"Oi-oi sudah! Kalian..."
"Kalian benar-benar melakukannya? Apa kalian tidak memandang ada kami disini?" Teriak Elisa menghentikan adegan ciuman yang mulai berlangsung panas didepannya.
Baik Elisa maupun Pisces yang duduk disebelahnya tampak jengah melihat adegan panas tersebut. Jika Elisa tidak menghentikannya, dua orang didepannya itu bisa saja bertindak lebih jauh tanpa sadar situasi sama sekali.
Disisi lain, nafas Calista masih memburu dan wajahnya bahkan masih memerah. Ia tidak sadar jika dirinya telah larut terlalu jauh dalam ciuman panas barusan. Ia langsung menunduk dan melayangkan pandangannya ke arah lain. Berbagai macam pikiran berkecamuk dalam benaknya dan itu membuatnya jadi terdiam tanpa sedikitpun bicara.
"Jadi... kalian sudah percaya sekarang?" Tanya Awan pada Elisa. Sebuah senyuman yang penuh rasa percaya diri terukir diwajah tampannya.
Elisa justru mengipasi wajahnya dengan telapak tangannya sendiri, "Kalian sudah seperti ini, baga
Calista terkejut dan melihat keluar, ternyata Awan yang telah mengetuk pintunya. Ia sampai lupa jika saat itu, Ia masih bersama Awan. Ketika Ia melihat jam di dasboard mobilnya, Calista baru sadar jika Ia telah menangis lebih dari satu jam.'Astaga! Ia telah menunggu diluar selama 1 jam lebih?' Pikir Calista merasa bersalah.Ia hampir saja lupa, kalau Awan datang bersamanya.Calista melihat kekaca spion mobil sebentar, setelah memastikan kalau tidak ada jejak air mata yang tertinggal diwajahnya. Calista pun dengan cepat membukakan pintu, namun Ia masih diam dan tampak belum siap bicara sama sekali."Mau aku yang menyetir?" Tanya Awan pelan menawarkan diri. Ia mencemaskan kondisi Calista, khawatir jika Calista tidak berada dalam kondisi yang stabil untuk berkendara."Tidak usah. Kamu duduk saja. Mau kuantar kekontrakan atau ketempat kerjamu?" Tanya Calista balik dengan suara sedikit serak karena telalu lama menangis.Awan pun tidak berkomenta
Rencana Awan mengalihkan perhatian penguntitnya dengan berhenti didepan AW Autosport berjalan dengan baik. Showroom otomotif itu sendiri merupakan sebuah showroom mobil brand eropa sebelumnya, cuma karena lama tidak bisa bersaing dengan gencarnya pemasaran brand otomotif asal Jepang membuat mereka harus gulung tikar.Setengah tahun sebelumnya, RA Grup melalui RA Investment mengakuisi showroom tersebut dan merubahnya menjadi showroom mobil sport yang tidak terbatas pada satu brand tertentu saja. Tidak hanya sebagai display mobil-mobil sport mewah, showroom ini juga dilengkapi dengan bengkel berstandar insternasional, membuat setiap pelanggan mereka tidak akan kebingungan dengan urusan maintenance serta ketersediaan spare part.Selain itu, citra yang diangkat oleh AW Autosport adalah dengan memulai membangun komunitas pecinta mobil-mobil sport. Mungkin terkesan membuang-buang uang di awalnya, namun lambat laun komunitas ini mulai berkembang dan membentuk banyak komunitas
Saat Awan membaca pesan yang masuk ke hp-nya, Awan tersenyum tipis. Elisa ternyata beneran mengirim seseorang untuk memastikan pekerjaannya."Wanita yang licik."Melihat siapa yang dikirim oleh Elisa, ternyata itu bukanlah pengawal pribadinya, Pisces. Sepertinya Elisa sengaja bermain serapi mungkin. Jika saja Awan tidak sadar ada yang menguntitnya, mungkin saja Elisa akan melonjak girang mengetahui Awan masuk ke RA Grup saat ini. Dengan begitu Ia akan bisa memastikan identitas Awan sebelumnya.Awan pun memutuskan untuk mengabaikan Elisa untuk sementara waktu. Ada waktunya Ia akan bermain lagi dengan keluarga Jati, saat ini Ia berjalan memasuki lift menuju lantai 20 perusahaannya. Ia berencana menemui Arif, kepala Direktur RA Architect untuk memastikan perkembangan markas anjing yang direncanakannya.Sampai dilantai 20, Awan cukup takjub melihat penataan interior disana. Sudah lama Ia tidak memantau langsung setiap divisi yang ada dalam perusahaannya
