...
"Apa Tuan sudah punya pilihyan sendiri? Atau perlu kita melihat mobil-mobil yang adadisana terlebih dahulu?" Tawar Vera. "Ya, saya mau type Rapide S luxury." "Pilihan yang luar biasa. Mari, saya antar tuan dan nyonya kesana." Vannesa sempat menatap Awan dengan penuh tanya, Ia sendiri tidak tahu dengan produknya Aston Martin sebelum ini, karena rata-rata keluarganya menggunakan Bentley, termasuk dirinya. Awan hanya tersenyum dan mengajaknya mengikuti langkah Vera ke Showroom disebelah tempat mereka berada saat ini. Showroom tersebut tidak kalah mewah dibandingkan miliknya Audi, namun dengan aksen dan interior yang telah disesuaikan dengan ciri khasnya Aston Martin. Karena Awan sudah menyebutkan pilihannya, Vera tidak perlu repot-repot menjelaskan produk yang ada disana terlebih dahulu. Langkah kakinya langsung menuju pada salah satu pajangan mobil bergaya coupe berwarna merah. Mobil itu sendiri merupakan line up termahal yang ada di showroom tersebut. Desainnya bergaya sporty nam
Mobil sport BMW i8 yang dikendarai Awan baru saja berhenti tepat di depan Villa Nirwana. Sepanjang perjalanan, Awan dan Vannesa saling diam. Utamanya sejak Awan menerima panggilan telpon dari Raysa, sepupunya Angel.Sadar jika panggilan tersebut menganggu pikiran Awan, Vannesa pun ikut terdiam dan tidak berkomentar apapun. Vannesa menduga jika telpon tersebut pasti berhubungan dengan masalah pribadi Awan. Betapa ingin Ia dapat menghibur Awan, namun Ia sama sekali tidak mengerti akar masalah yang sedang dihadapi oleh Awan. Sehingga yang bisa dilakukannya hanya diam."Maaf, Aku tidak bisa mengantarmu kedalam, Vannesa." Ucap Awan tenang, namun tidak dengan matanya yang seakan menerawang jauh ke suatu tempat.Saat itu Vannesa sadar, jika panggilan telpon Awan barusan bukan hanya sekedar menganggu pikirannya tapi juga telah berhasil membawa pikiran Awan jauh ke suatu tempat. Vannesa pun memaksakan senyumnya dan mengangguk mengerti, Ia berkata, "Tidak apa-apa. Awan, terimakasih untuk hari
Ada kemungkinan, jika penyebab diamnya Angel dan mengacuhkan dirinya adalah karena masalah yang terjadi dalam keluarga Sanjaya saat ini. Awan tahu jika Angel bukan tipikal wanita yang matrealistis, dimana Ia akan membuang Awan hanya karena Ia jatuh miskin. Tapi, ada kemungkinan jika keluarga tirinya coba memanfaatkan situasi saat ini untuk menekan keluarganya Angel. Bagaimanapun, perusahaan keluarga Tanuwijaya berada dibawah naungan Sanjaya Grup. Seharusnya, dengan manuver yang dilakukan Awan akhir-akhir ini, dimana sebagian besar aset keluarga besar Ayahnya sudah beralih ke dalam kendalinya, sudah cukup untuk membuat keluarga Angel yakin dengan kemampuan dirinya. Atau, karena berita ini belum di ekspos ke publik, sehingga Angel dan keluarganya tidak mengetahui perubahan besar ini. Sehingga, keluarga tirinya menjadikan hal ini sebagai ancaman untuk menekan Angel dan keluarganya? Awan mengurut keningnya yang terasa mulai panas, Ia ingin segera bertemu Angel untuk bisa mengklarifikasi
Selanjutnya, Angel beralih memeluk Raysa yang juga telah sengaja meliburkan kuliahnya hari itu, demi bisa menjemput dirinya. Raysa berbisik ke telinganya, "Aku ada kejutan untuk kakak sebentar lagi?" Angel mengurai pelukannya dan menatap Raysa penuh tanya tentang kejutan yang dimaksudnya, cuma Raysa hanya tertawa cekikikan tanpa memberi penjelasan sama sekali. Tanpa disadari oleh Angel, ada seorang pemuda lagi yang sedang menanti untuk mendapat pelukan yang sama dari Angel. Pemuda tersebut, bahunya masih di gip dan sebelah tangannya masih dibalut oleh perban untuk mengapit lengannya, dia adalah Hadi Sanjaya. Namun, satu hal yang tidak diharapkan Hadi adalah Angel ternyata mengacuhkannya dan hanya mengangguk kecil, sekedar sapaan basa-basi. Hadi sepertinya sudah terbiasa dengan sikap Angel sepeti itu, Ia sudah lama mengagumi Angel sejak wanita tersebut masih sekolah. Karena Angel memiliki kecantikan yang begitu dikagumi oleh Hadi, sehingga Ia dapat bersabar dengan sikap dingin Ang
