Ada kemungkinan, jika penyebab diamnya Angel dan mengacuhkan dirinya adalah karena masalah yang terjadi dalam keluarga Sanjaya saat ini. Awan tahu jika Angel bukan tipikal wanita yang matrealistis, dimana Ia akan membuang Awan hanya karena Ia jatuh miskin. Tapi, ada kemungkinan jika keluarga tirinya coba memanfaatkan situasi saat ini untuk menekan keluarganya Angel. Bagaimanapun, perusahaan keluarga Tanuwijaya berada dibawah naungan Sanjaya Grup. Seharusnya, dengan manuver yang dilakukan Awan akhir-akhir ini, dimana sebagian besar aset keluarga besar Ayahnya sudah beralih ke dalam kendalinya, sudah cukup untuk membuat keluarga Angel yakin dengan kemampuan dirinya. Atau, karena berita ini belum di ekspos ke publik, sehingga Angel dan keluarganya tidak mengetahui perubahan besar ini. Sehingga, keluarga tirinya menjadikan hal ini sebagai ancaman untuk menekan Angel dan keluarganya? Awan mengurut keningnya yang terasa mulai panas, Ia ingin segera bertemu Angel untuk bisa mengklarifikasi
Selanjutnya, Angel beralih memeluk Raysa yang juga telah sengaja meliburkan kuliahnya hari itu, demi bisa menjemput dirinya. Raysa berbisik ke telinganya, "Aku ada kejutan untuk kakak sebentar lagi?" Angel mengurai pelukannya dan menatap Raysa penuh tanya tentang kejutan yang dimaksudnya, cuma Raysa hanya tertawa cekikikan tanpa memberi penjelasan sama sekali. Tanpa disadari oleh Angel, ada seorang pemuda lagi yang sedang menanti untuk mendapat pelukan yang sama dari Angel. Pemuda tersebut, bahunya masih di gip dan sebelah tangannya masih dibalut oleh perban untuk mengapit lengannya, dia adalah Hadi Sanjaya. Namun, satu hal yang tidak diharapkan Hadi adalah Angel ternyata mengacuhkannya dan hanya mengangguk kecil, sekedar sapaan basa-basi. Hadi sepertinya sudah terbiasa dengan sikap Angel sepeti itu, Ia sudah lama mengagumi Angel sejak wanita tersebut masih sekolah. Karena Angel memiliki kecantikan yang begitu dikagumi oleh Hadi, sehingga Ia dapat bersabar dengan sikap dingin Ang
Raysa tentu saja merasa gondok, 'Bagaimana pria ini bisa tidak tau malu seperti ini?' Pikirnya kesal. Saat itu, ketika mereka sedang membahas bagaimana mereka pulang. Sebuah mobil BMW i8 berhenti didekat mereka dan si sopir menurunkan kaca kursi penumpang, dan berkata dari dalam mobil, "GoCar Mbak?" Tanya si supir ramah. Tidak ada yang mencurigai sang supir, karena polusi di ibu kota cukup tinggi sehingga hal yang wajar bagi kebanyakan sopir mengenakan masker disiang hari. "Tidak usah, kami akan menggunakan jasa taksi Bandara." Tolak Hadi menjawab duluan dengan gaya angkuhnya. Ia bahkan tidak memandang sama sekali wajah si supir taksi online. Meski untuk ukuran taksi online, orang yang menggunakan BMW sebagai kendaraannya, bisa dibilang sebagai taksi online termewah. Namun tidak demikian di mata Hadi, seorang sopir tetap saja seorang supir, semewah apapun kendaraan yang dipakainya. Ia yang merasa jumawa dengan kekayaan yang dimiliki oleh keluarganya, kendaraan seperti milik sopir t
Selanjutnya, Hadi berniat hendak membantu Angel untuk menaikkan barang-barang bawaannya ke atas mobil. Namun, Raysa kembali berkata, "Tidak usah, Kak. Barang-barang Kak Angel biar kita saja yang bantu membawakannya. Kasihan Kak Angel, harus mengangkut barang sebanyak ini sendirian ke dalam rumah." Hadi merasa ada sesuatu yang disembunyikan oleh Raysa darinya. Ia merasa Raysa memiliki rencana untuk membuat Angel tidak dapat satu kendaraan dengan dirinya. Sikap itu terlihat dari cara Raysa yang tampak ingin membuat Angel pergi secepat mungkin dari sana. "Apa yang sebenarnya direncanakan oleh rubah kecil ini?" Pikir Hadi kesal. Hadi hendak bicara, tapi Angel keburu berkomentar. Dia juga sudah tampak lelah dan ingin segera kembali dan istirahat, meski tidak didukung oleh Raysa sekalipun, pada dasarnya Angel memang tidak suka satu kendaraan dengan Hadi. Angel pasti mengerti alasan Hadi ada disana menjemputnya, apalagi Ia juga sudah menyiapkan mobilnya sendiriu menjemputnya. Meski ada or
