"Baiklah, Aku akan mengikuti caramu." Ujar Awan pada akhirnya.
Tidak ada pilihan lain, Awan terpaksa harus berjudi dengan satu-satunya pilihan yang tersedia.
"Mulailah, kamu sudah tahu cara melakukannya, Nak!" Sambut Gumara bersemangat.
"Tapi... Akan terlambat bagi kita untuk menyelamatkan Devi dan Neo." Lanjut Awan ragu.
Ia memikirkan keselamatan Devi dan Neo disaat bersamaan.
Pada dasarnya, tubuhnya adalah wadah bagi tiga kekuatan besar secara bersamaan, yaitu kekuatan Huo, Gumara dan kekuatannya sendiri. Logikanya, semakin kuat Awan maka akan semakin besar wadah yang bisa digunakannya untuk mengeluarkan tiga kekuatan ini.
Kekuatan Gumara memiliki persentase terbesar diantara mereka bertiga. Perbandingannya, Jika Awan bisa melepaskan kekuatan dirinya dan Huo secara penuh, maka itu akan mengisi penuh wadah miliknya. Tapi, wadah yang sama besar hanya sanggup menampung 10 persen kekuatan Gumara saat ini.
Apalagi kekuatan Awan han
"Sekarang fokuslah pada kekuatan api biru.""Karena kekuatan ini berada dalam dirimu, jadi kamu punya kuasa untuk mengaturnya sesuka hatimu. Kamu juga telah memiliki kuasa atas kembaran gaibmu, kamu bisa melihat ada jalur yang terbuka antara dirimu dengan kembaranmu.""Meski ini terdengarnya mudah! Tapi akan sangat sulit jika kamu kehilangan fokus sedikit saja.""Sekarang, pindahkan kekuatan api biru tersebut ke dalam tubuh saudara kembarmu. Kekuatan itu akan memadatkan raga gaibnya dan membuatnya bisa berubah menjadi manusia, dimana kamu akan bisa mengontrolnya sesuka hatimu nanti.""Tapi, ingat! Jangan sampai inti kekuatan api biru ikut terangkat dan terpindahkan." Tambah Gumara mengingatkan."Memang apa yang terjadi kalau inti kekuatanku diangkat, senior Gomu-gomu?" Ternyata Huo yang lebih penasaran mengajukan pertanyaan duluan."Kamu akan mati." Jawab Gumara singkat, padat dan bikin sesak nafas.Glek.Huo langsung pucat, na
Kevin Soze dan Meilin yang sedang menyerang Awan dengan kekuatan penuh, dipaksa untuk bersabar. Karena sejauh ini Awan masih ngotot bertahan untuk mempertahankan selembar nyawanya yang semakin menipis.Saat itu, keduanya melihat sebuah fenomena aneh dari tengah pusaran kabut tempat Awan berdiri. Cahaya biru yang semula melindungi tubuh Awan tampak melesat keluar dan menghilang, tapi tidak ada reaksi lain yang ditimbulkannya. Sehingga, baik Kevin Soze maupun Meilin berpikir jika kekuatan api Awan sudah habis.Namun karena mereka masih merasakan jika Awan masih bertahan dari deras serangan mereka, sehingga mereka tidak mengendurkan sedikitpun serangannya dan malah semakin menaikkan tingkat serangan mereka.Jika saja itu adalah orang biasa, maka bisa dipastikan tubuhnya akan tinggal tengkorak kosong yang sudah membusuk saat ini. Namun, kondisi Awan sangat berbeda.Mau tidak mau, keduanya harus mengakui jika Awan adalah lawan tersulit yang pernah
Disisi lain, Hanna yang sedang gelisah tiba-tiba terdiam mematung. Saat itu, Ia merasa kehilangan hal paling berharga dalam hidupnya, dunianya terasa seakan terhenti begitu saja. Seakan ada sebuah batu besar yang menghimpit dadanya dan membuatnya sulit untuk bernafas. Tanpa bisa ditahan, airmatanya mengalir dengan deras. "Tidak, kak-kak Awan?" Panggil Hanna lemah. Beberapa menit yang lalu, Ia masih bisa merasakan jika bathinnya masih terhubung dengan bathin Awan, meski mereka tidak bisa berkomunikasi. Tapi.., sekarang Ia sama sekali tidak bisa merasakan tanda kehidupan Awan. Hubungannya dengan Awan seakan terputus begitu saja, sehingga Hanna menduga jika Awan telah tewas disuatu tempat. Kehilangan Awan, membuat dunia Hanna juga serasa terhenti. Ia berteriak berulang kali memanggil nama Awan dalam bathinnya, tapi tidak ada sahutan dari Awan sama sekali. Perasaan kehilangan seperti ini, membuat Hanna seakan tidak berdaya dan langsung terpu
