Share

Part 5

Author: Manda Azzahra
last update Last Updated: 2022-03-07 18:23:46

Kau sudah tidak waras, Key. Tanggung jawab seperti apa itu?" Dia menekan ujung rokoknya di atas kursi hingga padam. 

"Kau seharusnya senang, Fi. Kau sangat beruntung bisa mendapatkan aku," sahutku penuh percaya diri. Dia terkekeh mendengarnya. 

"Kenapa kau tertawa? Kau pikir aku bercanda? Ayo temui Ibumu. Aku akan bicara padanya."

Dia semakin tergelak sampai menggelengkan kepalanya. Dasar sialan. 

"Mabukmu belum juga hilang rupanya. Biar kubuat kau agar sadar." Dia bangkit, sambil mengambil semprotan air yang biasa ia gunakan untuk membasahi rambut atau membersihkan wajah pelanggannya. 

"Hentikan itu, Fi. Aku tidak mabuk. Kau membuatku basah. Dasar sialan!" umpatku, sambil merebut benda yang digunakannya itu. 

"Oh, begitu. Baiklah. Jadi kau sudah sadar? Kurasa kau ingin sekali menikah denganku, ya? Kau iri karena aku punya pacar?"

"Kalian baru putus. Kau yang sudah tidak tahan ingin menikah. Jadi aku berbaik hati menggantikan posisi anak ingusan itu."

"Tapi aku sama sekali tidak tertarik. Aku menolak. Sudah?" Dia menekan kepalaku seperti anak kecil. 

Aku menyingkirkan tangannya dengan kasar. 

"Kau tidak normal, ya? Kau menolak gadis secantik dan sepopuler aku? Aku punya jutaan penggemar di luar sana. Kau beruntung karena tidak perlu susah-susah bersaing dengan mereka. Dasar bodoh!" Aku merapikan rambutku yang sudah acak-acakan. 

"Kalau begitu, pilihlah salah satu dari mereka." Dia kembali duduk dan menyandarkan diri. 

"Tidak mau."

"Kenapa?"

"Aku tak mengenal mereka."

"Kenalan saja dulu," ucapnya santai. 

"Kau ini kenapa?" Aku memukul pahanya dengan kuat. Dia meringis sambil menggosok-gosok bekas pukulanku. 

"Sakit, Key. Dasar gadis barbar."

Tak lama masuk seorang pelanggan, dan dia bangkit untuk beraksi kembali. Cih, mengganggu saja.

Dengan sabar aku menungguinya, sambil mengerjakan pekerjaanku. Inilah keuntungan menjadi artis di dunia maya. Aku bisa melakukan pekerjaanku dari mana saja. Hanya tinggal mengedit foto dan vidio yang  kuambil sebelumnya, lalu bisa diupload kapan pun aku mau. 

.

"Fi!" Dia kembali menyapu lantai bekas potongan rambut tadi. 

"Hmmm."

"Aku bosan tinggal di rumah itu."

"Berhenti mengeluh, Key."

"Ayo menikah! Aku ingin tinggal di rumahmu," rengekku. 

"Rumahku tidak semewah rumahmu. Lupakan ide konyol itu."

"Tapi aku menyukainya."

"Carilah pria lain."

"Tidak mau! Mereka hanya menginginkan uangku saja."

"Kalau begitu carilah yang lebih kaya darimu."

"Sudah pernah. Mereka semua itu, Badboy. Suka berganti-ganti pacar dan punya banyak simpanan. Kau sampai hati membiarkan aku hidup dengan pria semacam itu? Aku juga punya hati, Fi."

"Serba salah bicara padamu. Sudahlah, aku lelah."

"Kalau begitu menurut saja. Aku akan bicara pada Papa. Aku tak peduli jika dia keberatan. Kalau kau tak mau, aku akan bilang kalau aku sedang hamil. Kau yang menghamiliku!" Aku menunjuk tepat di hidung mancungnya. 

"Hei, kau... Hish!" 

*

Suara sendok dan garpu saling beradu di atas piring masing-masing. Aku yang jarang-jarang berkumpul, sengaja untuk ikut makan malam kali ini. Wajah Papa terlihat lebih tenang, setelah tahu aku menghapus semua masalahnya. 