Raysa tentu saja merasa gondok, 'Bagaimana pria ini bisa tidak tau malu seperti ini?' Pikirnya kesal. Saat itu, ketika mereka sedang membahas bagaimana mereka pulang. Sebuah mobil BMW i8 berhenti didekat mereka dan si sopir menurunkan kaca kursi penumpang, dan berkata dari dalam mobil, "GoCar Mbak?" Tanya si supir ramah. Tidak ada yang mencurigai sang supir, karena polusi di ibu kota cukup tinggi sehingga hal yang wajar bagi kebanyakan sopir mengenakan masker disiang hari. "Tidak usah, kami akan menggunakan jasa taksi Bandara." Tolak Hadi menjawab duluan dengan gaya angkuhnya. Ia bahkan tidak memandang sama sekali wajah si supir taksi online. Meski untuk ukuran taksi online, orang yang menggunakan BMW sebagai kendaraannya, bisa dibilang sebagai taksi online termewah. Namun tidak demikian di mata Hadi, seorang sopir tetap saja seorang supir, semewah apapun kendaraan yang dipakainya. Ia yang merasa jumawa dengan kekayaan yang dimiliki oleh keluarganya, kendaraan seperti milik sopir t
Selanjutnya, Hadi berniat hendak membantu Angel untuk menaikkan barang-barang bawaannya ke atas mobil. Namun, Raysa kembali berkata, "Tidak usah, Kak. Barang-barang Kak Angel biar kita saja yang bantu membawakannya. Kasihan Kak Angel, harus mengangkut barang sebanyak ini sendirian ke dalam rumah." Hadi merasa ada sesuatu yang disembunyikan oleh Raysa darinya. Ia merasa Raysa memiliki rencana untuk membuat Angel tidak dapat satu kendaraan dengan dirinya. Sikap itu terlihat dari cara Raysa yang tampak ingin membuat Angel pergi secepat mungkin dari sana. "Apa yang sebenarnya direncanakan oleh rubah kecil ini?" Pikir Hadi kesal. Hadi hendak bicara, tapi Angel keburu berkomentar. Dia juga sudah tampak lelah dan ingin segera kembali dan istirahat, meski tidak didukung oleh Raysa sekalipun, pada dasarnya Angel memang tidak suka satu kendaraan dengan Hadi. Angel pasti mengerti alasan Hadi ada disana menjemputnya, apalagi Ia juga sudah menyiapkan mobilnya sendiriu menjemputnya. Meski ada or
Saat Awan dan Angel telah pergi jauh meninggalkan area Bandara, taksi yang dipesan oleh Hadi baru sampai. Hal itu cukup membuatnya kesal, karena lambatnya layanan taksi bandara. Padahal Ia berharap, masih dapat menyusul Angel dan menyusun kembali rencananya.Namun, kekesalannya cepat ditelan kembali. Begitu sadar, jika jarak mereka tidak lama, karena jika mereka menyusul Angel sekarang, mereka akan dapat menjumpai Angel tidak lama setelah wanita pujaannya sampai dirumahnya.Meski pada bagian pentingnya, Hadi terpaksa harus bersabar karena tidak bisa bersama Angel dalam perjalanannya pulang kali ini. Hadi tahu jika Angel sudah sangat letih setelah menempuh perjalan panjang diatas pesawat, paling tidak dengan menggunakan alasan lelahnya Angel, Hadi dapat memanfaatkan kesempatan itu dengan berlagak sebagai seorang pahlawan dan menyediakan bahunya sebagai bantal bagi Angel. Namun, itu semua tinggal hanya lamunan indah semata. Itu semua karena ulahnya Raysa, gadis tersebut terlalu cepat
Tidak lama, kedua supir mereka kembali namun dengan tangan kosong. Mereka tampak tidak berdaya, "Maaf tuan, kami kehilangan jejak. Maling kecil itu begitu cepat larinya, kami sudah berusaha mengejarnya. Namun kami kehilangan jejaknya."Keduanya tertunduk dan merasa sangat bersalah karena merasa tidak bisa menyelesaikan hal sekecil itu.Namun lain halnya dengan Hadi, Ia yang sudah merasa kesal dengan sikap Raysa sebelumnya, tidak terlalu mempedulikannya. Dengan acuh tak acuh Ia berkata, "Ya, sudah. Kembali ke mobil. Kita langsung berangkat.""Tapi, handphoneku?" Sahut Raysa keberatan.Itu adalah Iphone keluaran terbaru, bagaimana bisa Ia kehilangannya begitu saja. Paling tidak, mereka bisa melaporkannya terlebih dahulu pada pihak berwajib dan membuat berita kehilangan, agar polisi dapat menindaklanjutinya.Hadi bahkan tidak perlu repot-repot memperhatikan sikap keberatan Raysa, Ia berkata, "Ini semua terjadi akibat kelalaianmu sendiri. Kita pergi! Kita tidak bisa membiarkan Angel menun