“Saya permisi nona.”
Alisha mengangguk, membiarkan pelayan yang baru saja selesai merapikan rambutnya pergi. setelahnya, Alisha kembali termenung. Pikirannya penuh dengan Galahan dan kumpulan foto dengan tulisan manis di baliknya.
“Fokus Alisha, jangan biarkan hal kecil seperti itu menghancurkan tekad kamu. Kematian ibuk harus di balaskan.” Bisiknya kepada diri sendiri.
‘Kriet’
Alisha kembali membuka mata begitu pintu kamarnya kembali terbuka, ah lebih tepatnya pintu kamar Arjuna. Lelaki itu masih belum mengizinkan Alisha kembali ke paviliun kanan, semenjak insiden yang nyaris membahayakan nyawanya waktu itu.
“Kamu berkasil menemukan sesuatu?” Arjuna duduk sembari melipat salah satu kakinya di sofa, “Katakan Alisha, apa kamu menemukan sesuatu?”
Alisha mengangguk, “Ada brangkas teresembunyi di balik rak buku.”
“Kamu berhasil membukanya?”
Alisha menggeleng, “Saya.. melihat kehadiran Galahan dari monitor cctv di ruan
Hai semua, makasih udah suka sama ceritanya. maaf sekali ya kemarin jarang updet, aku agak sibuk dan akhirnya drop :( makasih undah mau menunggu dan tetap setia sama Arjuna. Salam Sayang Pau.
Alisha mengerjap, Arjuna tiba-tiba saja mengecupi wajahnya dengan cepat.“Tuan, geli!” Alisha berusaha menahan wajah lelaki itu meski percuma, alih-alih menyingkir Arjuna justru memutar tubuhnya sehingga Alisha telentang di atas sofa, “Astaga tuan, saya bisa jatuh!”Arjuna terkekeh, ternyata ia merindukan kecerewetan Alisha setelah seharian ini mengabaikan perempuan tersebut.“Kita akan menghancurkan keluarga Erlang, Al. Keluarga itu akan membayar dosa-dosa mereka selama ini.” ucap Arjuna sungguh-sungguh.Alisha yang mendengar itu sedikit merasa terharu, perempuan itu tidak tanpa sadar mengulurkan tangan dan mulai menelusuri wajah Arjuna. Alisha merasa kagum menyadari betapa tegas rahang lelaki tersebut, belum lagi hidungnya yang mancung, mata yang besar dan tajam, terakhir Alisha berlama-lama membelai bibir Arjuna yang tipis kehitaman, lelaki itu pasti pecandu rokok.“Ternyata tuan Arjuna tampan juga.&rdqu
“Kode Aksesnya..” Arjuna berusaha mengingat sebaris angka yang di beritahukan AlishaPerempuan itu bilang Galahan menggunakan tanggal dan tahun pernikahannya dengan Aliya sebagai kode akses untuk memasuki ruang kerjanya. Alisha sendiri saat itu tidak sengaja melihat Galahan menekan angka tersebut ketika di undang memasuki ruang kerja ayahnya untuk pertama kali.‘klik’Arjuna menyeringai karena pintu jati tersebut benar-benar terbuka, “Nah, sekarang mari kita lihat, di mana replika buku yang di maksud Alisha.” Arjuna mengusap ke dua tanggannya dengan tidak sabaran, sejauh ini rencananya berjalan dengan lancar. Titik kamera keamanan yang di beritahukan oleh Alisha benar-benar tepat sasaran, perempuan itu bahkan ingat jadwal patroli para penjaga sehingga Arjuna bisa dengan mudah menghindari mereka.“Ah, jadi ini foto yang di lihat Alisha.” Arjuna mengambil bingkai kecil di dekat tumpukan berkas, “Yah, har
