"Gandi Permana? Ada urusan apa Vino dengan pengusaha busuk itu?" Tanya Elisa penasaran.
Tentu saja Elisa kenal dengan Gandi, karena ada beberapa bisnis keluarga Jati yang terkait dengan Gandi. Vino tidak pernah terlibat dalam urusan bisnis keluarga Jati, khususnya yang berada di Ibu Kota. Adik bungsunya itu hanya tau bersenang-senang selama ini, jadi Ia ragu jika keterlibatan Vino dengan Gandi adalah urusan bisnis keluarganya.
Norman sendiri tidak berani langsung menjawab pertanyaan Elisa, sebagai gantinya Ia memerintahkan anggotanya yang berada diluar ruangan untuk membawa dua orang anak buah Russel kedalam.
Keduanya tampak begitu ketakutan, karena saat ini mereka dicurigai sebagai pengkhianat layaknya Russel, pimpinan tim mereka. Tubuh dan wajah keduanya penuh dengan luka lebam, sebelumnya mereka berdua sudah dihajar habis-habisan oleh para pengawal keluarga Jati untuk mendapatkan informasi.
Rupanya mereka benar-benar tidak tahu, jika Russ
"Ketenangan akan membuat keputusan yang diambil akan lebih jauh lebih matang." Ucap tetua Elijah menasehati. Dia melihat Elisa tampak berpikir lama ketika menyebut nama Sanjaya, pasti itu menjadi beban pikirannya. Sebagai seorang tetua dalam keluarga Jati, adalah tugasnya untuk membimbing mereka yang masih muda agar semakin matang dan lebih dewasa. Meski Elisa sendiri bukanlah pewaris utama yang kelak menjadi kepala keluarga, namun Ia tetap akan menjadi bagian penting yang tidak terpisahkan dari keluarga utama, seperti Elijah sekarang. "Benar kata Eyang, kita belum tahu titik permasalahannya sampai kita melihatnya secara utuh." Komentar Elisa setelah berpikir sejenak. "Baiklah, kita akan menunggu sampai Vino sadarkan diri dan menanyakan masalah ini padanya. Setelah itu, baru kita akan menentukan apa yang harus kita lakukan." Putus Elisa. Elisa pun kehilangan minat untuk meneruskan pijat refleksinya, karena itu Ia buru-buru berdiri dan merapikan pakaia
"Ahh, akhirnya selesai juga." Ucap salah seorang mahasiwi yang duduk tepat dibangku depan Awan dengan ekspresi tampak lega, Ia seperti habis menahan derita selama 4 jam terakhir. Meskipun cuma ada 3 mata kuliah hari itu namun karena berlangsung penuh dan tanpa jeda membuat mereka jadi tertekan sepanjang waktu. Ini adalah awal pekan, meski cuma ada tiga mata kuliah namun ketiga jadwalnya beriringan dan tanpa jam istirahat sama sekali. "Dasar orkay.. baru segini saja mereka sudah mengeluh, apalagi kalau kuliahnya dibuat full seharian." Gumam Yanuar pelan dari sebelah Awan. "Orkay?" Tanya Awan melirik Yanuar dengan penasaran. "Orang kaya broh." Jawabnya terkekeh namun tidak berani bicara keras, takut mahasiswi didepannya itu mendengar apa yang diucapkannya. Sepertinya, menjadi aiden telah membuat Yanuar tidak berani berbicara lantang dan menyinggung para anak orang kaya yang kuliah disana. "Hehehe kirain apa! Ya, udah yuk istirahat dulu
"Hayoo pada ngomongin apaan?" Tanya seorang wanita mengejutkan Yanuar dan Farhan. Mereka bahkan sudah siap terkena serangan jantung jika suara itu adalah suaranya Calista, beruntung itu bukan. Namun tetap saja, tidak serta merta menghilangkan keterkejutan dalam diri keduanya.Yanuar dan Farhan berbalik, mereka menemukan seorang gadis cantik berpipi chubby sedang tersenyum ringan melihat ke arah mereka. Lalu tanpa minta ijin sama sekali, gadis itu langsung saja berjalan melewati meja mereka dan duduk di sebelah kanan. Meski wajahnya terasa menyegarkan ketika dipandang, tapi karena momennya tidak tepat, Yanuar dan Farhan justru tampak ngeri melihat kecantikannya."Astaga! Hampir copot jantung gue." Ucap Farhan baru bisa melepaskan ketegangan dalam dirinya, wajahnya tampak begitu lega."Asu, gue mau pake jurus menghilang saja rasanya tadi. Lagian kenapa dua bocah nih, kayak orang sakau gitu ekspresinya. Makin nambah ketakutan kita-kita aja." Sela Yanuar ikuta
