Share

Part 10

Author: Manda Azzahra
last update Last Updated: 2022-03-17 02:00:05

Aku memperhatikan dia yang sedang memasang karpet berwarna coklat muda. Bulunya terlihat begitu tebal, dan sepertinya sangat halus. Disusunnya dua buah bantal, kemudian duduk bersantai di atasnya. 

"Ke sini!" Dia menepuk sisi di sebelah kanannya. Aku membuang pandangan, masih tak terima dengan sikapnya tadi. 

"Kau marah?"

"Menurutmu?"

"Berhenti merokok. Tak baik untuk kesehatanmu."

"Are you crazy? Kenapa baru sekarang? Sudah bertahun-tahun kau membagi rokokmu padaku."

"Sekarang berbeda. Aku melarangmu."

"No, Kahfi. Aku tidak mau. Aku akan membelinya sendiri, dan aku tidak akan membaginya denganmu." Aku memutar bola mata, malas. 

"Coba saja lakukan itu. Akan kupatahkan rahangmu itu."

"What? Kau sedang mengancamku?" Aku langsung bangkit dan mendatanginya.

"Kau bicara apa tadi?" 

"Kau sudah dengar dengan jelas. Aku tak mau mengulanginya." Dia menjatuhkan kepalanya ke bantal super besar itu.

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • GAIRAH ISTRI LIAR    Part 11

    Mataku menatap sinis kepadanya."Kau bicara apa?" tanyanya datar. Tangannya meraih koper besar di atas lemari."Kau sudah mendengar pertanyaanku.""Kau menuduhku, hanya karena dia menatapku?""Oh, shit. Kau bahkan tahu dia sedang menatapmu. Kalian saling berpandangan di hadapanku, ha?""Hentikan omong kosongmu, Key. Kau terlihat seperti seseorang yang sedang cemburu.""Kau benar! Aku tak ingin kau akrab dengan keluarga itu, apalagi dia.""Jangan berlebihan. Aku bahkan tak pernah bicara padanya.""Semoga saja itu benar. Kau tak ingin aku membuat masalah baru lagi, kan?""Cepatlah! Kau bilang tak ingin berlama-lama di sini.""Oke! Ini sudah sangat cepat.""Kau yakin semua barang-barangmu muat di kamarku?""Kamar kita. Jangan serakah, Fi. Sekarang itu juga kamarku.""Terserah kau saja.".Aku bernyanyi riang dengan irama musik 'Senorita'. Mengikuti tiap bait lirik yang dibawak

    Last Updated : 2022-03-18
  • GAIRAH ISTRI LIAR    Part 12

    Aku kembali ke rumah setelah selesai mengambil video. Dengan perut kekenyangan, karena harus menghabiskan semua makanan. Damn! Rasanya ingin memuntahkan semua yang ada. Membayangkannya saja membuatku ingin berhenti makan dalam waktu seminggu.Aku baru saja turun dari mobil, saat melihat Sifa baru saja melepas sepatunya di teras rumah. Masih dengan seragam sekolah yang dipakainya pagi tadi."Kau baru pulang?" Aku melirik arloji di pergelangan tangan. Hampir jam lima."Iya, tadi jenguk Ara di rumah sakit.""Ara?"."Seperti biasanya aku mengentakkan bokongku ke kursi bambunya. Pasiennya baru saja pergi. Kurasa dia kedatangan banyak pelanggan hari ini, melihat banyaknya sisa potongan rambut di tempat sampah.Dia mengambil posisi di sebelahku. Mengapit rokok di sela bibirnya, kemudian menyulutnya dengan api. Mataku berkedip-kedip memandangnya."Apa?" sinisnya."Aku mau.""Kau tida