Pertarungan sengit dengan intensitas terjadi disisi lain, antara Neo, Devi melawan Maverick dan Beatrix Kiddo. Neo yang terpaksa harus behadapan satu lawan satu dengan Maverick, tampak begitu keteteran. Bertarung dengan durasi lama, membuat Neo kehilangan ritme bertarungnya. Ia yang biasa mengandalkan kecepatan dalam memberikan serangan mematikan, ketika harus bertarung secara frontal dan waktu yang lama, membuatnya kewalahan. Kelemahannya terekspos dengan mudah. Beberapa kali Ia harus terjungkal dan berjuang mati-matian untuk mempertahankan nyawanya. Beruntung Ia memiliki kecepatan sebagai salah satu andalannya. "Hehehe, sampai kapan kamu akan bisa menghindari seranganku?" Maverick tampak begitu percaya diri. Neo sadar jika posisinya sedang tersudut, satu-satu peluang Ia bisa menghadapi petarung dengan level tinggi seperti Maverick adalah bekerja sama dengan Devi. Tapi, Devi sendiri juga tidak bisa diharapkan saat ini. Ia juga sed
Berlainan dengan Ekspresi Devi, Beatrix Kiddo terkejut sekaligus ketakutan. Bagaimana tidak? Gabungan tiga jenderal perang, tidak bisa menghadapi Awan yang hanya seorang diri. Sebelum ini, ada tuannya, Kevin Soze dan Meilin yang membantunya untuk membalikkan keadaan. Namun sekarang Ia seorang diri, kepercayaan diri Beatrix langsung menghilang. Ketakutan Beatrix pada Awan, membuat Ia tidak lagi sempat melihat tempat lainnya. Ia menduga jika Awan berada disini, itu artinya Ia sudah berhasil mengalahkan tuan dan nona nya. Jika sudah begitu, bagaimana mungkin Ia masih bisa hidup jika nekat memaksakan diri menghadapi Awan? Bertarung dengan lawan yang memiliki kemampuan yang jauh berada diatasnya, hanya ada kematian diujung jalan. Sehingga satu-satunya solusi, Ia harus melarikan diri dari sana. Tidak masalah jika nanti orang lain akan menyebutnya sebagai pengecut, nyawanya jauh lebih penting saat ini. Tanpa berpikir dua kali, Beatrix Kiddo lan
Kabut gelap dan kabut merah penuh racun tampak seperti pusaran badai keluar dari tubuh Meilin dan Juga Kevin Soze. Tubuh dua orang tersebut sudah sangat pucat dan kering, kekuatan keduanya dipaksa keluar sampai habis oleh Awan yang saat ini berdiri begitu perkasa dan menginjak tubuh keduanya. Wajah Awan terlihat begitu bengis namun begitu puas bisa membuat dua musuhnya terbaring tidak berdaya dibawah kakinya. "Aahhkk." Suara Meilin bahkan sudah seperti hewan yang sedang disembelih. Ia sudah tidak sanggup lagi untuk bicara, karena seluruh intisari energi kehidupannya ditarik keluar dan dihisap oleh Awan. Tubuh Meilin yang awalnya mulus dan berisi, sekarang seperti seonggok mayat dan hanya bersisakan kulit membalut tulang. Matanya sudah kosong dan cekung karena saking tidak tahannya menahan siksaan kejam dari Awan. Ditarik paksanya inti energi yang dimiliki seseorang, jauh lebih menyakitkan daripada siksaan fisik secara langsung. Itulah yang diras
Bugg buggNeo dan Devi berlutut tanpa sadar begitu mendapat tatapan dingin dari sosok Awan yang kejam.Tanpa mereka bisa hindari, tubuh mereka gemetar hebat dan mulai berkeringat dingin. Ini bukan sekedar perasaan cemas biasa, melainkan reaksi dari ketakutan yang muncul secara tiba-tiba dalam diri mereka begitu merasakan ancaman dari tatapan mata Awan.Jika Awan yang menyelamatkan mereka sebelumnya terlihat hangat meski terkesan mesum, namun Awan yang lainnya begitu dingin dan kejam. Hanya dengan tatapannya saja, sudah cukup untuk membuat orang biasa mati ketakutan.Mata yang dimiliki Awan mode kejam juga sangat tidak biasa. Itu bukan mata yang bisa dimiliki oleh manusia biasa.Neo dan Devi sudah berada pada level master, namun mereka berdua masih saja tidak bisa menghindari efek menakutkan dari tatapan mata Awan.'Apakah Ia masih manusia?' Pikir mereka berdua penuh tanya.Beruntung Awan hanya melihat mereka sebentar saja,
"Huo, apa kamu mau menjadi lebih kuat lagi?" Gumara bertanya dengan niat tersembunyi dalam hatinya."Hah?" Huo tercengang, seakan Ia ragu dengan pendengarannya sendiri."Iya, apa kamu tidak ingin memiliki kekuatan yang lebih tinggi lagi, sepertiku saat ini?"Huo meneguk ludah, tentu saja dia sangat ingin. Siapa yang tidak ingin menjadi lebih kuat? Apalagi Huo adalah perwujudan dari salah satu dewa perang, dimana menjadi yang terkuat adalah salah satu obsesinya."Apakah bisa?" Tanya Huo dengan polosnya.Gumara langsung tertawa mendengar pertanyaan Huo yang terdengar begitu lucu ditelinganya."Tentu saja bisa. Bagaimana, apa kamu tertarik?""Tapi..." Huo sempat ragu sesaat, "Bukankah Aku sudah mencapai batas kekuatan penuhku saat ini? Bagaimana bisa Aku berkembang lebih dari ini?" Lanjut Huo mengungkapkan keraguan dalam pikirannya."Jika kamu sudah menamatkan semua pelajaran di tingkat sekolah dasar, apa kamu akan tetap berada di