Vinx bicara, namun suaranya terdengar tidak jelas dan putus-putus."Vinx, katakan apa yang terjadi? Bagaimana misinya?" Tanya Ansu tegang. Ia tidak menduga jika bawahannya sedang berada dalam situasi kritis saat itu."Bos.. ak.. $%%^$&^."Situasi di seberang sana benar-benar kacau dan membuat Ansu tidak bisa menebak dengan jelas apa yang sedang menimpa anak buahnya."Vinx?" Teriak Ansu."..Bos, larii..." Itu adalah kata terakhir dari anak buahnya, sebelum Ansu mendengar bunyi benda jatuh.Panggilan mereka jelas masih terhubung. Namun, Ansu tidak lagi mendengar suara anak buahnya di seberang sana dan ada kemungkinan jika Vinx sudah mati.Hal itu membuat kerutan di kening Ansu menjadi lebih banyak. Berbagai pikiran liar menggangu pikirannya dan semua itu bermuara pada satu kesimpulan, bahwa misi mereka telah ketahuan dan berhasil digagalkan."Tidak, ini tidak mungkin terjadi!" Gumam Ansu coba menolak untuk mempercayai kenyataan itu.Beberapa hari sebelumnya. Ansu mendapat laporan dari m
"Awan, aku sungguh-sungguh minta maaf." "Aku tidak tahu kalau kami akan diserang sebelumnya dan- dan... hiks." Gina terisak dan membayangkan saat mengerikan yang menimpa dirinya sebelumnya. "... dan seorang pria berjubah gelap tiba-tiba muncul di tengah jalan dan menghalangi laju kendaraan." "Aku tidak bisa melihat wajahnya, karena ia menggunakan penutup wajah." "Saat itu, mobilku melaju cukup kencang dan membuatku tidak bisa berhenti dan akhirnya, menabraknya." "Ta- tapi..." Gina merinding ngeri saat membayangkan apa yang terjadi selanjutnya. Karena pria berjubah yang ditabraknya tersebut, tidak hanya tidak terluka. Justru, mobil Jazz Gina dibuat terbalik. Seolah ia sedang menabrak sebuah besi besar. "Hanna, hiks.. dia- Pria itu menculik Hanna. Aku tidak bisa mencegahnya menculik Hanna." Ujar Gina terus saja menyalahkan dirinya. Gina menganggap, jika saja dirinya sigap dan tidak menabrak pria aneh tersebut, mereka tidak akan mengalami kecelakaan dan Hanna tidak mungkin diculik
Sebagai salah satu Ksatria Agung keluarga Malik, Ansu tidak hanya dikenal sebagai seorang ahli strategi perang. Namun, juga karena kecepatannya yang lebih unggul dari sembilan orang Ksatria Agung lainnya.Sehingga, tidak heran para pengawal Frans sama sekali tidak bisa mengejarnya. Jangankan menangkapnya, sekedar menyusul bayangannya pun, mereka tidak sanggup.Hal itu, membuat Ansu terlihat begitu percaya diri ketika melarikan diri ke arah selatan sambil membawa Hanna di atas pundaknya. Ansu sudah begitu senang dengan tangkapannya saat itu.Meski sebenarnya, ia bisa bisa saja membawa Gina dan Hanna sebelumnya untuk dijadikannya sandera.Hanya saja, memikirkan bahwa itu akan memperlambat pergerakannya. Ansu memutuskan untuk membawa satu yang menurutnya memiliki hubungan paling dekat dengan Awan saat ini.Tentu saja, ia tidak sekedar asal memilih. Melainkan, karena sebelumnya ia telah mempelajari kedekatan Awan dengan semua targetnya. Karena pertimbangan itu, Ansu tahu bahwa dari semua