Seleraku tak begitu bagus sebenarnya. Merasa menjadi orang asing di rumah sendiri. Papa menikahi istri dari sahabatnya, setelah wanita itu bercerai dari suami yang ketahuan berselingkuh dengan Mamaku. 

What the fuck! 

Hubungan macam apa itu. Semacam balas dendam, yang akhirnya membuatku malu dan dibully oleh seluruh teman-temanku. Untung saat itu Papa belum mencalonkan diri menjadi anggota legislatif. Hanya seorang pebisnis, yang punya pengaruh besar di kota ini. 

"Aku akan menikah, Pa," ucapku tanpa berbasa-basi. 

Hening sesaat. Tak ada lagi suara gesekan besi dan piring batu seperti tadi. Kulirik wajah mereka satu persatu. Erik, Elena adiknya, dan juga Mama mereka. Semuanya terlihat tegang. Karena tahu sebelumnya aku tak pernah membawa laki-laki ke rumah ini. Apalagi sampai mengenalkannya pada mereka. 

"Menikah saja," ucapnya tanpa disangka-sangka. "Kau sudah punya calonnya? Jika belum, biar Papa carikan yang bisa cocok denganmu."

Oh, God! Apa dia pikir ini sinetron, atau kisah-kisah dalam novel? Perjodohan? Ciss. Dia masih saja berpikiran kuno. 

"Ya. Aku sudah punya. Aku akan menikah dengan Kahfi."

Papa terdiam. Yang lain juga sama. Great! Aku berhasil membuatnya marah. Kurasa dia cukup terkejut, karena nyatanya Kahfi bukan dari kalangan atas seperti anak-anak dari kolega bisnisnya. 

Ayo marah, Pak tua! Tolak saja permintaanku ini. Aku punya kejutan lain yang akan membuat semua yang hadir akan ikut shock, dan kuharap langsung kena serangan jantung dan juga stroke. Hore. 

Hmm... sudah tidak sabar rasanya mulutku ini, mengatakan bahwa aku sedang hamil dan akan kembali mencoreng nama baiknya. 

"Oh, Kahfi. Baguslah. Dia laki-laki yang cocok untukmu. Papa rasa, hanya dia saja yang sanggup mengendalikan semua sikap liarmu itu. Besok malam suruh dia dan keluarganya datang. Menikahlah secepatnya. Jangan pikirkan apa pun soal biaya."

What? Semudah itu? Dia tak lagi marah dan mengamuk? Apa itu artinya aku membuatnya senang? Oh, shit. Damn! Dia pasti akan segera merasa bebas dari tanggung jawab terhadapku.

**

Aku kembali melakukan live i*******m di kamar. Dengan baju tidur seksi, tentunya. Ratusan ribu mata memandang dan memberikan komentar bernada menggoda. Banyak pujian yang aku terima, meski terkadang ada netizen julid yang kerap berkata kasar dengan komentar barbar yang memojokkanku. Dasar sampah!

Belum lagi saat foto topless yang baru saja aku hapus. Beberapa dari mereka langsung mengunfollowku begitu saja. Dasar netizen plinplan. Secepat itu mereka merubah perasaan terhadapku. 

Aku terkejut, saat pintu kamar tiba-tiba terbuka. Aku langsung menarik napas, kemudian pamit dari dunia maya. 

"Hentikan kebiasaanmu itu, Erik. Belajar sopan kalau mau masuk ke kamar orang. Kau mau memergokiku sedang tel*nj*ng?" umpatku geram. 