Saat Awan dan Angel telah pergi jauh meninggalkan area Bandara, taksi yang dipesan oleh Hadi baru sampai. Hal itu cukup membuatnya kesal, karena lambatnya layanan taksi bandara. Padahal Ia berharap, masih dapat menyusul Angel dan menyusun kembali rencananya.Namun, kekesalannya cepat ditelan kembali. Begitu sadar, jika jarak mereka tidak lama, karena jika mereka menyusul Angel sekarang, mereka akan dapat menjumpai Angel tidak lama setelah wanita pujaannya sampai dirumahnya.Meski pada bagian pentingnya, Hadi terpaksa harus bersabar karena tidak bisa bersama Angel dalam perjalanannya pulang kali ini. Hadi tahu jika Angel sudah sangat letih setelah menempuh perjalan panjang diatas pesawat, paling tidak dengan menggunakan alasan lelahnya Angel, Hadi dapat memanfaatkan kesempatan itu dengan berlagak sebagai seorang pahlawan dan menyediakan bahunya sebagai bantal bagi Angel. Namun, itu semua tinggal hanya lamunan indah semata. Itu semua karena ulahnya Raysa, gadis tersebut terlalu cepat
Tidak lama, kedua supir mereka kembali namun dengan tangan kosong. Mereka tampak tidak berdaya, "Maaf tuan, kami kehilangan jejak. Maling kecil itu begitu cepat larinya, kami sudah berusaha mengejarnya. Namun kami kehilangan jejaknya."Keduanya tertunduk dan merasa sangat bersalah karena merasa tidak bisa menyelesaikan hal sekecil itu.Namun lain halnya dengan Hadi, Ia yang sudah merasa kesal dengan sikap Raysa sebelumnya, tidak terlalu mempedulikannya. Dengan acuh tak acuh Ia berkata, "Ya, sudah. Kembali ke mobil. Kita langsung berangkat.""Tapi, handphoneku?" Sahut Raysa keberatan.Itu adalah Iphone keluaran terbaru, bagaimana bisa Ia kehilangannya begitu saja. Paling tidak, mereka bisa melaporkannya terlebih dahulu pada pihak berwajib dan membuat berita kehilangan, agar polisi dapat menindaklanjutinya.Hadi bahkan tidak perlu repot-repot memperhatikan sikap keberatan Raysa, Ia berkata, "Ini semua terjadi akibat kelalaianmu sendiri. Kita pergi! Kita tidak bisa membiarkan Angel menun
"Kenapa kakak melihatku begitu?" Tanya Raysa yang sadar arti dibalik tatapan tajam Hadi padanya. Namun, Ia berusaha bersikap tenang. Karena Ia tahu, jika Ia tidak bisa bersandiwara dengan baik, maka rencana yang telah Ia susun akan sia-sia. Meski untuk itu, jantungnya berdebar cukup kencang, khawatir jika sandiwaranya terbongkar."Ini semua ulah kamu kan? Kamu merencanakan semua ini?" Tanya Hadi dingin sambil menyipitkan matanya."Apa maksud kakak mengatakan semua ini ulahku? Jangan memfitnah sembarangan. Bagaimanapun dia adalah kakakku. Bagaimana mungkin Aku bisa merencanakan yang tidak baik pada kakakku sendiri?" Balas Raysa tidak terima.Hadi mendengus dingin, Ia tidak mungkin bisa dikelabui dengan permainan kecil seperti itu. Dengan ketus Ia berkata, "Kamu yang sebelumnya memesan taksi online tersebut untuk Angel, agar Ia tidak jadi satu mobil denganku kan? Kamu juga pasti yang telah merencanakan, agar taksi bandara datang terlambat menjemput kita dan memberi kesempatan Angel untu
Sebagai pria paling dewasa dan senior diantara semua orang yang ada disana, William coba tetap bersikap tenang dan berkata, "Jangan panik dulu! Sebaiknya kita tidak saling menyalahkan saat ini. CCTV, ya kita bisa memeriksa CCTV di Bandara. Jika tidak berhasil, kita dapat memeriksa CCTV di lampu merah dan menemukan pencuri yang telah mencopet ponselnya Raysa."Mata Hadi berbinar senang, semula Ia terlalu emosi dan melupakan ide ini. Sekarang, setelah calon mertuanya itu menyebutkan tentang hal ini, Ia kembali bersemangat. Ia tersenyum percaya diri, "Baiklah, serahkan hal ini padaku, Aku akan mengurusnya."Dengan jaringan yang dimiliki oleh keluarganya, bukan hal yang sulit untuk melihat hasil rekaman CCTV bandara dan kota, apalagi cuma sekedar menemukan jejak seorang supir taksi online. Disisi lain, jantung Raysa berdegup cukup kencang begitu mendengar saran Om-nya. Meski Ia berusaha keras menampilkan ekspresi tegar diwajahnya. Namun, Ia menyimpan kekhawatiran besar dalam hatinya. Be