"Nona Amanda. Aku sudah berbaik hati dan tidak mempermasalahkans seranganmu padaku sebelumnya. Namun, kamu bukan hanya tidak menghargai kebaikanku. Tapi juga telah berani menganggu urusanku.""Sekarang, demi kakek anda, serahkan wanita di tangan anda padaku, sekarang juga!""Maka aku akan berpura-pura bahwa semua ini tidak pernah terjadi dan menganggap bahwa kejadian ini tidak pernah ada sebelumnya.""Dan anda bisa pergi dari sini tanpa terluka, bagaimana?"Amanda tersenyum dingin, "Kamu mengancamku?"Amanda bisa melihat, jika Ansu meremehkannya dan sengaja menjadikan alasan kakeknya untuk mengampuninya.Bagi Amanda, betapa lucunya hal itu. Mungkin karena kemampuan Amanda tidak sama dengan kultivator pada umumnya. Di mana kemampuan dan level seorang kultivator, akan terlihat jelas dari aura yang mereka miliki. Namun, kasus Amanda dan keluarganya berbeda.Kekuatannya berhubungan erat dengan kekuatan peri yang mereka miliki. Dengan kata lain, kekuatan mereka baru akan terlihat saat mer
"Bagus, dengan begini aku tidak akan sia-sia bisa melawanmu. Aku akan menjadikanmu sebagai sandera sekalian." Teriak Ansu seraya melompat ke udara untuk menyerang Amanda.Melihat Ansu serius menyerangnya kali ini, Amanda seolah tidak terpengaruh dan berkata dengan santai, "Seolah kamu mampu saja melakukannya! Datanglah, akan ku buat kamu mengerti, apa akibatnya karena berani menculik adikku."Berbeda dari sebelumnya, pergerakan Ansu jauh lebih cepat dan tajam. Terutama dengan dua bilah senjata katar di tangannya. Setiap serangannya, bisa menimbulkan kerusakan yang sangat parah ke tubuh lawan dan bahkan bisa membunuh dalam sekejap.Serangan secepat itu, membuat Ansu begitu yakin jika kali ini, ia akan lebih mudah menjatuhkan Amanda. Karena itu, ia tidak langsung menargetkan titik vital ditubuh Amanda, karena berpikir bahwa wanita ini akan sangat berguna untuknya. Ucapan Abimana ketika acara ulang tahunnya waktu itu, yang menyebut Awan sebagai calon menantu keluarga Pitaloka, membuat A
Setelah selesai membuka segel terlarang dalam tubuhnya, penampilan Ansu benar-benar terlihat mengerikan.Seluruh tubuhnya menjadi hitam legam dan bahkan kedua bola matanya sekalipun, menjadi hitam sepenuhnya. Sekilas, ia bahkan terlihat tidak bernapas sama sekali. Namun, saat tatapannya tertuju pada Amanda, ia sudah menghilang begitu saja."Dia datang!" Ujar Marin, peri waktu, mengingatkan.Sama seperti sebelumnya, Amanda dapat melihat arah datangnya Ansu dengan begitu jelas, karena peran Marin yang bekerja melambatkan pergerakan waktu di sekitar Amanda. Sehingga, tidak peduli secepat apapun serangan lawan, Amanda akan melihatnya sebagai serangan lambat dan bisa membuat gerakan balasan dengan efektif.Namun, serangan Ansu kali ini membawa tekanan yang jauh lebih besar. Tidak hanya serangannya yang jauh lebih tajam, udara yang menyelimuti tubuhnya, seakan ikut terdistorsi dan mengikuti alur serangannya.Wosh.Krak!Amanda memang berhasil menghindari serangan Ansu seperti sebelumnya. Ha
Untuk kesekian kalinya, Ansu yang sudah berubah dalam mode kutukan 'Iblis Katar' berhasil dihempaskan oleh Amanda. Tubuhnya yang sudah diselimuti oleh energi kegelapan, yang membuat kulitnya sampai berubah menjadi hitam legam dan seharusnya sangat sulit dilukasi oleh bentuk serangan apapun, ternyata masih dapat dibuat cidera terkena serangan Amanda.Tampak ketidakpercayaan, menghantui ekspresi Ansu saat itu.Ini adalah seluruh kekuatan yang ia miliki, yang mengorbankan umur kehidupannya. Namun, itu semua masih belum bisa mengalahkan seorang wanita seperti Amanda.Jika sebelumnya, Ansu bisa terlihat percaya diri setelah berhasil melukai bahu Amanda dan merusak sedikit zirahnya. Namun, setelah Amanda memutuskan untuk menggunakan kekuatan puncaknya dan merubah zirahnya menjadi berwarna merah keemasan, Ansu bisa dikatakan tidak bisa mengancam Amanda sama sekali. Semua serangannya yang mengandalkan kecepatan dan racun, seolah tidak berarti dihadapan Amanda.Selanjutnya, Amanda melayang tu