    Last Updated : 2022-03-18
  • GAIRAH ISTRI LIAR    Part 13

    Ada masalah apa?" tanyanya lagi."Cepatlah. Aku tunggu di mobil."Tak butuh waktu lama untuk ia membereskan kiosnya. Hanya menyusun beberapa barang, dan meletakkan kantong sampah di luar. Esok hari, akan ada yang memungutnya. Sebentar saja, dia langsung masuk ke bangku kemudi. Lalu diam, dan membiarkan aku sedikit menenangkan diri.Aku memejamkan mata sambil bersandar. Kupikir setelah menikah dan menghilang dari rumah itu, tak ada satu pun lagi masalah yang mengganggu. Namun kenyataannya, Mama membenci Kahfi dan keluarganya. Itu sangat menyakitkan. Aku benar-benar tak rela, suami pilihanku diperlakukan seperti itu."Erik menghubungimu?”"No.""Papa?""No.""Apa yang mengganggu pikiranmu?""Entahlah. Jalan saja. Aku benar-benar butuh minuman."Mobil kembali melaju membelah malam. Jalanan masih terlihat ramai. Banyak kendaraan berlalu lalang, meski tak sepadat saat siang. Kali ini dia

    Last Updated : 2022-03-20
  • GAIRAH ISTRI LIAR    Part 14

    Kami kembali berjalan melewati jalan yang kulalui tadi. Cukup jauh, dan dia kini berbalik arah sambil membawaku sebagai bebannya."Kau pasti lelah, selalu saja melakukan ini kepadaku. Aku selalu saja merepotkanmu, kan?" Aku berbicara tepat di telinganya."Ini belum seberapa. Saat mabuk, perjalananmu bisa semakin jauh.""Dan kau masih kuat menggendongku seperti ini?""Kenapa? Kau ingin aku menghubungi Erik saja, dan menjemputmu pulang?""Cisis... hentikan itu.""Ada apa lagi? Kenapa kau menangis?"Aku kembali terisak. Kali ini dengan menyandarkan kepalaku ke punggungnya."Mama meneleponku tadi.""Lalu?""Aku membencinya. Aku menyesal bicara padanya." Aku terus merengek."Dia memarahimu karena kau menikahiku?""Kau sudah tahu?" Dia malah tertawa."Semua orang tahu Mamamu tidak menyukai keluargaku. Kenapa mempermasalahkannya?""Kau tidak marah?"

    Last Updated : 2022-03-20
  • GAIRAH ISTRI LIAR    Part 15

    Apa yang kau katakan? Kita sudah pernah membahasnya," ucapnya dalam kegelapan."Jujurlah. Apa yang tidak kutahu. Apa yang sedang kau sembunyikan dariku?"Aku masih tetap dalam posisi semula. Tak berani bergerak, atau berbalik memandangnya, meski kamar dalam keadaan remang dan minim cahaya. Aku takut dia melihatku menangis kali ini. Entah kenapa."Sudah kubilang tak ada apa pun. Kenapa kau tiba-tiba bertanya?""Benarkah? Apa kau takut aku akan marah, jika mengetahui sesuatu di antara kalian?"Kurasa kini suaraku tampak berbeda. Oh, shit. Aku tak dapat lagi menahannya. Aku benci terlihat cengeng, hanya karena masalah ini.Dia bangkit dan menghidupkan lampu, lalu kembali mendekatiku."Astaga, Key. Kau menangis lagi. Apa yang terjadi?" Dia menarikku untuk bangkit dan duduk menghadapnya.Mataku kini telah sembab oleh air mata. Dan aku tak tahu kenapa. Ada rasa sakit yang berbeda. Yang belum pernah

