"Manis." Ucap Awan tanpa sadar begitu melihat tawa lepas Calista. Entah kenapa Ia melihat pesona kecantikan Calista seakan melonjak tinggi berkali-kali lipat ketika Ia sedang tertawa seperti sekarang.
"Hah!" Giliran yang lainnya jadi terperangah mendengar Awan memuji Calista secara langsung. Jelas saja mereka semakin curiga jika Awan ada apa-apanya dengan Calista. Tidak terkecuali Calista sendiri, jantungnya jadi berdegup lebih cepat ketika pujian kali ini datangnya dari Awan. Sebuah fenomena yang sangat ganjil dirasakannya, 'Kenapa Aku bisa segugup ini ketika Awan yang memuji?' Pikir Calista seakan tidak mempercayai perubahan dalam dirinya.
Sadar jika pujiannya pada bisa Calista bisa disalah artikan oleh Calista dan teman-temannya yang lain, Awan pun dengan cepat mengalihkan pembicaraan.
"Oh ya, perkenalkan ini adalah Xynthia. Dia ini... Anaknya ibu pemilik kontrakan tempat kami, tadi dia yang mengantarku sama Gina ke kampus, nah kebetulan sekarang dia sudah da
Ini untung saja, Calista ada janji dengan kakak tingkatnya. Kalau tidak, waktu 5 jam mungkin tidak akan pernah cukup untuk Awan bolak balik dari kamar ganti."Nah, perfecto." Ucap Calista dengan santainya sambil mengacungkan ibu jarinya tanpa memperdulikan wajah muram Awam.Saat Awan melihat berapa total uang yang dikeluarkan oleh Calista untuk dua stel pakaiannya, Awan hanya tersenyum kecil sambil geleng-geleng kepala. Bukan masalah nominalnya, tapi melihat itu membuat Ia teringat saat pertama kali diajak Renata untuk shoppingdahulu.Dulu Ia sempat berpikir, harga pakaian semahal itu mending digunakan untuk beli motor daripada beli pakaian.Tapi sekali lagi, uang hanya masalah angka bagi orang kaya. Nilai segitu tidak akan ada artinya bagi mereka, termasuk Awan yang sekarang. Cuma pikirannya terbawa kenangan ketika terlalu lama mengingat kejadian tersebut, teringat akan Renata kembali membuatnya larut dengan masa lalu
Tidak seperti Calista yang biasanya, dimana Ia bisa bersikap tegas ketika dikampus. Tetapi, kenapa Ia terlihat tidak berdaya sekarang? Memangnya orang seperti apa kakak tingkatnya itu? Sampai Calista tidak berani untuk menolak permintaannya secara tegas."Hmn, mereka itu berasal dari salah satu keluarga terkaya di Negara ini, bahkan Asia." Jawab Calista ragu-ragu. Sepertinya itu yang menjadi beban baginya karena tidak bisa memutuskan dengan mudah penolakannya.Awan langsung terkekeh mendengar jawaban Calista, "Kalau mereka orang terkaya di dunia sekalipun, terus kenapa? Mereka tidak bisa membunuhmu hanya karena kamu menolak dijodohkan dengan kakaknya. Kamu bisa menolak permintaan mereka jika kamu tidak ingin menerimanya."Calista tampak kesal melihat sikap Awan nyang terkesan terlalu menggampangkan persoalannya, "Huft, kamu tidak tahu orang seperti apa mereka." Rungut Calista kesal."Sudah jangan terlalu dipikirkan! Jadi sekarang, kamu ingin
Awan juga baru menyadarinya, karena sebelumnya fokus Awan hanya pada Calista dan tidak sadar kalau wanita yang bersama kakak tingkat Calista itu sedang mengawasi dirinya."Ini siapa?" Tanya Calista ketika melirik wanita yang duduk disebelah Elisa."Maaf sampai lupa memperkenalkan, dia ini Pisces, pengawal pribadiku." Tampak seperti membanggakan pengawal cantiknya itu."Ah, kakak Eli dari dulu masih saja belum berubah. Dulu ketika kuliah saja selalu dikawal oleh pria-pria kekar, aku saja sampai takut ketika bertemu denganmu." Canda Calista teringat masa-masa kuliah mereka dulu."Yah, kamu tahu sendiri. Keluargaku sangat protektif denganku, jadi aku tidak akan dibiarkan kemana-mana jika tanpa pengawal." Keluh Elisa meski terkesan Ia seperti sedang menyombongkan kemampuan keluarganya."Tapi, sekarang cuma Pisces sendiri. Dia jauh lebih tangguh dari pria-pria itu." Lanjutnya sambil tersenyum ringan.Setelah berkata seperti itu, Eli