Setelah mendapat persetujuan dari keluarganya, hubungannya dengan Awan menjadi lebih terbuka. Amanda yang dulunya begitu kaku, perlahan mulai bisa bersikap lebih cair dan kadang sedikit manja, saat berada di dekat Awan."Kamu sudah tiba? Kenapa kamu tidak memberitahuku sebelumnya? dan malah menyerangku?" Ujar Amanda sengaja memasang ekspresi cemberut untuk memancing perhatian Awan.Meski sebenarnya, Amanda menyadari bahwa serangan Awan sebelumnya tidak bermaksud menyerangnya. Ia hanya ingin terlihat tidak terabaikan di depan Awan. Apalagi, melihat Awan saat itu, lebih memilih memunculkan dirinya di depan Hanna, ketimbang langsung membantunya. Padahal, ia bisa saja menyapanya terlebih dahulu.Awan tertawa getir, tidak menduga jika tindakannya itu justru akan menimbulkan salah paham antara mereka, "Maaf, Manda. Aku sama sekali tidak berniat menyerangmu. Aku hanya mencoba menyelamatkanmu, karena serangan racun pria itu sangat berbahaya." Lanjut Awan menjelaskan tujuannya seraya menunjuk
Satu setengah tahun kemudian.Tiga istri Awan, Annisa, Amanda dan Calista, tampak sedang cemas menunggu di luar kamar di rumah tuo, kampung halaman Awan. Di tengah mereka, tampak dua orang balita yang sedang digendong oleh Annisa dan Calista, sementara Amanda tampak sedang bermain dengan kedua balita berjenis kelamin perempuan tersebut dengan sesekali mencubit gemas pipi keduanya.Kalian mungkin bertanya-tanya, di mana Rhaysa alias Raine? Awan belum berhasil melamarnya hingga detik ini. Awan pernah mencoba melamar Raine setengah tahun yang lalu. Hanya saja, lamarannya langsung ditolak. Ratu Samudera memberikan syarat yang sangat berat jika Awan ingin melamar putrinya, yaitu Awan harus berada di level Divine atau dewa terlebih dahulu. Hasilnya, Awan telah berjuang keras di selama berada di tanah dewa untuk terus meningkatkan kemampuannya. Meski begitu, sepertinya ia masih harus bersabar untuk bisa melamar Raine.Kembali ke ruang tamu, rumah tua Awan.Tidak sama seperti Amanda yang terl
Rombongan Cakar Hitam mencibir ucapan Awan yang dinilai terlalu berani dan tidak bercermin, siapa lawan yang akan ia hadapi. Sementara, Datuk Cakar Putih dan bangsa harimau Bukit Larangan lebih mencemaskan nasib Awan. Mereka masih mengira. jika Awan hanya mengandalkan kekuatan warisan Gumara. Itu semua tidak akan cukup untuk menghadapi Cakar Hitam. "Uda!" Andini menarik ujung baju belakang Awan dan terang-terangan menunjukkan kekhawatirannya. Namun, Awan hanya tersenyum cuek dan memintanya untuk tidak perlu khawatir. Entah karena kalimat yang diucapkan Awan padanya atau cara penyampaian dan ketenangan yang ditunjukkan oleh Awan, membuat Andini merasa jauh lebih tenang dan merasa bisa mempercayai Awan. Roaaar! Cakar Hitam melompat ke depan dan tibat-tiba saja, ia sudah berubah wujud menjadi harimau besar dengan belang hitam di sekujur tubuhnya. Untuk bisa mengalahkan Awan, Cakar Hitam sudah bertekad untuk mengerahkan seluruh kekuatan dan berubah menjadi wujud terbaiknya. Cakar H