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Fransisko Vitalis
keyra nekad..minta ijin nikah dengan sahabatnya... bapanya malah langsung setuju
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • GAIRAH ISTRI LIAR    Part 6

    Kau tidak serius soal menikahi Kahfi, kan?" cecarnya tanpa basa-basi lagi."Bukan urusanmu. Kau sudah melihat kami berciuman. Masih bilang aku bercanda?""Kau hanya bermain-main, Key. Kau hanya ingin membuat Papamu marah. Kau sudah gagal. Jadi, cepat batalkan niatmu itu.""Memangnya kau siapa, berani mengatur hidupku?""Aku mengenal semua teman kencanmu, Key. Kahfi bukan termasuk kriteria seperti mereka.""Sudah kubilang jangan menilai Kahfi di depanku. Tentu saja dia berbeda dari para bedebah itu. Mereka tak sama, dan aku tidak ingin kehilangan laki-laki seperti dia.""Pikirkan lagi, Key," ucapannya sedikit melunak. "Jangan anggap pernikahan seperti mainan yang biasa kau mainkan. Kau bisa menyakiti perasaannya.""Oh, my brother. Mulia sekali hatimu," sindirku dengan nada mendayu. "Kau sedang memikirkan perasaannya, atau perasaanmu?" Telunjukku kini telah menempel di dagunya.Aku mendekatkan wajah, merasakan h

    Last Updated : 2022-03-07
  • GAIRAH ISTRI LIAR    Part 7

    Aku menoleh ke belakang, dan kulihat laki-laki berambut lurus lagi lebat itu, tengah berdiri menatapku."Kak Key serius?" tanya Sifa tiba-tiba."Hush. Jangan sembarangan!" bantah Ibunya.Aku hanya bolak balik memandang mereka secara bergantian, lalu mengangkat bahu. Kuserahkan padamu, Fi..Kahfi mengantarku keluar hingga menuju ke mobil. Meminta aku menunggu, karena dia akan berbicara pada Ibunya. Padahal apa susahnya tadi, ia hanya tinggal menyambung saja ucapanku. Atau ada ritual khusus, yang aku tidak boleh tahu?Oh, ya ampun. Dia membuatku menjadi pusing saja. Kupikir membicarakan sesuatu itu adalah hal yang sangat mudah. Hanya mengatakan kami akan menikah, sudah. Dasar lamban.Aku terpaksa pulang, setelah dia menjanjikan pasti datang malam ini. Yeah, ternyata dia masih takut dengan ancamanku. Tentu saja dia akan kehilangan muka di depan Papa, jika aku sampai benar-benar mengatakan bahwa aku sedang h

    Last Updated : 2022-03-07
  • GAIRAH ISTRI LIAR    Part 8

    "Aku tak tahu lagi harus bicara apa, Key. Aku cemburu. Benar-benar cemburu melihat kau bersamanya," ucapnya dengan napas yang naik turun."Lepaskan aku, bodoh!" makiku, menggerakkan kedua tanganku yang kini terkunci di tembok. Tangannya terus menekan hingga aku tak bisa melepaskan diri."Kumohon. Belum terlambat untuk kita, Key. Aku tak mau lagi menjadi kakak tiri bagimu. Kau tahu sendiri bagaimana perasaanku.""Sialan kau bajingan. Beraninya bicara seperti itu setelah kau dan keluargamu menghancurkan keluargaku. Menghancurkan seluruh hidupku. Kau brengsek Erik. Kalian semua bajingan!" Aku berteriak histeris.Tanpa sadar aku mulai menangis. Mengeluarkan air mata, yang selama ini kutahan agar tak terlihat di hadapan mereka."Maafkan aku, Key. Bukan hanya kau saja. Aku dan Elena juga sama hancurnya seperti perasaanmu saat ini. Kita semua korban, Key."Kulihat matanya memerah, ada yang ikut menggenang di pelupuk matanya. Menat

    Last Updated : 2022-03-07
  • GAIRAH ISTRI LIAR    Part 9

    Aku dan Kahfi baru saja turun dari taksi online. Dia langsung membawaku ke rumah yang selama ini dia tempati bersama Ibu dan adiknya. Aku menyukai rumah ini, juga para penghuninya."Tidak ke rumah mertuamu dulu, Fi?" Ibu mertua menyambut kedatangan kami."Key ingin langsung pulang ke sini," sahut suamiku. Aku memasang senyum termanis di depan Ibu dan juga adik iparku."Kamarnya belum dibereskan. Kami pikir masih akan lama di sana.""Kamar yang mana? Nanti aku rapikan.""Pakai kamar Ibu saja. Tempat tidurnya lebih besar.""Tidak mau!" sanggahku segera. "Aku mau tinggal di kamar Kahfi." Aku kembali melebarkan senyumku..Untuk sekian lama, aku tak pernah lagi memasuki ruangan ini. Tak banyak berubah. Warna cat dan juga perlengkapannya masih sama sejak terakhir aku memasukinya.Kahfi selalu mengunci pintu dan melarangku untuk masuk sejak dia masuk SMP. Saat itu aku masih kelas lima SD. Sama sek

