Siapa yang tidak berdebar menyaksikan perang harga seperti ini?Bahkan, mereka yang memiliki nilai kekayaan pas-pasan, akan dibuat cemburu melihat dua orang ini menyebutkan nominal tawaran mereka. Seolah semua itu hanya angka semata bagi mereka."Kenapa tuan muda Akbar? Anda tidak berpikir untuk menyerah hanya dengan harga segitu, 'kan?" Tanya Awan dengan senyum mengejek.Akbar seperti dipaksa untuk bertarung habis-habisan jika ingin memenangkan persaingan ini. Dengan ekspresi keruh, ia berkata, "Lima puluh lima."Prok, prok.Awan bertepuk tangan dan memuji Akbar, meski itu lebih terlihat sebagai sindiran daripada makna yang sebenarnya, "Wow, tidak kusangka jika tuan Akbar benar-benar kaya. Ini membuatku semakin bersemangat untuk mendapatkan kalung ini.""Enam puluh juta."Akbar menatap Awan dengan penuh kebencian. Namun, ia tidak ingin menyerah begitu saja, "Delapan puluh juta.""Wow."Para pengunjung yang hadir terperangah dengan nilai tawaran Akbar. Nilai kalung ini, sudah hampir t
Item berikutnya tidak kalah berharga, itu adalah lukisan terkenal pada masa dinasti Qing.Namun Awan sama sekali tidak berminat, karena ia bukanlah kolektor. Namun, item terakhir membuat Rhaysa yang semula hanya diam, menunjukkan minatnya."Item berikutnya adalah batu hitam misterius, yang telah ditemukan oleh tim Arkeolog dari Hong Kong University. Hanya saja, kami tidak tahu batu apa ini. Para ahli juga tidak bisa menyimpulkan batu apa ini sebenarnya. Namun, batu ini memiliki tekstur dan ketahanan yang tidak biasa. Kami telah mencoba membelahnya, namun tidak ada satupun cara yang berhasil."Itu adalah batu hitam. Bukan batu meteor dan bukan juga batu langka. Karena itu, pemandu lelang hanya membuka harga sepuluh ribu dolar Hong Kong dan memang, tidak satupun peserta lelang yang terlihat berminat. Karena menganggap batu tersebut sama sekali tidak berharga."Mas, aku ingin batu itu." Ucap Rhaysa tiba-tiba.Hal itu membuat Awan heran, "Kamu ingin batu itu?" Tanya Awan seolah tidak perc
Awan bermaksud untuk bicara dengan Karin setelah acara lelang tersebut selesai. Hanya saja, saat Awan hendak menemuinya, Akbar telah membawa Karin ke luar terlebih dahulu. Hal yang wajar, mengingat dalam acara tersebut membuat Akbar sampai kehilangan cukup banyak uang, untuk benda yang tidak seharusnya memerlukan pengeluaran sampai sebanyak itu.Hal itu membuat Awan harus kecewa. Karena, salah satu tujuannya datang ke negera ini adalah demi membawa Karin pulang. Ia kecewa dengan perubahan Karin yang sekarang.Awan bahkan hampir tidak mengenali sosok Karin yang sekarang. Apa karena Akbar dan status Karin saat ini yang merupakan kekasih seorang konglomerat, membuat apapun yang diinginkan Karin bisa dengan mudah didapatkannya, membuat Karin berubah? Atau, memang seperti inilah sifat Karin yang sebenarnya?Awan hanya berharap, jika ia dapat membawa Karin kembali dan mengembalikannya pada karakter Karin yang dahulu. Awan terpaksa kembali menemui Rhaysa dan yang lainnya dengan tangan hamp
Awan menatap penasaran, saat Rhaysa dengan tanpa mempedulikan rasa penasaran Awan, menempatkan batu hitam tersebut di tengah ruangan. Setelah itu, Rhaysa sibuk mencari sesuatu di sekeliling kamar."Hmn, aku butuh wadah air." Ujar Rhaysa, setelah hanya menemukan sebuah baskom kecil berbahan stainles dari kamar mandi."Jika kamu membutuhkannya, kita bisa menghubungi pihak hotel." Ujar Awan melihat kebingungan Rhaysa."Ah, kamu benar, mas." Ujar Rhaysa dan segera menelpon pihak hotel.Tidak lama, salah seorang roomboy mengantarkan enam baskom yang persis sama ke kamar mereka."Sebenarnya ini buat apa?" Tanya Awan penasaran dengan apa yang hendak dilakukan Rhaysa.Saat itu, Rhaysa mengatur tujuh baskom tersebut dengan posisi melingkar, dengan masing-masing baskom telah diisi penuh air sebelumnya.Rhaysa tidak langsung menjawab pertanyaan Awan dan sibuk dengan pekerjaannya. Setelah, semuanya dirasa tepat, Rhaysa segera berkata, "Sekarang, mas duduk di tengah lingkaran ini dan pegang batuny
