Maaf, baru pulang dari luar kota. Sehingga, hanya bisa nyicil 1 bab hari ini. Sampai jumpa besok, guys :)
Ansu berhasil melewati petugas hukum yang datang ke perusahaannya dengan sangat mudah, tanpa ketahuan sama sekali. Namun, bukan itu yang menjadi ancaman terbesarnya saat ini. Ansu lebih khawatir jika dirinya sampai ditemukan oleh Frans Royal.Karena itu, Ansu segera mengkoordinasikan seluruh orangnya untuk bisa mengesekusi rencana keduanya dan sekarang, ia bergegas menuju pelabuhan.Di sana, rencananya mereka akan berkumpul dengan semua orang yang telah masuk dalam daftar target penculikannya.Tidak masalah, ia gagal menjatuhkan perusahaan Awan kali ni. Selama ia bisa mendapatkan orang-orang terdekat Awan, Ansu berpikir akan bisa membalikkan keadaan dan menyerang Awan nantinya.Ansu bergerak dengan sangat cepat, dari gedung ke gedung tanpa disadari oleh orang-orang yang dilewatinya.Namun, sebelum ia sampai di kapal yang telah ia persiapkan, Ansu terpaksa berhenti. Kapal yang rencananya akan ia gunakan sebagai kendaraan pulangnya, ternyata telah diduduki oleh pihak lain. Tidak hanya
"Kesempatan terakhir! Sekarang hanya tersisa kalian bertiga. Aku tahu, kalian adalah satu keluarga. Jadi, kalian bisa memilih. Jujur atau kalian bertiga akan mati!" Cerca salah seorang pengawal Frans dengan seringai siap membunuh.Mendengar itu, Saras dan keluarganya semakin pucat. Mereka tidak ingin mati, karena itu mereka saling melirik satu sama lain. Tapi, seperti halnya Saras, Suami dan anaknya berada dalam pilihan yang berat saat ini.Plak!Bug!Halim dan putranya tersungkur ke lantai, saat dua orang pengawal menampar dan menendang mereka."Tuan muda kami tidak memiliki banyak kesabaran. Jadi, segera bicara! Jika tidak, kalian bertiga akan menyusul mereka yang telah dulu mati."Mendengar ancaman seperti itu, Saras merinding ketakutan. Dia masih bertahan karena berharap Ansu akan datang. Saras berpikir, bahwa Ansu akan dapat menyelamatkan mereka. Tapi, harapannya seperti sia-sia. Karena setelah sekian lama menunggu, Ansu sama sekali tidak datang untuk meyelamatkan mereka.Saras
Vinx bicara, namun suaranya terdengar tidak jelas dan putus-putus."Vinx, katakan apa yang terjadi? Bagaimana misinya?" Tanya Ansu tegang. Ia tidak menduga jika bawahannya sedang berada dalam situasi kritis saat itu."Bos.. ak.. $%%^$&^."Situasi di seberang sana benar-benar kacau dan membuat Ansu tidak bisa menebak dengan jelas apa yang sedang menimpa anak buahnya."Vinx?" Teriak Ansu."..Bos, larii..." Itu adalah kata terakhir dari anak buahnya, sebelum Ansu mendengar bunyi benda jatuh.Panggilan mereka jelas masih terhubung. Namun, Ansu tidak lagi mendengar suara anak buahnya di seberang sana dan ada kemungkinan jika Vinx sudah mati.Hal itu membuat kerutan di kening Ansu menjadi lebih banyak. Berbagai pikiran liar menggangu pikirannya dan semua itu bermuara pada satu kesimpulan, bahwa misi mereka telah ketahuan dan berhasil digagalkan."Tidak, ini tidak mungkin terjadi!" Gumam Ansu coba menolak untuk mempercayai kenyataan itu.Beberapa hari sebelumnya. Ansu mendapat laporan dari m
"Awan, aku sungguh-sungguh minta maaf." "Aku tidak tahu kalau kami akan diserang sebelumnya dan- dan... hiks." Gina terisak dan membayangkan saat mengerikan yang menimpa dirinya sebelumnya. "... dan seorang pria berjubah gelap tiba-tiba muncul di tengah jalan dan menghalangi laju kendaraan." "Aku tidak bisa melihat wajahnya, karena ia menggunakan penutup wajah." "Saat itu, mobilku melaju cukup kencang dan membuatku tidak bisa berhenti dan akhirnya, menabraknya." "Ta- tapi..." Gina merinding ngeri saat membayangkan apa yang terjadi selanjutnya. Karena pria berjubah yang ditabraknya tersebut, tidak hanya tidak terluka. Justru, mobil Jazz Gina dibuat terbalik. Seolah ia sedang menabrak sebuah besi besar. "Hanna, hiks.. dia- Pria itu menculik Hanna. Aku tidak bisa mencegahnya menculik Hanna." Ujar Gina terus saja menyalahkan dirinya. Gina menganggap, jika saja dirinya sigap dan tidak menabrak pria aneh tersebut, mereka tidak akan mengalami kecelakaan dan Hanna tidak mungkin diculik
