Kiba dan Kobe tergerak untuk melindungi Kenshin. Bertarung bersama Kenshin membuat mereka mengakui kemampuannya. Tidak ada penghormatan yang tinggi bagi seorang petarung, selain pengakuan dan dapat rasa hormat dari petarung lainnya. Namun, kondisi sikembar pengawal kaisar tersebut juga sedang terluka. Sehingga gerakan mereka sangat lambat untuk bisa menyelamatkan nyawa Kenshin kali ini.Musuh sudah begitu dekat, ujung pedangnya sarat dengan hawa membunuh yang begitu besar. Tinggal 1 meter antara jarak pedangnya dengan Kenshin, sebuah cahaya biru melesat menghadangnya.Duaaarrr.Cahaya biru tersebut mementalkan serangan licik musuh dan membuatnya mundur seketika.Cahaya biru tersebut berubah menjadi sosok pemuda tampan, namun sangat berkharisma. Ia memandang sinis kearah musuh yang coba memainkan peran licik dan memanfaatkan ketidakberdayaan orang lain."Chiko Ito dari klan Ito." Ucap pria tersebut dengan tatapan yang merendahkan.Chiko Ito tidak menyangka jika serangannya ada yang men
Tetua Hoshi mengejang karena cidera fatal yang dideritanya. Sebelum ini, Ia sudah hampir mencapai batasnya, namun melindungi nyawa Akio adalah kewajibannya. Ia tidak menyesal mesti harus kehilangan nyawanya untuk itu. Nyawa Akio jauh lebih penting dibandingkan nyawanya sendiri. Kehilangan satu Hoshi mungkin tidak akan berdampak besar terhadap pasukan aliansi, namun tidak dengan kehilangan Akio. Jika Akio tewas, maka moral pasukan akan jauh. Kekuatan tempur pasukan aliansi akan langsung timpang, karena itu tetua Hoshi tidak keberatan mengorbankan nyawanya demi melindungi Akio.Tidak jauh dari mereka, seorang pemuda berpakaian kumal tampak tertawa puas, "Sudah kubilang, pak tua! Serangan selanjutnya akan mengakhiri nyawamu, hehehe.""Lindungi Ketua!" Teriak pasukan elit klan Takeda, begitu melihat perhatian Akio teralihkan.Usaha mereka terlihat sia-sia, satu demi satu dari pasukan elit klan Takeda berjatuhan karena yang mereka hadapi adalah Fuji Takeda, dewa perang klan Hojo."Semuany
Para petinggi klan yang telah mengenal Awan sebelumnya, mungkin tidak akan asing dengan keberadaannya. Namun sebagian besar dari pasukan aliansi ini belum mengenal dirinya, sehingga banyak dari mereka yang merasa cukup tertekan begitu melihat Awan memimpin sekelompok orang dengan aura yang menakutkan ini.Meski hanya membawa jumlah kelompok kecil, namun siapapun dapat merasakan tekanan besar yang mereka pancarkan. Awan sama sekali tidak menekan kemampuannya seperti sebelumnya, seorang master atau bahkan grandmaster sekalipun dibuat gugup hanya dengan pancaran aura yang dikeluarkannya.Akio dengan cepat memanfaatkan momentum tersebut untuk membangun kembali semangat pasukannya. Ia berteriak lantang sambil mengacungkan samurainya ke udara, "Bantuan kita telah tiba. Saatnya serangan balasan!"Terjadi dua macam reaksi diantara pasukan yang sedang berperang. Bagi klan Hojo, peringatan itu tentu saja sangat mengkhawatirkan mereka dan bagi pasukan aliansi, peringatan itu seperti oase yang su
"Bawa saudara-saudaramu ke medan perang. Habisi setiap orang dalam klan Hojo, utamakan menyerang pemimpin mereka. Tidak ada kata gagal." Perintah Awan tegas.Mata Qian berkilat, Ia tampak bersemangat. Seketika matanya tertuju pada arena pertempuran, Ia memimpin rekan-rekannya untuk masuk ke medan tempur.Mereka bergerak secara terkoordinir, layaknya gerombolan ras khusus Anjing Siberia. Mereka sangat kuat sebagai kelompok dan sangat berbahaya ketika seorang diri. Pergerakan mereka hampir seperti serigala.Cara Awan dalam melatih kelompok ini, memang terkesan sangat brutal dan tidak manusiawi. Tapi, siapapun yang melihat hasil pelatihan itu akan dibuat terbelalak saat itu juga. Pasukan ini telah menjadi kelompok pasukan gila yang tidak kenal dengan rasa takut, seperti itulah gambaran pasukan mereka.Saat kelompok pasukan yang dipimpin oleh Qian memasuki arena pertempuran. Pasukan klan Hojo dibuat terbelalak, pasukan ini menyerang seperti orang sedang kesurupan. Tidak mengenal yang nama