Alisha termenung di dalam kamarnya, perempuan itu mengerjap sebelum memukul dadanya yang sesak. Ia jelas terkejut dengan sikap Arjuna barusan, lelaki itu benar-benar terasa dingin dan tiba-tiba saja terasa jauh, tidak dapat di sentuh.“Tuan Arjuna mungkin lelah.” Alisha mencoba menyemangati diri, meski sejujurnya ia juga tidak mengerti kenapa harus merasa sekecewa ini, “Atau mungkin misinya tidak berjalan sesuai rencana, tuan Arjuna pasti kesal karena itu butuh waktu untuk sendiri.”Alisha menarik napas, sebisa mungkin menahan perasaan sedihnya dan berusaha memaklumi sikap Arjuna.“Nona..”Alisha menoleh, seorang pelayan datang sembari mendorong troli makanan.“Sebastian bilang, anda boleh makan setangkup roti mentega dulu sebelum beristirahat.”Alisha menggelengkan kepala, “Saya enggak lapar.”“Anda harus makan, Sebastian bilang anda tidak menghabiskan menu makan malam
“Syukurlah karena lukanya tidak serius, kamu hanya perlu mengganti perbannya sekali besok pagi.”Arjuna menarik tangannya dari Ruben dengan kasar.“Tapi sebaiknya, untuk sementara kamu jangan terlalu sering menggerakan tangan kamu dulu Jun. Seenggaknya sampai besok pagi.”“Hmm.”Ruben menghela napas, “Oke, kalau begitu selamat beristirahat.”Ruben membereskan barang-barangnya dengan cepat, begitu juga Alisha yang menenteng sampah medis yang di gunakan Ruben untuk mengobati Arjuna.“Selamat beristirahat tuan.” Perempuan itu sedikit membungkukan badan, mencontoh kebiasan Sebastian jika hendak undur diri dari hadapan Arjuna.“Mau kemana kamu?”Alisha spontan melirik ujung pakaiannya yang di tarik Arjuna. “Saya mau kembali ke kamar tamu tuan.”“Siapa yang nyuruh kamu pergi?”Semua orang di dalam kamar mengerutkan kening.
Totalnya ada tiga orang koki di mansion Arjuna Adihyaksa, masing-masing memiliki keahlian yang berbeda. Tapi pagi ini, ke tiga koki tersebut di buat ketar ketir karena Alisha tiba-tiba saja mengambil alih dapur. Bukan hanya itu, tuan mereka, Arjuna Adhiyaksa juga memasuki dapur dan duduk dengan tenang di kursi yang sudah di sediakan oleh Sebastian.“Kamu benar-benar bisa memasak kan?”“Tentu saja, dulu saya sering bantu ibuk masak. Masakan ibuk enak loh, bahkan babak sampai bisa nambah tiga kali kalau lagi berkunjung.” Gerakan tangan Alisha yang sedang menyiapkan bahakan makanan spontan terhenti, perempuan itu menyadari kekeliruannya dalam berbicara, “Ah, tuan Arjuna juga pasti nanti minta nambah.”Arjuna hanya mengangguk, “Cepat selesaikan, saya sudah sangat lapar.”Salah satu koki mendekat, ragu jika Alisha benar-benar bisa menangani urusan dapur. Koki itu tidak ingin membuat masalah baru.“Bi
Brama tertawa senang, di sisinya dua wanita penghibur bermanja-manja dalam pelukannya. Sesekali kepalanya terpelanting, ketika para perempuan berpakaian mini tersebut membisikan kalimat-kalimat nakal di telinganya. “Hahahah baiklah.. baiklah.. kalian yang akan ikut ke Hawai bersama ku nanti.” Brama tersenyum senang ketika para perempuan bertubuh sintal itu semakin bergelayut manja dalam pelukannya. “Malam yang menyenangkan pak Brama..” Kening Brama berekerut memperhatikan lelaki dengan postur tegap berdiri di hadapannya, ia kenal siapa Arjuna Adhiyaksa. “Ahahaha anda bisa bergabung jika mau.” Brama melambaikan tangan, memerintahkan salah satu perempuan penghibur yang mengisi mejanya melayani Arjuna, “Saya yakin ada sesuatu yang membawa tuan Arjuna Adhiyaksa menghampiri meja saya malam ini.” Arjuna tersenyum simpul, membuka lengannya ketika salah seorang perempuan bermanja-manja di dadanya. “Anda terlalu pengertian.” “Oh ayolah, siapa y