"Awan, apa itu benar?" Tanya Calista dengan ekspresi serius.Dibanding dengan Elisa, Calista tampak lebih penasaran untuk mengetahui kebenarannya. Ia begitu syok dan tampak begitu berharap jika apa yang diucapkan oleh seniornya itu benar. Ia telah begitu lama penasaran dengan identitas CEO RA Grup, Ia mengidolakan sosok pimpinan misterius itu, bahkan Calista bermimpi untuk menjadi pasangan hidupnya kelak. Jika Awan benar adalah orang yang dicarinya, ternyata betapa dekatnya mereka selama ini dan Calista sama sekali tidak menyadarinya.Mata Calista membulat, seakan setiap detik menunggu Awan bicara dan membenarkan sangkaan Elisa menjadi waktu paling mendebarkan seumur hidupnya. Bahkan lebih mendebarkan dari pengumuman sidang kelulusan Magisternya.Tapi bukannya langsung menjawab pertanyaan dari Calista, Awan justru tertawa terbahak-bahak. Sikapnya jelas membingungkan tiga wanita yang semeja dengannya."Jangan bersikap keterlaluan, nona saya sudah terlalu b
"Iya, benar. Dia masih kuliah, bahkan Awan tidak mendapat beasiswa sama sekali dan murni mengandalkan uang hasil pekerjaannya untuk bisa kuliah." Satu kalimat dari Calista dan itu sudah cukup untuk menyelamatkan Awan sesaat, paling tidak bisa mengaburkan kecurigaan Elisa terhadapnya. Meski Calista sendiri merasa sangat kecewa dan terlanjur berharap jika orang yang dicarinya selama ini adalah Awan.Tapi, kadang kenyataan tidak sesuai dengan harapan."Allis, kamu serius?"Callista mengangguk kecil dan menegaskan kembali apa yang diucapkannya, "Iya, Aku mengajar dikelasnya Awan dan Aku juga sudah membaca profilnya berulang kali.""Berulang kali?" Elisa sampai heran dengan ujung kalimat Calista.Callista sempat gugup, ternyata Ia malah keceplosan mengucapkan apa yang telah dilakukannya. Itu berawal karena pertemuan Callista dengan Awan yang terjadi karena kecelakaan kecil. Lalu berlanjut dengan pertemuan keduanya, dimana mobilnya ru
"Apa yang harus kami buktikan?" Tanya Calista gelisah. Dia sadar mereka hanya menjadi pasangan pura-pura untuk hari ini, bagaimana cara mereka harus membuktikan hubungan mereka? Sementara Calista sendiri belum pernah pacaran sama sekali. Calista pernah menonton drama pasangan kekasih yang sedang berpelukan dan berciuman, tapi tidak mungkin Ia melakukan hal tersebut dengan Awan. Jika itu terjadi, ini akan menjadi lebih dari sekedar sandiwara. "Ciuman. Cium dia! Jika kamu benar-benar mencintainya." "Jangan katakan kalau kalian tidak pernah melakukannya sebelum ini?" "Tentu saja kami pernah melakukannya, kami saling mencintai kok." Sanggah Calista gugup dan itu tidak lepas dari pengamatan Elisa. "Kalau begitu, cium dia! Maka Aku baru bisa mempercayai hubungan kalian berdua." Desak Elisa dengan senyum liciknya. 'Cium? Tuh kan benar, kak Eli pasti akan memaksaku untuk melakukannya. Kalau tidak, Ia akan cur