Eicho adalah pengguna jurus tongkat, menghadapi serangan jarak jauh seperti ini dapat membuatnya kewalahan. Sebagai dewa perang klan Hojo peringkat ketiga, Ia memiliki pertahanan yang kuat.Sambil menghindari serangan angin Awan, Ia memangkas jaraknya dengan Awan.Eicho menyeringai penuh kebanggaan ketika jaraknya dengan Awan hanya tersisa dua meter saja, sekali ayunan lagi Ia akan dapat menyerang Awan secara langsung.Satu hal yang mungkin tidak diduga oleh Eicho adalah Awan sudah menantikannya melakukan hal itu.Awan membalikkan telapak tangannya dan serangan berikutnya mengarah ke tumpukkan salju diatas tanah.WossshhSeketika salju berterbangan keudara.Itu adalah gerakan yang sangat cepat, karena ketika salju yang semula terbang dan berbalik turun ke tanah. Warnanya sudah berubah menjadi merah darah.Saat salju menyentuh tanah sepenuhnya, Eicho sudah terbaring tidak bernyawa dengan seluruh tubuhnya sudah dipenuhi oleh darahnya sendiri.Tidak ada yang tahu bagaimana hal itu bisa t
Banyak teriakan ketakutan. Waktu berjalan seakan melambat dan semua orang mencemaskan keselamatan Awan. Tapi, orang yang mereka cemaskan sama sekali tidak terpengaruh dengan serangan kuat Fumihiro. Sebaliknya, Ia dengan begitu santai menikmati membantai setiap master dari klan musuh yang ada dihadapannya. "Awas!" Teriak orang-orang cemas. Duaaarrrr. Serangan yang sangat menakutkan dari Fumihiro terhenti diudara dan menimbulkan ledakan yang sangat menakutkan. Serangan Fumihiro telah dihentikan oleh seseorang. Orang yang menghalanginya memiliki kekuatan yang sangat kuat, bahkan Fumihiro dipaksa mundur sampai enam langkah. Sementara orang tersebut hanya mundur dua langkah setelah menahan serangan sebesar itu. Setelah benturan besar tersebut, tampak senyum dingin Patrick Soze yang menatap dingin ke arah Fumihiro. "Kamu tidak layak menghadapi tuanku." Wajah Fumihiro dipenuhi oleh ketidakpercayaan begitu mendengar orang kuat yang telah menghentikan serangannya barusan menyebut Awa
"Awan?"Elisa melihat Awan kalah dalam serangan awal, terlihat sangat khawatir."Pisces, apa yang terjadi? Bagaimana kondisi Awan saat ini?"Meski sudah menggunakan teropong dengan teknologi canggih, Elisa masih tidak bisa melihat jelas apa yang terjadi dimedan tempur. Mengingat betapa kacaunya keadaan yang terjadi disana. Pisces juga gelisah, ia baru pertama kali melihat dua petarung dengan level yang menakutkan seperti itu bertarung. Secara naluri, ketakutan muncul dalam hatinya. Tapi bagian lain dirinya, berharap dapat melihat level pertarungan yang mungkin sangat langka terjadi ini."Mereka... Sangat kuat." Ucap Pisces secara spontan dan dipenuhi kekaguman. Sama sekali tidak ada korelasi dengan pertanyaan nona-nya. "Pisces?""Eh, maaf nona. Maksud saya, mereka berdua sangat hebat. Tuan Saktiawan, saya rasa tidak kenapa-kenapa saat ini. Dia hanya kalah kekuatan dalam serangan awal. Seharusnya pukulan itu tidak akan membuatnya cidera parah.""Apa musuhnya sekuat itu?" Intonasi Eli
Tidak sama seperti sebelumnya, kali ini Awan tidak lagi berniat mencoba-coba kemampuan lawan. Sekarang Ia menyerang dengan kekuatan penuh yang diiringi oleh amarah dan dendamnya atas kematian Mikha.Hanya dalam sekejap, salju yang masih tampak jelas sebelumnya dipermukaan tanah. Kini berganti menjadi tanah kering dan tandus, akibat kekuatan api keduanya membuat salju cepat menguap ke udara serta membakar apapun yang terdapat diatas permukaan tanah.Benturan kekuatan keduanya, seperti tabuh kiamat yang menakutkan. Kekuatan api keduanya memiliki panas yang sangat luar biasa, hanya dengan terkena hawanya saja sudah cukup untuk membunuh seekor gajah dewasa.Hal itu juga yang membuat area 100 meter disekitar tempat keduanya bertarung langsung kosong dan berganti dengan puluhan mayat yang sudah hangus terkena pancaran kekuatan api hitam keduanya.Jangankan mereka yang berlevel master, bahkan para grandmaster sekalipun lebih memilih untuk menjauh dari titik pertarungan maut keduanya. Ratusa