Keraguan Awan bukan tanpa sebab. Kekuatan api miliknya, bukan api sembarangan. Itu adalah api neraka! Walau hanya sedikit, api tersebut memiliki panas yang berbeda dari api biasa. Jika ia menambahkan tekanan apinya sedikit lagi. Awan khawatir, hal itu dapat menyebabkan ruangan tersebut terbakar dan bahkan bisa membahayakan Rhaysa. Tentu saja, Awan tidak mau hal itu terjadi. "Tidak usah khawatir. Lakukan saja, mas! Formasi tujuh mata air samudera ini akan dapat meredamnya." Ujar Rhaysa tanpa ragu. Awan melihat tujuh baskom yang mengelilinginya, ia tampak ragu sejenak. Tapi, ketika ia melihat lebih jauh, terlihat dari dalam air memancar cahaya samar. Seperti permata yang sedang memantul cahaya. Detik itu, Awan baru paham tujuan Rhaysa membuat tujuh baskom air tersebut sebelumnya. Ternyata itu berfungsi untuk meredam kekuatan apinya. Karena itu, Awan coba menaikkan level apinya. Seperti ucapan Rhaysa sebelumnya, suhu ruangan masih stabil. Bahkan kekuatan apinya bisa terkonsentrasi
"Syukurlah, akhirnya kamu bangun juga!" Ucap Awan lega begitu melihat Rhaysa akhirnya membuka matanya.Rhaysa telah pingsan selama empat jam lebih lamanya, setelah Awan berhasil mengeluarkan batu hijau dari dalam batu hitam yang dimenangkan Rhaysa di pelelangan.Sebelumnya, Rhaysa telah berjuang mati-matian untuk menahan kekuatan api Awan dan sampai membuatnya kehilangan kesadarannya.Awan tidak bisa menutupi kecemasannya saat melihat Rhaysa jatuh pingsan. Ia coba menyalurkan energi alamnya untuk memulihkan kondisi Rhaysa. Hanya saja, energi murninya seakan tidak bisa menyatu ke dalam tubuh Rhaysa.Rhaysa seakan memiliki dasar energi yang berbeda dengan energi murni pada umumnya. Sehingga, saat Awan coba menyalurkan kekuatannya, ada penolakan alami dari dalam tubuh Rhaysa dan itu membuat Awan tidak bisa berbuat apa-apa untuk membantunya.Beruntungnya, kekuatan yang terdapat di dalam tubuh Rhaysa seakan bisa melakukan tugasnya dengan sendiri dan mem
Namun, perbedaan yang tampak jelas, warna hijau dalam permata di kalung Rhaysa, terlihat lebih pekat dan dalam beberapa kondisi terlihat seperti memiliki cahaya sendiri di dalamnya. Sementara, batu hijau yang ia pegang, memiliki warna lebih muda. Tapi, aura keduanya hampir sama.'Apa itu artinya, kalung Rhaysa juga berasal dari naga juga?'Aura inilah yang sempat dikira Awan sebagai aura milik Rhaysa sebelumnya."Sa, kenapa aura batu di dalam kalungmu, hampir sama dengan aura batu ini?""Aku juga tidak tahu, mas. Hanya saja, kalung inilah yang menuntunku ke pelelangan dan mendapatkan pusaka naga hijau ini." Jawab Rhaysa jujur.Awan merasa heran. Terlalu kebetulan, jika kalung Rhaysa menuntunnya untuk mendapatkan batu hijau ditangannya itu. Awan tidak terbiasa dengan sesuatu hal yang tidak memiliki alasan logis dibaliknya. Karena itu, ia bertanya lebih lanjut, "Jika begitu, bukankah permata di kalung ini juga berasal dari naga? Lalu, bagaimana
Pagi harinya, Awan berangkat bersama Rhaysa menggunakan dua kendaraan menuju gunung Tai Mo Shan, tempat Karra berada. Mobil pertama diisi oleh Awan, Rhaysa dan dua orang pasukan bintang. Sementara, satu mobil di depan mereka, diisi oleh orang yang sebelumnya ditugaskan Jackie untuk menyelidiki Karra, sebagai pemandu jalan disertai oleh tiga orang anak buah kepercayaan Jackie lainnya.Mereka tidak bisa membawa banyak orang untuk menghindari kecurigaan Karra. Selain itu, empat orang ini hanya bertugas untuk pancingan semata, sebelum Awan memutuskan untuk bergerak nantinya.Mereka harus bergegas, karena waktu yang mereka miliki hanya sampai tengah malam, batas terjadinya bulan purnama. Terlambat sedikit saja, Karra akan menjadi bom waktu yang sulit untuk dihentikan.Rhaysa sendiri yang duduk di sebelah Awan, merasakan tubuhnya mulai berkeringat dingin saat itu dan membuat Awan lebih mengkhawatirkan kondisinya."Sa, kamu masih bisa membatalkan keinginanmu sekarang. Aku akan menyuruh pasu