"Oi-oi sudah! Kalian...""Kalian benar-benar melakukannya? Apa kalian tidak memandang ada kami disini?" Teriak Elisa menghentikan adegan ciuman yang mulai berlangsung panas didepannya.Baik Elisa maupun Pisces yang duduk disebelahnya tampak jengah melihat adegan panas tersebut. Jika Elisa tidak menghentikannya, dua orang didepannya itu bisa saja bertindak lebih jauh tanpa sadar situasi sama sekali.Disisi lain, nafas Calista masih memburu dan wajahnya bahkan masih memerah. Ia tidak sadar jika dirinya telah larut terlalu jauh dalam ciuman panas barusan. Ia langsung menunduk dan melayangkan pandangannya ke arah lain. Berbagai macam pikiran berkecamuk dalam benaknya dan itu membuatnya jadi terdiam tanpa sedikitpun bicara."Jadi... kalian sudah percaya sekarang?" Tanya Awan pada Elisa. Sebuah senyuman yang penuh rasa percaya diri terukir diwajah tampannya.Elisa justru mengipasi wajahnya dengan telapak tangannya sendiri, "Kalian sudah seperti ini, baga
Calista terkejut dan melihat keluar, ternyata Awan yang telah mengetuk pintunya. Ia sampai lupa jika saat itu, Ia masih bersama Awan. Ketika Ia melihat jam di dasboard mobilnya, Calista baru sadar jika Ia telah menangis lebih dari satu jam.'Astaga! Ia telah menunggu diluar selama 1 jam lebih?' Pikir Calista merasa bersalah.Ia hampir saja lupa, kalau Awan datang bersamanya.Calista melihat kekaca spion mobil sebentar, setelah memastikan kalau tidak ada jejak air mata yang tertinggal diwajahnya. Calista pun dengan cepat membukakan pintu, namun Ia masih diam dan tampak belum siap bicara sama sekali."Mau aku yang menyetir?" Tanya Awan pelan menawarkan diri. Ia mencemaskan kondisi Calista, khawatir jika Calista tidak berada dalam kondisi yang stabil untuk berkendara."Tidak usah. Kamu duduk saja. Mau kuantar kekontrakan atau ketempat kerjamu?" Tanya Calista balik dengan suara sedikit serak karena telalu lama menangis.Awan pun tidak berkomenta
"Guysss, kangeenn." "Iya, gue juga kangen ma kalian semua." "Hmn, tidak terasa waktu lima tahun begitu cepat berlalu." "Iya, gue sudah gak sabar menunggu seminggu lagi. Rasanya, kalendernya pengen gue sobek biar bisa segera bertemu kalian semua." Dalam video call tampak 7 orang, yang terdiri dari lima wanita dan dua pria saling melepas rindu satu sama lain. Suasana tampak begitu ceria dan penuh kehangatan. "Novi, dari tadi diam aja. Mentang-mentang sebentar lagi mau jadi jaksa." "Iya, kah? Pantesan Shiren dari tadi juga ikutan kalem banget, gak kayak biasanya." "Loh, Siska, lu gak tahu kalau Shiren sebentar lagi bakal jadi 'ibu' jaksa?" "Vebyyy, ember deh." "Hahaha, orangnya ngamuk. Biar yang lain pada tahu, Ren." "Tapi, gak gitu juga kali! Ah, lu juga sih. Jadi, gak surprise kan." "Hem-hem, jadi cinta lama bersemi kembali nih ceritanya." "Hahaha, lagian siapa yang bisa menolak pesona seorang jaksa sih?" "Ih, jadi karena itu Novi bawaannya kalem sekarang." "Hahaha, tidak
Keesokan harinya.Itu adalah hari yang dipenuhi kesedihan dalam klan Sanjaya. Madam Chiyo memimpin acara pemakaman hari itu. Ribuan orang dari klan Sanjaya dan klan Atmaja memadati hampir seluruh area pemakaman. Pemakaman seluas dua puluh hektar tersebut, tampak menjadi lebih kecil karena saking banyaknya orang yang hadir untuk menghadiri acara pemakaman masal hari itu.Mereka yang hadir disana hanya dari klan Sanjaya dan Klan Atmaja saja, dan beberapa lainnya dari kenalan terdekat mereka. Sesuai ramalan nenek Chiyo sebelumnya, pertempuran sehari sebelumnya telah menelan banyak korban nyawa. Jadi sangat wajar, semua orang tampak begitu sedih dan merasa kehilangan dengan banyaknya korban yang berjatuhan. Tidak termasuk orang-orang Sanjaya yang berkhianat, karena mereka semua di urus oleh pihak divis zero dan militer.Saat semua orang sedang berduka, sekelompok orang baru datang meminta ijin pada penjaga yang berjaga di luar gerbang pemakaman. Sekelompk orang ini dipimpin oleh pange