Arjuna mengulurkan tangan, menggeser tombol merah di layar ponselnya. Sayangnya seseorang di seberang sana sepertinya cukup keras kepala. Alih-alih menyerah, si penelefon justru kembali melakukan panggilan.“Astaga… aku benar-benar harus mempertimbangkan niat ku untuk menyingkirkan lelaki ini.” Arjuna mengangkat panggilan dari Ruben dengan geram, lelaki itu baru benar-benar tertidur satu jam yang lalu. “Ada apa?!”Ruben mengerutkan kening, mencoba mengamati latar ruangan Arjuna dari layar ponsel, “Ck, lihatkan. Percuma kita mengkhawatirkan mereka.” Ucap lelaki itu kepada seseorang di sampingnya, “Lihas Bas, bukan Brama. Alisha justru berada di kamar hotel bersama Arjuna, ck..ck.. “Arjuna menggeram, raut meremehkan dari wajah Ruben benar-benar membuatnya marah.“Aku matikan kalau tidak ada sesuatu yang penting!”“Ah, tunggu. Tunggu sebentar.” Ruben bergegas menahan, &ldq
Brama meletakan alat makannya, lelaki itu memutuskan untuk bersikap tegas dan tidak mengulur waktu. Kecantikan Alisha benar-benar membuat Brama kepanasan, Lelaki itu tidak sabar membawa perempuan itu keranjangnya.“Soal proyek kemarin, apa pak Arjuna benar-benar ingin melakukannya?”Arjuna mengangguk, “Tentu saja, tapi saya masih sibuk mencari seseorang untuk membantu proses perizinannya.”“Saya akan membantu anda.”Arjuna mengusap bibirnya dengan ibu jari, sebisa mungkin menyembunyikan senyum meski setengah hatinya dongkol luar biasa. Arjuna merutuki keserakahan Brama yang berfikir bisa mendapatkan Alisha.“Saya senang sekali mendengarnya, katakan.” Arjuna menjeda kalimatnya sebentar, “Katakan apa yang harus saya lakukan untuk membalas kebaikan anda?”“Saya menginginkan Alisha.”Arjuna berdecak, menampilkan ekspresi keberatan yang tidak di tutup-tutupi. Lelaki it
Warung dagangan Alisha tampak ramai, Ruben berdiri sembari berkacak pinggang. Memperhatikan satu persatu pelanggan yang datang.“Mas, ini uangnya.”“Ah, iya. Berapa total belanjaannya, Bu?”“Lima puluh ribu.”Ruben mengabaikan tawa perempuan paruh baya di hadapannya dan fokus menghitung uang kembalian.“Mas, pacarnya Mbak Alisha?”Ruben mengulas senyum dan membiarkan para pelanggan Alisha berpikir sesuka mereka. Bagi Ruben, lebih baik di kenal sebagai kekasih Alisha dibandingkan harus menerima banyak tawaran tidak masuk akal para pelanggan Alisha yang terlihat sangat semangat menjodohkannya dengan salah satu putri mereka.“Ini Mas, tolong kembaliannya.”Ruben memperhatikan lelaki yang terlihat aneh di matanya, pelanggan Alisha yang satu ini mengenakan topi dan juga jaket kulit di tengah hari yang panas.“Mas,” panggil lelaki itu lagi. “Kembalia
Ruben tertawa senang karena berhasil menjahili Alisha, tetapi raut kesenangan di wajah Ruben menghilang begitu melihat wajah Alisha yang benar-benar seputih kapas.”Astaga, ada apa?””Ada apa?!” Alisha mengepalkan tangannya dengan erat, dengan emosi yang tidak lagi dapat perempuan itu tahan, Alisha menghujani Ruben dengan banyak pukulan. ”Aku kira aku akan mati hari ini!””Oh ayolah, jangan berlebihan.” Ruben mengunci leher Alisha dengan lengannya kemudian memaksa perempuan itu berjalan bersamanya. ”Ayo aku antar kamu pulang.”“Enggak perlu! Aku bisa pulang sendiri.””Serius, Al? Kamu merajuk?” Ruben mengikuti Alisha dengan seringai yang menyebalkan, bagi lelaki itu Alisha memang hiburan yang menarik di sela-sela kesibukannya bekerja. ”Kamu merajuk?””Enggak!”“Benar kamu merajuk.” Ruben menganggukkan kepala seolah i