Wajah Taring Hitam seketika memerah panas melihat sikap Andini yang dengan terang-terangan menjatuhkan dirinya ke dalam pelukan seorang pria asing seperti Awan. Ia telah mengagumi Andini sejak lama, bagaimana ia bisa menerima, wanita yang disukainya bermesraan dengan pria lain tepat di depan hidungnya? Tidak peduli, apa pria itu dicintai Andini atau tidak. Bagi Taring Hitam, hanya dialah yang pantas menjadi pasangan Andini. Dia tidak habis pikir dengan sikap bodoh Andini, bagaimana ia bisa memilih seorang pria yang bukan apa-apa jika dibanding dirinya? Dia kuat dengan seluruh tubuh dipenuhi oleh otot-otot baja. Selain itu, dia adalah seorang pangeran dengan masa depan cerah. Bersamanya, Andini pasti akan jauh lebih bahagia. Bangsa harimau rata-rata memiliki tubuh yang besar dan berotot. Sehingga melihat tubuh Awan yang biasa, membuat Taring Hitam menilainya sebagai sosok yang sangat lemah. Dengan tatapan penuh kecemburuan dan kebencian, Taring Hitam akhirnya tidak bisa lagi menaha
Tatapan Cakar Hitam menjadi dingin dan tidak lagi menunjukkan keramahan pura-puranya, "Cakar Putih, apa kamu tahu konsekuensi dari pilihanmu hari ini?" Sambil menekan rasa gugup dalam hatinya, Datuk Cakar Putih berusaha tersenyum tenang dan berkata, "Keputusan kami bersifat final dan anda bisa kembali." "Kamu?" Kilat kemarahan terbesit di mata Cakar Hitam dan tiba-tiba saja ia sudah menghilang dari tempat ia semula berdiri. Wus! Terlalu cepat! Datuk Cakar Putih terkesiap. Meski ia sudah menduga reaksi akhir dari Cakar Hitam. Namun, gerakannya terlalu cepat untuk bisa ia ikuti dan detik berikutnya, Cakar Hitam sudah muncul tepat di depan Datuk Cakar Putih dan melayangkan sebuah serangan yang tidak bisa ditahannya. Braaak. Datuk Cakar Putih tidak bisa menahan pukulan itu sepenuhnya dan membuatnya terbang membelah barisan pasukan di belakangnya. "Datuk Cakar Putih?" Pekik orang-orang tertahan dan terkejut melihat keberanian Cakar Hitam yang telah menyerang tetua mereka tepan dih
Suasana di alam bangsa harimau tampak tegang dan semua penjaga perbatasan memasang wajah serius dan penuh waspada.Awan sengaja menyamarkan penampilannya dan mengeluarkan aura harimau yang ada di dalam tubuhnya dan membuat ia berhasil membaur dengan para penduduk bangsa harimau tanpa ketahuan. Setelah kedatangannya terakhir kali ke tempat itu, Awan memiliki memori yang sangat tajam tentang semua sudut tempat ini, yang memungkinkannya bisa berpindah kemanapun yang ia inginkan.Tidak lama setelah kedatangan Awan, rombongan Taring Hitam juga datang bersama ayah, para tetua dan juga puluhan prajurit terbaik bangsanya.Taring Hitam tampak tidak main-main dengan ancamannya. Hal itu, membuat gelisah bangsa harimau yang tinggal di Bukit Larangan.Para petinggi yang dipimpin oleh Datuk Cakar Putih tampak serius membahas masalah ini di aula tetua."Datuk, kita tidak bisa membiarkan mereka mendapatkan apa yang mereka mau. Bagaimanapun, raja sedang tidak ada di sini dan kita semua berkewajiban me
Seminggu yang lalu, ada sekolompok orang asing yang datang ke Kampung Tuo. Anehnya, mereka melewati batas Kampung Tuo begitu saja dan ternyata, tujuan mereka adalah kampung mistis yang ada di Bukit Larangan, tempat di mana bangsa harimau tinggal. Kelompok ini dipimpin oleh seorang pemuda bernama Taring Hitam, putra dari raja harimau Cakar Hitam yang berasal dari gunung Medan. Tujuan mereka datang, karena Taring Hitam yang sudah cukup usia untuk menikah, menginginkan Andini sebagai istrinya. Meski mereka tahu bahwa Andini adalah pasangan yang disiapkan untuk raja. Hanya saja, bangsa harimau dari gunung Medan ini tahunya bahwa raja Gumara telah lama tiada dan tidak memiliki pewaris sama sekali. Hal itu, coba dimanfaatkan oleh Taring Hitam untuk mendapatkan Andini. Taring Hitam yang terpesona dengan kecantikan Andini, ketika berkunjung ke bukit Larangan beberapa tahun lalu, berniat menjadikan Andini sebagai miliknya dan begitu ia mencapai usia layak menikah, Taring Hitam langsung me