Saat ia melangkah semakin jauh ke dalam alam jiwa Awan, ia menemukan sebuah tempat yang sangat gelap. Itu adalah satu-satunya tempat yang belum dilewatinya, Renata merasakan perasaan yang sangat kuat, jika Awan berada didalam sana. Renata coba mendekati tempat itu. Benar saja, ia mendapati Awan berada di dalam sana dalam keadaan terbelenggu. Lebih tepatnya, ia telah membelenggu kesadarannya sendiri. Kehilangan Angel dan juga bayi mereka, membuat pukulan yag sangat besar bagi mentalnya. Awan merasa semua itu adalah kesalahannya, karena itu ia menghukum dirinya sendri dan telah siap mati demi menebus kesalahannya tersebut. Renata ingin masuk ke dalam sana. Hanya saja, tempat itu seperti menolak kehadirannya. Renata coba berteriak sekeras yang ia mampu, namun suaranya tidak bisa tembus ke tempat Awan berada. Tidak peduli, sekeras apapun Renata berusaha. Renata menangis disana, sambil terus memanggil nama Awan. Ia tidak tahan melihat Awan menyiksa dirinya sendiri dengan menanggung s
Selain itu, ia juga telah berikrar untuk menanti Awan saat terakhir pertemuan mereka. Tapi hanya sebatas itu, tidak ada pernyataan yang menunjukkan bahwa hubungan mereka lebih dari sekedar teman.Annisa dengan malu-malu menjawab, "Kami... hanya sekedar teman dan kebetulan berasal dari kampung yang sama.""Oh." Gumam Amanda singkat. Meski tampak ragu dengan jawaban itu, karena Annisa tampak berpikir lama sebelum menjawabnya. Namun, Amanda tidak menampik kalau ia merasa lega setelah mendengar hal itu langsung dari mulut Annisa."Kalau kamu... Kamu ada hubungan apa dengan Awan? Bagaimana bisa kamu membawanya dan datang dengan cara yang 'mengejutkan' seperti tadi?"Giliran Amanda yang jadi salah tingkah dengan pertanyaan balik Annisa. Ia bingung bagaimana harus menjelaskan hubungan mereka. Keluarganya dan Ayah Awan jelas sudah membuat kesepakatan atas pertunangan mereka dan sampai detik ini ketika melihat seluruh perkembangan Awan dan juga menyaksikan kekuatannya, Amanda tidak memungkiri
30 menit sebelumnya.Amanda tidak mengerti alasan kenapa dokter wanita berkerudung di depannya itu, sampai bisa memegang segel terakhir dalam tubuh awan.'Apa hubungan Awan dengannya?'Ketika melihat betapa khawatirnya wanita yang di name tagnya itu tertulis nama 'Annisa Azzahra' tersebut pada Awan, membuat Amanda bertanya-tanya, jika hubungan keduanya pasti bukan sekedar hubungan biasa.Butuh waktu yang sangat lama bagi mereka, sampai akhirnya segel dalam tubuh terlepas. Proses tersebut pasti tidak mudah, karena begitu segel tersebut terlepas sepenuhnya dari dalam tubuh Awan, dua energi yang sebelumnya masih berada di dalam tubuh Awan, jadi menghilang sepenuhnya.Pastinya itu sangat melelahkan, terutama bagi Annisa. Tubuhnya tampak berkeringat dan pijakannya beberapa kali tampak goyah. Meski begitu, ia terlihat tidak ingin menyerah sedikitpun dan tetap berjuang untuk menyelesaikannya. Amanda juga tidak mengerti bagaimana cara Annisa melakukannya. Karena yang tampak di matanya, Annis