Galahan tidak bisa diam saja, Brama pasti sudah bergerak dan membuat rencana di luar sana. Ia juga harus melakukan hal yang sama, membangun kekuatannya meski dibatasi dinding penjara. Tekadnya membuat lelaki itu dapat beradaptasi dengan kehidupan penjara yang keras, Galahan memiliki kelompoknya sendiri sekarang.“Ini, aku berhasil mendapatkannya.”Galahan menepuk-nepuk kepala pesuruhnya dengan bangga, entah bagaimana Galahan merasa jika beberapa penjaga mengawasinya. Hal itu membuat lelaki itu lebih berhati-hati dalam bergerak dan mau tidak mau memanfaatkan anggota kelompoknya untuk meraih apa yang ia mau.“Ambillah.” Galahan melempar tiga puntung rokok yang langsung menjadi rebutan, lelaki itu tidak peduli. Galahan memilih beranjak ke sudut ruangan dan menekan sebaris nomor pada ponsel yang berhasil bawahannya pinjam. “Ayolah, kenapa mereka sulit sekali mengangkat telepon dari orang asing!” geramnya karena lagi-lagi Ruben men
Brama memperhatikan penampilannya terbarunya dengan perasaan bangga, lelaki paruh baya itu baru saja memangkas rambutnya menjadi lebih rapi. Brama juga bercukur dengan bersih hari ini, ia juga mengenakan setelan rumahan yang nyaman.”Aku benar-benar merindukan kehidupan ini.””Ini memang kehidupan yang seharusnya Pak Brama miliki.” Yuda datang dengan sekantung belanjaan di tangannya. “Bersiaplah, Nona Anggela mungkin sebentar lagi akan tiba.”“Apa tidak masalah jika aku hanya berpakaian seadanya seperti ini?”Yuda memperhatikan pakaian Brama kemudian mengangguk. ”Ini bukan pertemuan bisnis, santai saja.” Lelaki itu kemudian sibuk dengan berbagai macam bahan masakan dan menatanya di atas meja. ”Anda bisa mengambil wine di gudang, Nona Anggela sangat menyukainya.””Oh, tentu. Biar aku ambilkan.”Begitu kembali, Brama melihat sosok Anggela duduk dengan nyaman di
Sebastian menyambut Ruben dengan langkah memburu, kepala pelayan itu memang menghubungi Ruben begitu menemukan Arjuna terkapar di ruang kerjanya di antara belasan botol wine.“Tuan Arjuna ada di kamarnya.”Ruben mengangguk, tanpa kata lelaki itu membuka pintu lebar yang cukup sering ia masuki. Ruben mendengus, melihat Arjuna dengan wajah pucatnya di kelilingi oleh Anggela dan Regina yang hanya mengenakan pakaian tidur tipis dan kekurangan bahan.”Pergi! aku harus memeriksanya,” usir Ruben tanpa takut.”Kami hanya khawatir, Tuan Arjuna tiba-tiba saja menghilang dan di temukan pingsan di ruang kerja. Padahal sebelumnya kami sedang bersenang-senang.” Regina mengusap dada Arjuna dengan pelan. “Aku enggak mau pergi sebelum memastikan Tuan Arjuna baik-baik saja.”Ruben mendengus. “Jangan khawatir, ini hanya masalah usia.”“Ya!” protes Arjuna tidak terima. ”Pergilah, aku