Fikri dan Purnama yang semula berdebat, bahkan sampai berhenti dan tercengang mendengar wanita pujaan mereka dilamar oleh pria lain, tepat di depan mereka. Bagaimana mungkin mereka menerimanya?Jika pria lainnya, mungkin akan diam. Namun, mereka tidak mungkin bisa membiarkan ada lelaki lain merebut wanita yang mereka idamkan dari tangan mereka."Hei, bung! Apa maksudmu melamar dokter Nisa siang hari bolong begini?""Apa kamu tahu, siapa dokter Annisa? Sepuluh kamu, tidak bisa dibandingkan dengan seorang dokter Nisa.""Lebih baik kamu pergi dari sini! Atau kami akan memanggil satpam untuk mengusirmu."Ujar Fikri dan Purnama yang kali ini bisa kompak. Melihat reaksi keduanya, Awan cukup terkejut dan selanjutnya justru terkekeh geli. Ia melihat keduanya tidak ubahnya seperti badut yang sedang membuat pertunjukan.Awan melirik Annisa sekilas untuk menanyakan siapa mereka dan tampak balasan wajah jengah Anisa dan ketidakberdayaannya. Annisa membisikan identitas keduanya ke telinga Awan.
Rumah sakit umum ASA.Meski terletak di lokasi terpencil karena berada di bawah kampung Tuo dan lokasi yang jauh dari kabupaten, ditambah akses jalan ke sana yang tidak selebar jalan kabupaten. Kenyataannya, rumah sakit ini memiliki fasilitas medis yang sangat lengkap dan tidak kalah dengan rumah sakit yang berstandar internasional sekalipun. Sebuah alasan yang membuat rumah sakit ini banyak dihuni oleh tenaga medis terampil dan membuat reputasinya cepat terkenal hingga ke berbagai daerah di ranah Minang. Ditambah, kepala rumah sakit dan sekaligus menjadi dokter spesialis bedah di sana merupakan seorang wanita berparas cantik dan terkenal dengan keramahannya, Dr. Annisa Azzahra, Sp.B.Meski terkenal dengan keramahannya, sebagai penanggung jawab rumah sakit, Dokter Nisa menerapkan standar tinggi bagi tenaga medis yang bekerja di rumah sakitnya. Semua itu tentu saja sepadan dengan gaji tinggi yang mereka terima selama bekerja di sana. Banyak yang memuji dan banyak juga pihak yang mera
Setelah sekian lama, Awan kembali melihat tangis mama angkatnya tersebut. Namun kali ini, bukan tangisan yang membuatnya kehilangan kembali akal sehatnya. Itu adalah tangis kerinduan dan juga kebahagiaan. Tangis kerinduan seorang ibu yang telah lama tidak berjumpa dengan anaknya. Awan membiarkan Lina menumpahkan segala tangisannya dalam pelukan Amanda seraya memberi kode pada Amanda dan syukurnya, Amanda cukup peka dengan keadaan tersebut. Ada sekitar sepuluh menit lamanya, Lina menumpahkan tangis kebahagiaannya dalam pelukan Amanda. Sampai, Lina tersadar kembali dan mengurai pelukan mereka. "Maaf ya, nak. Tante terlalu sentimentil, kamu terlalu mirip dengan..." "Tidak apa-apa, ma." Sebelum Lina menyelesaikan kalimatnya, Amanda sudah lebih dulu menyelanya. Ia sekarang mengerti alasan Awan membawanya kemari dan Amanda sama sekali tidak keberatan untuk menggantikan posisi Renata untuk sesaat dan memberi kebahagiaan untuk ibunya Renata. Selama arwah Renata masih bersamanya dahulu,