    Last Updated : 2022-03-17
  • GAIRAH ISTRI LIAR    Part 10

    Aku memperhatikan dia yang sedang memasang karpet berwarna coklat muda. Bulunya terlihat begitu tebal, dan sepertinya sangat halus. Disusunnya dua buah bantal, kemudian duduk bersantai di atasnya."Ke sini!" Dia menepuk sisi di sebelah kanannya. Aku membuang pandangan, masih tak terima dengan sikapnya tadi."Kau marah?""Menurutmu?""Berhenti merokok. Tak baik untuk kesehatanmu.""Are you crazy? Kenapa baru sekarang? Sudah bertahun-tahun kau membagi rokokmu padaku.""Sekarang berbeda. Aku melarangmu.""No, Kahfi. Aku tidak mau. Aku akan membelinya sendiri, dan aku tidak akan membaginya denganmu." Aku memutar bola mata, malas."Coba saja lakukan itu. Akan kupatahkan rahangmu itu.""What? Kau sedang mengancamku?" Aku langsung bangkit dan mendatanginya."Kau bicara apa tadi?""Kau sudah dengar dengan jelas. Aku tak mau mengulanginya." Dia menjatuhkan kepalanya ke bantal super besar itu.

    Last Updated : 2022-03-17
  • GAIRAH ISTRI LIAR    Part 11

    Mataku menatap sinis kepadanya."Kau bicara apa?" tanyanya datar. Tangannya meraih koper besar di atas lemari."Kau sudah mendengar pertanyaanku.""Kau menuduhku, hanya karena dia menatapku?""Oh, shit. Kau bahkan tahu dia sedang menatapmu. Kalian saling berpandangan di hadapanku, ha?""Hentikan omong kosongmu, Key. Kau terlihat seperti seseorang yang sedang cemburu.""Kau benar! Aku tak ingin kau akrab dengan keluarga itu, apalagi dia.""Jangan berlebihan. Aku bahkan tak pernah bicara padanya.""Semoga saja itu benar. Kau tak ingin aku membuat masalah baru lagi, kan?""Cepatlah! Kau bilang tak ingin berlama-lama di sini.""Oke! Ini sudah sangat cepat.""Kau yakin semua barang-barangmu muat di kamarku?""Kamar kita. Jangan serakah, Fi. Sekarang itu juga kamarku.""Terserah kau saja.".Aku bernyanyi riang dengan irama musik 'Senorita'. Mengikuti tiap bait lirik yang dibawak

    Last Updated : 2022-03-18
  • GAIRAH ISTRI LIAR    Part 12

    Aku kembali ke rumah setelah selesai mengambil video. Dengan perut kekenyangan, karena harus menghabiskan semua makanan. Damn! Rasanya ingin memuntahkan semua yang ada. Membayangkannya saja membuatku ingin berhenti makan dalam waktu seminggu.Aku baru saja turun dari mobil, saat melihat Sifa baru saja melepas sepatunya di teras rumah. Masih dengan seragam sekolah yang dipakainya pagi tadi."Kau baru pulang?" Aku melirik arloji di pergelangan tangan. Hampir jam lima."Iya, tadi jenguk Ara di rumah sakit.""Ara?"."Seperti biasanya aku mengentakkan bokongku ke kursi bambunya. Pasiennya baru saja pergi. Kurasa dia kedatangan banyak pelanggan hari ini, melihat banyaknya sisa potongan rambut di tempat sampah.Dia mengambil posisi di sebelahku. Mengapit rokok di sela bibirnya, kemudian menyulutnya dengan api. Mataku berkedip-kedip memandangnya."Apa?" sinisnya."Aku mau.""Kau tida