"Pak Awan?" Tatapan mata Rachel tampak menuntut jawaban dari Awan begitu mereka duduk di guest lounge area. Jelas saja Rachel begitu penasaran dan mulai meragukan alasan Awan sebagai karyawan magang di RA Grup dulunya."Hehehe, kenapa?" Awan balik bertanya sambil terkekeh seolah dia tidak paham apa yang dimaksud oleh Rachel.Sikapnya membuat Rachel semakin gregetan."Jelaskan ada hubungan apa antara kamu dengan pak Arif? Kenapa dia tampak takut dan segan denganmu? Tidak mungkin kalau kamu itu cuma sekedar karyawan magang kan?" Rachel terlihat begitu menuntut."Enak aja, Aku punya hubungan dengan pak Arif? Emang aku cowok apaan? Masih normal tau!" Canda Awan."Gak lucu. Udah cepat jawab.""Lah, yang ngajak ngomong kan kamu. Masa Aku yang jadi ditanya sekarang." Awan masih coba berkilah."Itu bisa dibahas setelah ini, cepat buruan jawab." Rachel tampak tidak sabaran. Dia tidak akan tenang sebelum mendapat jawaban yang bis
"Kumohon, jangan buat kecewa adikku. Hanna mungkin tidak sesempurna Renata, tapi cintanya padamu tidak kurang sedikitpun dari Renata." Ucap Rachel diujung kalimatnya.Awan menghela nafas dalam, dia berada dalam posisi yang sulit. Dia bisa saja memenuhi permintaan Rachel dan menjadikan Hanna sebagai pasangannya, tapi itu akan membuat Awan membohongi perasaannya sendiri. Hubungan yang dibangun diatas kebohongan hanya akan menyakiti kedua belah pihak, Awan sangat menyadari hal itu."Aku tahu, tapi... perasaan tidak bisa dipaksakan. Perasaanku pada Hanna tidak lebih seperti perasaanmu pada Hanna." Ucap Awan pada akhirnya dengan berat hati. Mendengar itu, Rachel tampak semakin terisak tidak berdaya."Tidak bisakah kamu berpura-pura mencintainya?"Awan menggeleng lemah dengan senyum getir, "Justru kalau aku berbohong akan semakin menyakitinya dan aku sama sekali tidak ingin Hanna tersakiti, karena Aku sangat menyayanginya. Layaknya adikku sendiri.""Hiks
Saat Awan telah selesai berganti pakaian dan sekarang mengenakan setelan jas kerja Armani berwarna hitam, membuat kharismanya terlihat semakin hidup dan memukau. Dua wanita cantik yang sedang duduk didepan meja kerjanya bahkan tidak bisa menampik pesonanya saat ini, mereka terpaku beberapa saat sebelum berhasil mengendalikan diri dengan baik.Pesona Awan tidak hanya terlihat dari sosoknya yang tampan, tetapi juga aura seorang pemimpin besar yang mampu membuat orang-orang yang melihatnya menjadi kagum dan menghormatinya."Jadi, apa yang bisa saya bantu hari ini?" Awan bertanya dengan sikapnya yang tetap low profile."Hmn, saya saya sudah membuat beberapa work plan dan sudah saya susun dalam dokumen ini, CEO. Mohon di cek terlebih dahulu dan mohon masukannya jika ada yang kurang berkenan." Ujar Elena sedikit gugup.Awan membuka map yang disodorkan Elena dan memeriksanya lembar demi lembar. Sebenarnya, Elena tidak harus memaparkan rencana k
Selanjutnya, Awan memberi arahan dan masukan tentang beberapa rencana perusahaan kedepannya yang bersifat umum, lalu setelah itu Ia berkata pada Elena, "Oya, Bu Elena. Tolong sampaikan pada pak Hilman. Katakan pada beliau, jika ada waktu silahkan datang untuk menemui saya. Tapi, tolong jangan ada komunikasi tentang pertemuan ini lewat handphone atau media elektronik apapun. Saya ingin anda sendiri yang menyampaikannya secara langsung."Perintah Awan terasa janggal bagi Elena, bukankah Awan seharusnya bisa saja menghubungi mantan atasannya itu lewat panggilan telepon ataupun pesan pribadi. Tapi, ada kalanya dalam beberapa kasus tertentu, klien meminta pertemuan secara langsung, dikarenakan tidak ingin ada jejak digital apapun yang bisa membuat mereka dapat terlacak. Biasanya itu untuk kasus berat, seperti korupsi atau tindak ilegal. Atau bisa jadi ada sesuatu hal yang ingin dirasahasiakan oleh Awan dan membutuhkan tindakan hukum dan Ia tidak ingin ada pihak lain
Wajah-wajah tegang dan cemas berkumpul didepan ruang ICU, mereka semua sama-sama khawatir dengan kondisi Elektra yang masih belum sadar. Diantara mereka tampak Joe dan keluarganya, beberapa petinggi klan serta 3 dari 7 leader pasukan khusus Klan Atmaja, dimana Noura adalah salah satu dari tujuh pemimpin tim elit tersebut.Jika bukan karena aturan rumah sakit yang membatasi jumlah orang yang berada dalam area rumah sakit, bisa jadi seluruh rumah sakit akan penuh sesak saat ini. Jadi, kebanyakan mereka berjaga-jaga di luar bangunan rumah sakit. Setiap orang merasakan kemarahan dalam dada mereka, akibatnya kota Bandung hari ini menjadi mencekam. Satu pimpinan elit Klan diserang hari ini, membuat seluruh orang dalam klan tergerak untuk mencari dan membalas pelakunya.Joe sendiri sudah mengeluarkan perintah darurat untuk menemukan pelaku penyerang Elektra, perperangan bisa pecah setiap saat. Bahkan pihak keamanan negeri ini sekalipun tidak bisa berbuat banyak, ketika