    Last Updated : 2022-03-21
  • GAIRAH ISTRI LIAR    Part 16

    "Kenapa kau menatapku?" bentak Elena kepada kakaknya. "Apa hanya dia saja yang berhak mendapat perhatian? Kau juga Erik. Kau begitu memujanya. Selalu saja membela dan terus memperhatikannya. Aku ini adikmu. Seharusnya kau lebih peduli padaku. Dia sering bertindak gila hanya ingin mencari perhatian saja. Lalu bagaimana dengan perasaanku?" Dia menangis menutup wajahnya. Menjijikkan."Ell..." Mamanya mencoba mendekati untuk menyentuh bahunya. Namun kulihat dia menepisnya dengan kasar."Mama sama saja. Tak pernah mengerti perasaanku. Yang Mama tahu hanya berusaha mengambil hati Key saja. Mama melupakan bahwa putri kandung Mama juga butuh perhatian." Dia semakin histeris. Kisah apa ini? Siapa yang sekarang sedang menjadi korban?"Sudah selesai kalian semua?" Suara itu kini membuat kami semua menoleh. Di ambang pintu, Papa berdiri dengan wibawa yang selalu membuat lawan bicaranya menjadi segan dan begitu menghormatinya. Kecuali aku, te

    Last Updated : 2022-03-21
  • GAIRAH ISTRI LIAR    Part 17

    Aku langsung memandang wajahnya. Ingin melihat bagaimana ekspresinya saat mengucapkan kata-kata itu. Tak pernah selama ini dia melarangku berhubungan dengan lelaki mana pun. Tapi sekarang? Apa perasaan yang kualami saat ini juga mulai dirasakan olehnya?Oh, Tuhan. Apa kami sedang merasakan cemburu? Beginikah efek dari suatu ikatan pernikahan? Hal-hal yang belum pernah kami rasakan sebelumnya, tiba-tiba muncul dan membuat kami bersikap gila. Itu sebabnya dia terlihat ketus, dan terkesan marah sejak menyusulku tadi.Kurasa hatiku mulai melunak. Bukan hanya aku yang sakit, rupanya. Dia juga sama. Seperti bagaimana aku mencurigainya dengan Elena, begitu juga dia menilaiku dengan Erik. Hanya mungkin, dia bisa bersikap sedikit lebih tenang.Aku menghela napas, mencoba meredam emosi yang nantinya bisa melebar kemana-mana. Aku terduduk di ranjang kecil itu, sambil mengalihkan pandangan darinya. Aku sungguh malu."Kenapa diam? Apa yang akan kalia

    Last Updated : 2022-03-23
  • GAIRAH ISTRI LIAR    Part 18

    "Mama pergi, Fi. Dia sama sekali tak menyayangiku. Papa bahkan tak tahu saat anak-anak lain mengejekku. Mama memang jahat. Dia memang seperti yang orang-orang katakan. Aku benci Mama," rengekku saat itu, dengan linangan air mata."Nanti juga kembali," sahutnya lembut. Saat itu dia masih memakai seragam SMA yang baru beberapa bulan dipakainya."Kata Papa, Mama tidak akan kembali. Kalaupun kembali, mereka selalu saja bertengkar. Aku bosan. Mereka berdua selalu berucap kata-kata kasar. Mereka sama sekali tidak peduli, meski aku berteriak.""Tidak usah dipedulikan. Harusnya kau berada di dalam kamar saja. Kau bisa membaca buku atau belajar. Kalau nilaimu membaik, mungkin mereka akan lebih memperhatikanmu.""Papa bahkan tidak tahu, kalau hari ini aku menerima rapor. Bertanya pun tidak. Perhatian apanya?""Sudah, tidak apa-apa. Bukankah Ayahku sudah mengambilkan rapor untukmu?""Hm." Aku mengangguk. "Aku ingin menjadi anak Ayahmu saja.

    Last Updated : 2022-03-23

Latest chapter

  • GAIRAH ISTRI LIAR    Part 88 (Ending)