Mendengar pertanyaan itu, Kelvin hanya bisa tertawa pahit, "Sayangnya tidak bisa.""Kakak, apa itu artinya kami tidak akan pernah bertemu denganmu lagi?" Tanya Charlote syok.Ternyata itu adalah hari terakhir mereka bisa bertemu dengan Kelvin Sanjaya.Kelvin kembali hanya sebentar, untuk membantu Awan terakhir kalinya. Setelah itu, ia mempercayakan masa depan klan Sanjaya ditangan anaknya. Meski begitu, tidak nampak sedikitpun keraguan atau kekhawatiran di wajah Kelvin. ...Berkat campur tangan divisi zero dan juga militer, semua kekacauan tersebut berhasil di sembunyikan. Selanjutnya, peta penguasa di negeri ini pun mengalami perubahan yang sangat besar, setelah tujuh keluarga naga dikeluarkan setelah bukti keterlibatan mereka dengan organisasi ilegal the shadow begitu jelas, selanjutnya tujuh keluarga naga ini dimasukkan ke dalam daftar hitam dan tentu saja harus menerima hukuman sesuai hukum yang berlaku. Aset mereka disita sepenuhnya oleh negara, meski itu hanya berlaku untuk di
"Kakak, apa yang terjadi padamu sebenarnya" Tanya Charlote heran."Tidak ada yang perlu dikhawatirkan tentang apa yang terjadi padaku, dik. Sekarang, keluarga ini butuh kamu. Aku sudah mewariskan posisiku pada Awan, dialah yang bertanggung jawab terhadap keluarga kita di masa depan. Karena itu, aku butuh kamu untuk membimbingnya."Begitu mendengar Kelvin menyinggung tentang Awan, Charlote baru sadar jika sedari tadi ia tidak melihat ada Awan di sana."Sekarang Awan dimana? Kenapa Aku tidak merasakan keberadaannya?"Kelvin tersenyum tipis dan berkata, "Ia berada di tempat yang aman. Nanti, kamu dapat bertanya pada paman Abimana dimana Awan. Sekali lagi, aku butuh kamu dan yang lainnya untuk membimbing Awan dalam memimpin keluarga kita."Charlote melihat Kelvin lebih dalam, ia merasa perasan tidak nyaman. Terutama karena ucapan Kelvin yang seolah menyiratkan sedang memberikan wasiat terakhir untuknya."Kakak, apa maksudmu? Bukankah kamu bisa melakukannya? Kenapa aku merasa kamu akan per
Saat madam Gao melarikan diri setelah dibiarkan pergi oleh Kelvin sebelumnya. Ternyata para pengikutnya juga ikut melarikan diri ke arah lain, karena merasa pemimpin mereka sudah kalah. Sehingga, mereka juga berusaha untuk menyelamatkan diri mereka masing-masing.Kelvin melirik Abimana sejenak, lalu menjawab pertanyaan Lin, "Tidak udah! Divisi Zero akan mengurus sisanya. Dengan apa yang terjadi hari ini, mereka tidak mungkin lagi berani menginjakkan kakinya di Negeri ini. Bukankah begitu, paman Abimana?"Abimana sambil mengusap jenggotnya, mengangguk setuju dan membenarkan pernyataan Kelvin. "Benar, bukti persekongkolan tujuh keluarga naga dengan the shadow sangat jelas. Segera, negara akan memasukkan nama mereka ke dalam daftar hitam."Tidak berhenti sampai disitu, Abimana segera menambahkan, "Serta.. semua aset mereka akan disita oleh negara."Kening Kelvin dibuat berkerut, ia sama sekali tidak menyangka jika Abimana telah merencanakan ini semua. Semula, ia sudah berencana untuk men
Kelvin melakukan persis seperti janjinya pada Huo, mengirim Awan langsung pada Annisa. Hanya saja, Kelvin sengaja tidak pergi bersama mereka karena berbagai pertimbangan. Untuk menjaga kondisi Awan tetap stabil saat pembukaan penuh segel yang terdapat dalam dirinya, butuh seseorang yang cukup kuat, Amanda adalah orang yang cocok untuk tugas seperti itu."Kemana mereka perginya?" Tanya Abimana penasaran begitu melihat cucunya dan juga Awan tiba-tiba menghilang, setelah sebelumnya Kelvin sempat menjelaskan apa yang harus dilakukan oleh Amanda ketika bertemu wanita yang dapat membuka segel Awan. Hanya sebatas itu, Kelvin tidak menjelaskan lebih banyak.Apalagi ketika mereka menghilang, Kelvin ternyata tidak ikut pergi bersama mereka.Kelvin batuk-batuk sejenak dan bersikap seolah semuanya berjalan normal, "Hmn, tidak apa-apa, paman. Mereka masih di kota ini, tenang saja! hahaha!""Benarkah?" Tanya Abimana ragu, "Lalu, kenapa kamu tidak ikut bersama mereka?""Yah... tentu saja karena masi