    Last Updated : 2022-03-18
  • GAIRAH ISTRI LIAR    Part 13

    Ada masalah apa?" tanyanya lagi."Cepatlah. Aku tunggu di mobil."Tak butuh waktu lama untuk ia membereskan kiosnya. Hanya menyusun beberapa barang, dan meletakkan kantong sampah di luar. Esok hari, akan ada yang memungutnya. Sebentar saja, dia langsung masuk ke bangku kemudi. Lalu diam, dan membiarkan aku sedikit menenangkan diri.Aku memejamkan mata sambil bersandar. Kupikir setelah menikah dan menghilang dari rumah itu, tak ada satu pun lagi masalah yang mengganggu. Namun kenyataannya, Mama membenci Kahfi dan keluarganya. Itu sangat menyakitkan. Aku benar-benar tak rela, suami pilihanku diperlakukan seperti itu."Erik menghubungimu?”"No.""Papa?""No.""Apa yang mengganggu pikiranmu?""Entahlah. Jalan saja. Aku benar-benar butuh minuman."Mobil kembali melaju membelah malam. Jalanan masih terlihat ramai. Banyak kendaraan berlalu lalang, meski tak sepadat saat siang. Kali ini dia

    Last Updated : 2022-03-20

Latest chapter

  • GAIRAH ISTRI LIAR    Part 88 (Ending)

    Tak jauh berbeda dengan Erik. Ia sudah mengakui perbuatannya dulu pada Papa. Mengakhiri hubungannya denganku begitu saja, hanya agar tak ada halangan yang membuat Papa membatalkan niat untuk menikahi Mamanya.Ia mengakui, saat itu hidup mereka benar-benar sedang terpuruk. Papanya mengusir mereka dari rumah dan tak mendapatkan apapun karena Tante Winda tetap bersikukuh meminta cerai.Ya, wanita mana yang sanggup hidup seperti itu. Selalu diperlakukan kasar dan juga di khianati. Dan keputusan Papa untuk menikahi dan kembali mengangkat derajat mereka, benar-benar perbuatan yang mulia. Sayangnya, aku baru menyadari hal itu sekarang.Erik mengakui semua penyesalannya. Bahwa ia telah mengorbankan rasa cintanya dan juga telah melukai perasaanku. Hubungan yang kami jalin sejak masa pubertas harus hancur karena takutnya ia akan kemiskinan. Dan itu sangat menyakitiku hatiku saat itu.Penyesalan? Ya. Dia begitu menyesal karena a

  • GAIRAH ISTRI LIAR    Part 87

    Huek... huek...Aku mengeluarkan semua isi perutku. Kegiatan rutin yang selalu menyiksaku setiap pagi. Ouch... ini menyebalkan. Aku kembali ke kamar dan berbaring. Menghirup aroma minyak kayu putih yang tak bisa lepas dari genggamanku."Minumlah." Kahfi membawakan segelas air hangat seperti biasa. Aku bangkit dan meraih pemberiannya."Sampai kapan aku seperti ini, Fi?" rintihku, meneguk air yang dibawanya."Sabarlah. Paling lama hanya tiga bulan. Setelah itu kau akan baik-baik saja," ucapnya lembut sembari memijat keningku."Tiga bulan? Itu terlalu lama, Fi. Ini bahkan baru beberapa minggu saja," rengekku manja, menjatuhkan kepala di bahunya.Dia tertawa kecil."Memangnya apa yang ingin kau lakukan? Kau bisa minta padaku. Nanti aku yang bawakan." Ia merangkul dan mengusap bahuku."Aku ingin jalan-jalan keluar. Tapi setiap aku berdiri, rumah ini terasa seperti berputar. Apa semua

