kampung Tuo. Anehnya, mereka melewati batas Kampung Tuo begitu saja dan ternyata, tujuan mereka adalah kampung mistis yang ada di Bukit Larangan, tempat di mana bangsa harimau tinggal. Kelompok ini dipimpin oleh seorang pemuda bernama Taring Hitam, putra dari raja harimau Cakar Hitam yang berasal dari gunung Medan. Tujuan mereka datang, karena Taring Hitam yang sudah cukup usia untuk menikah, menginginkan Andini sebagai istrinya. Meski mereka tahu bahwa Andini adalah pasangan yang disiapkan untuk raja. Hanya saja, bangsa harimau dari gunung Medan ini tahunya bahwa raja Gumara telah lama tiada dan tidak memiliki pewaris sama sekali. Hal itu, coba dimanfaatkan oleh Taring Hitam untuk mendapatkan Andini. Taring Hitam yang terpesona dengan kecantikan Andini, ketika berkunjung ke bukit Larangan beberapa tahun lalu, berniat menjadikan Andini sebagai miliknya dan begitu ia mencapai usia layak menikah, Taring Hitam langsung me
Fikri dan Purnama yang semula berdebat, bahkan sampai berhenti dan tercengang mendengar wanita pujaan mereka dilamar oleh pria lain, tepat di depan mereka. Bagaimana mungkin mereka menerimanya?Jika pria lainnya, mungkin akan diam. Namun, mereka tidak mungkin bisa membiarkan ada lelaki lain merebut wanita yang mereka idamkan dari tangan mereka."Hei, bung! Apa maksudmu melamar dokter Nisa siang hari bolong begini?""Apa kamu tahu, siapa dokter Annisa? Sepuluh kamu, tidak bisa dibandingkan dengan seorang dokter Nisa.""Lebih baik kamu pergi dari sini! Atau kami akan memanggil satpam untuk mengusirmu."Ujar Fikri dan Purnama yang kali ini bisa kompak. Melihat reaksi keduanya, Awan cukup terkejut dan selanjutnya justru terkekeh geli. Ia melihat keduanya tidak ubahnya seperti badut yang sedang membuat pertunjukan.Awan melirik Annisa sekilas untuk menanyakan siapa mereka dan tampak balasan wajah jengah Anisa dan ketidakberdayaannya. Annisa membisikan identitas keduanya ke telinga Awan.
Rumah sakit umum ASA.Meski terletak di lokasi terpencil karena berada di bawah kampung Tuo dan lokasi yang jauh dari kabupaten, ditambah akses jalan ke sana yang tidak selebar jalan kabupaten. Kenyataannya, rumah sakit ini memiliki fasilitas medis yang sangat lengkap dan tidak kalah dengan rumah sakit yang berstandar internasional sekalipun. Sebuah alasan yang membuat rumah sakit ini banyak dihuni oleh tenaga medis terampil dan membuat reputasinya cepat terkenal hingga ke berbagai daerah di ranah Minang. Ditambah, kepala rumah sakit dan sekaligus menjadi dokter spesialis bedah di sana merupakan seorang wanita berparas cantik dan terkenal dengan keramahannya, Dr. Annisa Azzahra, Sp.B.Meski terkenal dengan keramahannya, sebagai penanggung jawab rumah sakit, Dokter Nisa menerapkan standar tinggi bagi tenaga medis yang bekerja di rumah sakitnya. Semua itu tentu saja sepadan dengan gaji tinggi yang mereka terima selama bekerja di sana. Banyak yang memuji dan banyak juga pihak yang mera
Setelah sekian lama, Awan kembali melihat tangis mama angkatnya tersebut. Namun kali ini, bukan tangisan yang membuatnya kehilangan kembali akal sehatnya. Itu adalah tangis kerinduan dan juga kebahagiaan. Tangis kerinduan seorang ibu yang telah lama tidak berjumpa dengan anaknya. Awan membiarkan Lina menumpahkan segala tangisannya dalam pelukan Amanda seraya memberi kode pada Amanda dan syukurnya, Amanda cukup peka dengan keadaan tersebut. Ada sekitar sepuluh menit lamanya, Lina menumpahkan tangis kebahagiaannya dalam pelukan Amanda. Sampai, Lina tersadar kembali dan mengurai pelukan mereka. "Maaf ya, nak. Tante terlalu sentimentil, kamu terlalu mirip dengan..." "Tidak apa-apa, ma." Sebelum Lina menyelesaikan kalimatnya, Amanda sudah lebih dulu menyelanya. Ia sekarang mengerti alasan Awan membawanya kemari dan Amanda sama sekali tidak keberatan untuk menggantikan posisi Renata untuk sesaat dan memberi kebahagiaan untuk ibunya Renata. Selama arwah Renata masih bersamanya dahulu,