Sebastian berdiri diam, kepala pelayan itu sama sekali tidak dapat melakukan apa pun saat ini. Arjuna sedang gelap mata, lelaki itu sejak tadi tidak bisa berhenti meneguk winenya sembari berkeliling menghampiri para koleganya. Bukan untuk membicarakan pekerjaan, malainkan memamerkan mainan barunya.”Benar-benar luar biasa, Pak Arjuna. Anda bahkan bisa mendapatkan Regina.”Arjuna memberikan senyum kecil, lelaki berperut buncit di hadapannya ini sama sekali tidak menutupi kekagumannya pada Regina yang memang terlihat menawan dengan gaun malamnya.“Anda harus menghubungi saja jika ingin mengirim Regina ke area pelelangan.”Arjuna terlihat berpikir. ”Entah lah, Pak Rudi. Sepertinya kali ini Anda harus menunggu cukup lama karena aku ternyata merasa sangat puas dengan apa yang sanggup Regina berikan kepadaku.” Arjuna mendekatkan wajah ke telinga koleganya yang sudah berusia tujuh puluh tahun lebih. ”Saya takut Anda tida
Brama tidak bisa berhenti tersenyum, lelaki itu senang karena hari yang sudah lama ditunggunya akhirnya tiba. Galahan yang melihat tingkah teman satu selnya mengerutkan kening keheranan, di dalam hatinya Galahan mencoba menebak-nebak apa gerangan yang membuat Brama kelihatan senang. Lelaki tua itu bahkan sedari pagi sudah berdandan, mencukur kumis, janggut dan bahkan merapikan rambutnya.”Kamu pasti akan merindukanku kawan, tetapi jangan khawatir. Aku akan sering datang mengunjungimu, aku juga akan menjenguk Alisha dan melaporkan keadaan anak perempuan kesayanganmu itu.” Brama tertawa keras, lelaki bahkan sampai terbatuk. ”Aku tidak akan melupakanmu kawan, aku berharap kamu juga sama. Ingat aku sebagai mimpi buruk yang akan terus menghantui hidup putrimu.”Galahan tidak tahan lagi, lelaki itu menarik kerah pakaian Brama dengan kasar. ”Tutup mulutmu tua bangka! Aku sedang tidak ingin mendengar mulut besarmu itu berbicara.”&rdq
“Hey ada apa?”Raina mengulas senyum tipis, perempuan itu mengusap rahang kekasih barunya. Seorang mahasiswa yang kekurangan uang, Raina benar-benar menghamburkan sisa-sisa harta kekayaannya untuk bersenang-senang.“Biasalah, anak manja itu sedang berulah.”“Jangan cemberut begitu.”Raina tertawa geli karena kekasihnya menciumi wajahnya bertubi-tubi.“Kita kan mau bersenang-senang.”Raina mengangguk. “Mana barangnya?”Si lelaki menyeringai, ia mengeluarkan bubuk berwarna putih yang dibungkus plastik obat. Raina menunggu kekasihnya menyiapkan segalanya, perempuan itu tetap diam dan pasrah ketika lelaki itu mulai menyuntikan benda terlarang itu ke dalam tubuhnya.Raina merasa tubuhnya melayang, perempuan itu merasa senang sebelum tubuhnya mengejang dan ia menutup mata untuk selamanya.***Regina menatap gundukan tanah basah di hadapannya dengan tatapan data
Arjuna merasa suntuk, belakangan ini lelaki itu lumayan banyak pikiran. Karena itu, hari ini ia merasa membutuhkan sedikit hiburan. Arjuna berjalan menuju lemari wine dan mengambil satu botol anggur langka hadiah dari salah satu kolega yang senang dengan hasil pelelangan terakhir.“Anda terlihat lelah,” Anggela memijat bahu Arjuna dari belakang. “Apa aku perlu menyiapkan air hangat untuk berendam?”Arjuna meremas tangan Anggela di pundaknya, lewat gerak mata lelaki itu meminta perempuan itu untuk duduk di pangkuannya.“Kamu ingin berendam?” Arjuna bertanya lirih.“Jika tuan menginginkannya.”Arjuna berpikir sebentar, kemudian menggeleng. Perasaannya masih kacau, ia sedang tidak ingin melakukan apa pun selain menghabiskan koleksi wine mahalnya di lemari.“Aku mendengar cerita yang menarik selama di rumah pengasingan.”“Oh ya?” Arjuna menyesap wine