Beruntung Calista tidak memperpanjang pertanyaannya, atau itu akan benar-benar membuat Yanuar dan Farhan mati muda karena terkena serangan jantung. Mereka berbicara topik umum untuk beberapa saat, lalu Calista sengaja bertanya tentang pendapat mereka tantang materi dan pola mengajarnya sebagai bahan evaluasi baginya. Itulah salah satu kelebihan lain dari seorang Calista, dia tidak segan untuk bertanya pada orang lain, bahkan pada mahasiswanya sendiri tentang pola dan caranya mengajar. Dari situ, Ia bisa mengevaluasi dirinya sendiri untuk berkembang menjadi lebih baik. Awan sendiri pun mencatat salah satu poin positif Calista dalam benaknya. Mau tidak mau, Awan harus mengakui jika Calista bukan seorang dosen yang hanya menang cantik doang tapi juga memiliki banyak hal posisif yang menjadi keunggulannya. "Gina, kamu kok tumbennya bergabung sama mereka-mereka ini?" Tanya Calista saat mereka selesai makan siang. "Hmn, itu bu.. Kebetula
Saat Awan dan Xynthia dibingungkan mencari alasan untuk menolak ide Calista yang ingin mengantar mereka ke kontrakan alias Villa milik Awan, saat itulah seorang gadis remaja tiba-tiba datang dan langsung menyamperi mereka."Halo kakak Gina, halo tu.. eh, kakak Awan." Sapanya dengan nada ceria seperti biasa dan hampir saja keceplosan memanggil Awan dengan sebutan tuan muda, kalau saja Awan tidak cepat melotot tajam ke arahnya."Halooo.." Trio kutu buku langsung melambai ke arah Xynthia dengan wajah berbinar senang.'Gila! Masih remaja kok bisa begini cantiknya, apalagi gedenya?' Bathin mereka kompak, terpesona dengan cantik khas remaja Xynthia.Mereka tidak kenal siapa Xynthia dan kenapa Ia bisa masuk ke dalam area kampus, namun mereka tampak tidak mempedulikannya, karena mereka bertiga tampak begitu terpesona dengan kecantikan yang dimiliki Xynthia, terlihat seperti artis Korea Kim So Hyun ketika masih remaja. Para Mahasiswa yang sedang makan disana
"Manis." Ucap Awan tanpa sadar begitu melihat tawa lepas Calista. Entah kenapa Ia melihat pesona kecantikan Calista seakan melonjak tinggi berkali-kali lipat ketika Ia sedang tertawa seperti sekarang."Hah!" Giliran yang lainnya jadi terperangah mendengar Awan memuji Calista secara langsung. Jelas saja mereka semakin curiga jika Awan ada apa-apanya dengan Calista. Tidak terkecuali Calista sendiri, jantungnya jadi berdegup lebih cepat ketika pujian kali ini datangnya dari Awan. Sebuah fenomena yang sangat ganjil dirasakannya, 'Kenapa Aku bisa segugup ini ketika Awan yang memuji?' Pikir Calista seakan tidak mempercayai perubahan dalam dirinya.Sadar jika pujiannya pada bisa Calista bisa disalah artikan oleh Calista dan teman-temannya yang lain, Awan pun dengan cepat mengalihkan pembicaraan."Oh ya, perkenalkan ini adalah Xynthia. Dia ini... Anaknya ibu pemilik kontrakan tempat kami, tadi dia yang mengantarku sama Gina ke kampus, nah kebetulan sekarang dia sudah da
Ini untung saja, Calista ada janji dengan kakak tingkatnya. Kalau tidak, waktu 5 jam mungkin tidak akan pernah cukup untuk Awan bolak balik dari kamar ganti."Nah, perfecto." Ucap Calista dengan santainya sambil mengacungkan ibu jarinya tanpa memperdulikan wajah muram Awam.Saat Awan melihat berapa total uang yang dikeluarkan oleh Calista untuk dua stel pakaiannya, Awan hanya tersenyum kecil sambil geleng-geleng kepala. Bukan masalah nominalnya, tapi melihat itu membuat Ia teringat saat pertama kali diajak Renata untuk shoppingdahulu.Dulu Ia sempat berpikir, harga pakaian semahal itu mending digunakan untuk beli motor daripada beli pakaian.Tapi sekali lagi, uang hanya masalah angka bagi orang kaya. Nilai segitu tidak akan ada artinya bagi mereka, termasuk Awan yang sekarang. Cuma pikirannya terbawa kenangan ketika terlalu lama mengingat kejadian tersebut, teringat akan Renata kembali membuatnya larut dengan masa lalu
Tidak seperti Calista yang biasanya, dimana Ia bisa bersikap tegas ketika dikampus. Tetapi, kenapa Ia terlihat tidak berdaya sekarang? Memangnya orang seperti apa kakak tingkatnya itu? Sampai Calista tidak berani untuk menolak permintaannya secara tegas."Hmn, mereka itu berasal dari salah satu keluarga terkaya di Negara ini, bahkan Asia." Jawab Calista ragu-ragu. Sepertinya itu yang menjadi beban baginya karena tidak bisa memutuskan dengan mudah penolakannya.Awan langsung terkekeh mendengar jawaban Calista, "Kalau mereka orang terkaya di dunia sekalipun, terus kenapa? Mereka tidak bisa membunuhmu hanya karena kamu menolak dijodohkan dengan kakaknya. Kamu bisa menolak permintaan mereka jika kamu tidak ingin menerimanya."Calista tampak kesal melihat sikap Awan nyang terkesan terlalu menggampangkan persoalannya, "Huft, kamu tidak tahu orang seperti apa mereka." Rungut Calista kesal."Sudah jangan terlalu dipikirkan! Jadi sekarang, kamu ingin