    Tak jauh berbeda dengan Erik. Ia sudah mengakui perbuatannya dulu pada Papa. Mengakhiri hubungannya denganku begitu saja, hanya agar tak ada halangan yang membuat Papa membatalkan niat untuk menikahi Mamanya.Ia mengakui, saat itu hidup mereka benar-benar sedang terpuruk. Papanya mengusir mereka dari rumah dan tak mendapatkan apapun karena Tante Winda tetap bersikukuh meminta cerai.Ya, wanita mana yang sanggup hidup seperti itu. Selalu diperlakukan kasar dan juga di khianati. Dan keputusan Papa untuk menikahi dan kembali mengangkat derajat mereka, benar-benar perbuatan yang mulia. Sayangnya, aku baru menyadari hal itu sekarang.Erik mengakui semua penyesalannya. Bahwa ia telah mengorbankan rasa cintanya dan juga telah melukai perasaanku. Hubungan yang kami jalin sejak masa pubertas harus hancur karena takutnya ia akan kemiskinan. Dan itu sangat menyakitiku hatiku saat itu.Penyesalan? Ya. Dia begitu menyesal karena a

  • GAIRAH ISTRI LIAR    Part 87

    Huek... huek...Aku mengeluarkan semua isi perutku. Kegiatan rutin yang selalu menyiksaku setiap pagi. Ouch... ini menyebalkan. Aku kembali ke kamar dan berbaring. Menghirup aroma minyak kayu putih yang tak bisa lepas dari genggamanku."Minumlah." Kahfi membawakan segelas air hangat seperti biasa. Aku bangkit dan meraih pemberiannya."Sampai kapan aku seperti ini, Fi?" rintihku, meneguk air yang dibawanya."Sabarlah. Paling lama hanya tiga bulan. Setelah itu kau akan baik-baik saja," ucapnya lembut sembari memijat keningku."Tiga bulan? Itu terlalu lama, Fi. Ini bahkan baru beberapa minggu saja," rengekku manja, menjatuhkan kepala di bahunya.Dia tertawa kecil."Memangnya apa yang ingin kau lakukan? Kau bisa minta padaku. Nanti aku yang bawakan." Ia merangkul dan mengusap bahuku."Aku ingin jalan-jalan keluar. Tapi setiap aku berdiri, rumah ini terasa seperti berputar. Apa semua

  • GAIRAH ISTRI LIAR    Part 86

    "Apa yang kau lakukan dengan pakaian seperti ini?" geramnya, dengan setengah berbisik."Mengantarkanmu makan siang," sahutku, sembari menepis pegangannya."Pulanglah! Ada banyak pria di sini."" Memangnya kenapa, Fi?" Aku pura-pura tak mengerti."Kau tidak lihat cara mereka memandangmu?""Tentu saja. Aku memang cantik, bukan? Wajar kalau mereka tertarik melihatku.""Aku bilang pulang!" perintahnya lagi."Tidak mau!"Aku menjauh dan duduk di kursi bambu di antara kedua pria yang sedang menunggu giliran untuk dieksekusi."Punya rokok?" tanyaku dengan suara menggoda.Mereka tersenyum. Lalu keduanya bergerak cepat merogoh kantong masing-masing. Aku tersenyum lebar, saat kedua bungkus rokok berbeda merek itu kini berada di hadapanku. Tanganku mulai menyentuh benda itu, sampai sebuah tangan besar menyambar, dan mengambil keduanya."Kami akan tutup. Kalian pulanglah!" ucap Kahfi ket

  • GAIRAH ISTRI LIAR    Part 85

    Aku berjalan gontai keluar dari Rumah Sakit. Pembicaraan dengan dokter Satya bagai suatu hal yang tak masuk di akal bagiku. Apa dia sudah tahu selama ini, jika Elena telah mengalami gangguan. Itukah yang ia dapat dari konsultasi mereka beberapa waktu yang lalu?Kupikir semua baik-baik saja, dan berjalan dengan lancar. Tanpa kutahu, Dokter muda itu telah menangkap gelagat aneh dari dirinya. Ditambah lagi dengan pengakuanku yang tak sengaja didengarnya waktu itu.Oh my God, ini benar-benar gila. Si jalang itu benar-benar gila telah berani merayu suami orang, dan tak ingin melepaskannya begitu saja.Bitchi!Aku terduduk lemas begitu sampai di balik kemudi mobil. Menyandarkan punggung demi merenggangkan urat syarafku yang dari tadi menegang. Teringat apa yang dikatakan Dokter Satya di ruangan tadi."Awalnya memang benar ini soal hutang piutang. Papaku menangguhkan pinjaman karena Elena memohon. Papa tak tega melihatnya,