  • GAIRAH ISTRI LIAR    Part 86

    "Apa yang kau lakukan dengan pakaian seperti ini?" geramnya, dengan setengah berbisik."Mengantarkanmu makan siang," sahutku, sembari menepis pegangannya."Pulanglah! Ada banyak pria di sini."" Memangnya kenapa, Fi?" Aku pura-pura tak mengerti."Kau tidak lihat cara mereka memandangmu?""Tentu saja. Aku memang cantik, bukan? Wajar kalau mereka tertarik melihatku.""Aku bilang pulang!" perintahnya lagi."Tidak mau!"Aku menjauh dan duduk di kursi bambu di antara kedua pria yang sedang menunggu giliran untuk dieksekusi."Punya rokok?" tanyaku dengan suara menggoda.Mereka tersenyum. Lalu keduanya bergerak cepat merogoh kantong masing-masing. Aku tersenyum lebar, saat kedua bungkus rokok berbeda merek itu kini berada di hadapanku. Tanganku mulai menyentuh benda itu, sampai sebuah tangan besar menyambar, dan mengambil keduanya."Kami akan tutup. Kalian pulanglah!" ucap Kahfi ket

  • GAIRAH ISTRI LIAR    Part 85

    Aku berjalan gontai keluar dari Rumah Sakit. Pembicaraan dengan dokter Satya bagai suatu hal yang tak masuk di akal bagiku. Apa dia sudah tahu selama ini, jika Elena telah mengalami gangguan. Itukah yang ia dapat dari konsultasi mereka beberapa waktu yang lalu?Kupikir semua baik-baik saja, dan berjalan dengan lancar. Tanpa kutahu, Dokter muda itu telah menangkap gelagat aneh dari dirinya. Ditambah lagi dengan pengakuanku yang tak sengaja didengarnya waktu itu.Oh my God, ini benar-benar gila. Si jalang itu benar-benar gila telah berani merayu suami orang, dan tak ingin melepaskannya begitu saja.Bitchi!Aku terduduk lemas begitu sampai di balik kemudi mobil. Menyandarkan punggung demi merenggangkan urat syarafku yang dari tadi menegang. Teringat apa yang dikatakan Dokter Satya di ruangan tadi."Awalnya memang benar ini soal hutang piutang. Papaku menangguhkan pinjaman karena Elena memohon. Papa tak tega melihatnya,

  • GAIRAH ISTRI LIAR    Part 84

    "Yes, Dokter?" jawabku tanpa berbasa-basi."Bisa kita bertemu?" pintanya dari kejauhan.Oh, shit. Kenapa dia harus memanggilku di saat yang tidak tepat. Membuatku merasa dilema, antara mengantarkan makan siang Kahfi atau mengurus Elena.Aku segera mengganti pakaian dan mengambil tasku. Aku harus tahu bagaimana nasib Elena selanjutnya. Jika Dokter itu tak bisa mengatasi bajingan itu, aku sendiri yang akan datang mengancamnya.Baru saja aku hendak keluar menuju teras depan, saat kulihat Kahfi sudah masuk dan kembali menutup pintu. Sudah hampir jam dua. Dan ini terlalu lambat untuk makan siang.Kedua mata kami saling bertemu. Membuatku rindu dan ingin sekali memeluknya. Lalu bagaimana jika tiba-tiba ia menolak dan mendorongku? Tidakkah hal itu sangat memalukan untuk wanita sepertiku?"Aku keluar sebentar," ucapku memberi tahu. "Hanya sebentar saja.""Bukankah sudah kubilang lakukan sesukamu?" s

  • GAIRAH ISTRI LIAR    Part 83

    "No, Kahfi. Kau tidak bisa bicara seperti itu padaku. Kau sudah berjanji. Kau tidak boleh memperlakukan aku seperti ini."Dia langsung membuang pandangan. Membuat hatiku terasa begitu perih. Tidak. Ini tidak nyata. Kahfi pasti sedang bercanda."Pulanglah! Aku tak ingin kita saling menyakiti lagi," ucapnya tanpa berbalik."Aku tidak mau. Itu rumahku. Kau tidak punya hak mengusirku," ucapku dengan bibir bergetar.Dia kemudian berbalik dan memandangku. Menatapku dengan tatapan kosong."Jangan lagi bohongi dirimu sendiri, Key. Sandiwara ini tak akan pernah berhasil. Kau sudah mendapatkan apa yang kau inginkan. Pulanglah, aku melepasmu.""Tutup mulutmu, sialan! Aku tak mau mendengar kata-kata itu lagi. Kau jahat. Aku membencimu. Kalau kau tak ingin bersamaku lagi, kau saja yang pergi. Aku akan tetap tinggal di rumah itu." Dadaku kembang kempis menahan sesak."Hentikan omong kosongmu, Key. Untuk apa kau