Sebagai salah satu Ksatria Agung keluarga Malik, Ansu tidak hanya dikenal sebagai seorang ahli strategi perang. Namun, juga karena kecepatannya yang lebih unggul dari sembilan orang Ksatria Agung lainnya.Sehingga, tidak heran para pengawal Frans sama sekali tidak bisa mengejarnya. Jangankan menangkapnya, sekedar menyusul bayangannya pun, mereka tidak sanggup.Hal itu, membuat Ansu terlihat begitu percaya diri ketika melarikan diri ke arah selatan sambil membawa Hanna di atas pundaknya. Ansu sudah begitu senang dengan tangkapannya saat itu.Meski sebenarnya, ia bisa bisa saja membawa Gina dan Hanna sebelumnya untuk dijadikannya sandera.Hanya saja, memikirkan bahwa itu akan memperlambat pergerakannya. Ansu memutuskan untuk membawa satu yang menurutnya memiliki hubungan paling dekat dengan Awan saat ini.Tentu saja, ia tidak sekedar asal memilih. Melainkan, karena sebelumnya ia telah mempelajari kedekatan Awan dengan semua targetnya. Karena pertimbangan itu, Ansu tahu bahwa dari semua
"Nona Amanda. Aku sudah berbaik hati dan tidak mempermasalahkans seranganmu padaku sebelumnya. Namun, kamu bukan hanya tidak menghargai kebaikanku. Tapi juga telah berani menganggu urusanku.""Sekarang, demi kakek anda, serahkan wanita di tangan anda padaku, sekarang juga!""Maka aku akan berpura-pura bahwa semua ini tidak pernah terjadi dan menganggap bahwa kejadian ini tidak pernah ada sebelumnya.""Dan anda bisa pergi dari sini tanpa terluka, bagaimana?"Amanda tersenyum dingin, "Kamu mengancamku?"Amanda bisa melihat, jika Ansu meremehkannya dan sengaja menjadikan alasan kakeknya untuk mengampuninya.Bagi Amanda, betapa lucunya hal itu. Mungkin karena kemampuan Amanda tidak sama dengan kultivator pada umumnya. Di mana kemampuan dan level seorang kultivator, akan terlihat jelas dari aura yang mereka miliki. Namun, kasus Amanda dan keluarganya berbeda.Kekuatannya berhubungan erat dengan kekuatan peri yang mereka miliki. Dengan kata lain, kekuatan mereka baru akan terlihat saat mer
"Bagus, dengan begini aku tidak akan sia-sia bisa melawanmu. Aku akan menjadikanmu sebagai sandera sekalian." Teriak Ansu seraya melompat ke udara untuk menyerang Amanda.Melihat Ansu serius menyerangnya kali ini, Amanda seolah tidak terpengaruh dan berkata dengan santai, "Seolah kamu mampu saja melakukannya! Datanglah, akan ku buat kamu mengerti, apa akibatnya karena berani menculik adikku."Berbeda dari sebelumnya, pergerakan Ansu jauh lebih cepat dan tajam. Terutama dengan dua bilah senjata katar di tangannya. Setiap serangannya, bisa menimbulkan kerusakan yang sangat parah ke tubuh lawan dan bahkan bisa membunuh dalam sekejap.Serangan secepat itu, membuat Ansu begitu yakin jika kali ini, ia akan lebih mudah menjatuhkan Amanda. Karena itu, ia tidak langsung menargetkan titik vital ditubuh Amanda, karena berpikir bahwa wanita ini akan sangat berguna untuknya. Ucapan Abimana ketika acara ulang tahunnya waktu itu, yang menyebut Awan sebagai calon menantu keluarga Pitaloka, membuat A
Setelah selesai membuka segel terlarang dalam tubuhnya, penampilan Ansu benar-benar terlihat mengerikan.Seluruh tubuhnya menjadi hitam legam dan bahkan kedua bola matanya sekalipun, menjadi hitam sepenuhnya. Sekilas, ia bahkan terlihat tidak bernapas sama sekali. Namun, saat tatapannya tertuju pada Amanda, ia sudah menghilang begitu saja."Dia datang!" Ujar Marin, peri waktu, mengingatkan.Sama seperti sebelumnya, Amanda dapat melihat arah datangnya Ansu dengan begitu jelas, karena peran Marin yang bekerja melambatkan pergerakan waktu di sekitar Amanda. Sehingga, tidak peduli secepat apapun serangan lawan, Amanda akan melihatnya sebagai serangan lambat dan bisa membuat gerakan balasan dengan efektif.Namun, serangan Ansu kali ini membawa tekanan yang jauh lebih besar. Tidak hanya serangannya yang jauh lebih tajam, udara yang menyelimuti tubuhnya, seakan ikut terdistorsi dan mengikuti alur serangannya.Wosh.Krak!Amanda memang berhasil menghindari serangan Ansu seperti sebelumnya. Ha