  • GAIRAH ISTRI LIAR    Part 82

    Aku mengangkat pelan tangan ke udara. Bergerak perlahan mendekati kembali untuk mengusap wajahnya."Maaf," ucapku setengah berbisik. Ia mundur selangkah, sebelum tangan ini berhasil menyentuhnya.Aku tertunduk dengan tangis yang tak dapat lagi kutahan. Menjatuhkan kembali tanganku dan mengepalnya dengan kuat. Apa yang telah kulakukan? Bukan hanya hatinya yang kini telah kulukai. Ia berlalu pergi. Meninggalkanku yang kini terduduk lemas menangisi diri..Malam telah larut. Namun mata masih belum dapat terpejam. Aku berbaring di atas karpet, menanti suamiku yang belum juga pulang. Berharap ia mulai tenang, dan melupakan semua kejadian ini. Bahkan aku berharap ini semua bagian dari sebuah mimpi.Kulirik jam analog di dinding kamar. Sudah hampir tengah malam. Apa yang ia lakukan di luaran sana. Mungkin dia sedang berada di kiosnya. Ini sudah terlalu malam. Aku harus menyusul dan mengajaknya pulang.Baru sa

  • GAIRAH ISTRI LIAR    Part 81

    Aku bergegas menghubunginya kembali. Dan sekarang ponselnya benar-benar tidak aktif sama sekali. Ada apa lagi dengannya? Aku bergegas masuk dan menemui Papa di ruang kerjanya. Ia harus menjelaskan semuanya padaku saat ini juga."Apa yang Papa bicarakan dengan Kahfi?" Aku langsung bertanya begitu melihat Papa bersandar di kursi kerjanya. Tempat dimana aku dan dia baru saja berdamai pagi tadi.Kulirik kunci mobil Kahfi terletak begitu saja di atas meja. Apa ini? Perasaanku benar-benar terasa kacau."Papa hanya menuruti apa yang membuatmu bahagia, Key. Tak akan pernah lagi membuatmu kehilangan orang yang kau cintai.""What?""Ada apa? Apa Papa telah membuat kesalahan lagi?"Oh my God!Tentu saja Papa telah membuat kesalahan besar. Ia sangat berterima kasih pada Kahfi karena telah rela mengorbankan kebebasannya untuk menikahiku.Papa juga menceritakan apa yang diucapkan Erik saat mabuk, dan semua perca

  • GAIRAH ISTRI LIAR    Part 80

    Mereka berdua sesenggukan menahan tangis. Kulihat Tante Winda tertunduk dengan isakan yang juga tertahan. Tak perlu lagi aku bertanya, apakah sikapnya tulus atau tidak. Aku tak butuh jawaban. Aku tak harus tahu. Dan aku sama sekali tak peduli."Jangan ikut campur urusan keluargaku, Key!" Erik kembali berbalik dan menantangku."Mereka juga bagian dari keluargaku," balasku, ikut menantang ucapannya. Dia berdecih."Drama apalagi kali ini? Bukankah seharusnya kau senang? Akhirnya kau bisa bebas dari benalu seperti kami.""Seharusnya memang seperti itu. Tapi sudah terlambat. Kalau ingin menyingkir kenapa tak dari dulu saja? Begitu ada masalah, kau langsung melarikan diri. Kau sama sekali tak pernah berubah. Pengecut. Dasar lemah!" sinisku.Matanya menyipit memandangku. Mungkin merasa terhina karena aku benar-benar telah merendahkannya. Ya, sama seperti waktu itu. Mundur teratur dan melarikan diri dari hubungan kami.

DMCA.com Protection Status