  • GAIRAH ISTRI LIAR    Part 84

    "Yes, Dokter?" jawabku tanpa berbasa-basi."Bisa kita bertemu?" pintanya dari kejauhan.Oh, shit. Kenapa dia harus memanggilku di saat yang tidak tepat. Membuatku merasa dilema, antara mengantarkan makan siang Kahfi atau mengurus Elena.Aku segera mengganti pakaian dan mengambil tasku. Aku harus tahu bagaimana nasib Elena selanjutnya. Jika Dokter itu tak bisa mengatasi bajingan itu, aku sendiri yang akan datang mengancamnya.Baru saja aku hendak keluar menuju teras depan, saat kulihat Kahfi sudah masuk dan kembali menutup pintu. Sudah hampir jam dua. Dan ini terlalu lambat untuk makan siang.Kedua mata kami saling bertemu. Membuatku rindu dan ingin sekali memeluknya. Lalu bagaimana jika tiba-tiba ia menolak dan mendorongku? Tidakkah hal itu sangat memalukan untuk wanita sepertiku?"Aku keluar sebentar," ucapku memberi tahu. "Hanya sebentar saja.""Bukankah sudah kubilang lakukan sesukamu?" s

  • GAIRAH ISTRI LIAR    Part 83

    "No, Kahfi. Kau tidak bisa bicara seperti itu padaku. Kau sudah berjanji. Kau tidak boleh memperlakukan aku seperti ini."Dia langsung membuang pandangan. Membuat hatiku terasa begitu perih. Tidak. Ini tidak nyata. Kahfi pasti sedang bercanda."Pulanglah! Aku tak ingin kita saling menyakiti lagi," ucapnya tanpa berbalik."Aku tidak mau. Itu rumahku. Kau tidak punya hak mengusirku," ucapku dengan bibir bergetar.Dia kemudian berbalik dan memandangku. Menatapku dengan tatapan kosong."Jangan lagi bohongi dirimu sendiri, Key. Sandiwara ini tak akan pernah berhasil. Kau sudah mendapatkan apa yang kau inginkan. Pulanglah, aku melepasmu.""Tutup mulutmu, sialan! Aku tak mau mendengar kata-kata itu lagi. Kau jahat. Aku membencimu. Kalau kau tak ingin bersamaku lagi, kau saja yang pergi. Aku akan tetap tinggal di rumah itu." Dadaku kembang kempis menahan sesak."Hentikan omong kosongmu, Key. Untuk apa kau

  • GAIRAH ISTRI LIAR    Part 82

    Aku mengangkat pelan tangan ke udara. Bergerak perlahan mendekati kembali untuk mengusap wajahnya."Maaf," ucapku setengah berbisik. Ia mundur selangkah, sebelum tangan ini berhasil menyentuhnya.Aku tertunduk dengan tangis yang tak dapat lagi kutahan. Menjatuhkan kembali tanganku dan mengepalnya dengan kuat. Apa yang telah kulakukan? Bukan hanya hatinya yang kini telah kulukai. Ia berlalu pergi. Meninggalkanku yang kini terduduk lemas menangisi diri..Malam telah larut. Namun mata masih belum dapat terpejam. Aku berbaring di atas karpet, menanti suamiku yang belum juga pulang. Berharap ia mulai tenang, dan melupakan semua kejadian ini. Bahkan aku berharap ini semua bagian dari sebuah mimpi.Kulirik jam analog di dinding kamar. Sudah hampir tengah malam. Apa yang ia lakukan di luaran sana. Mungkin dia sedang berada di kiosnya. Ini sudah terlalu malam. Aku harus menyusul dan mengajaknya pulang.Baru sa

  • GAIRAH ISTRI LIAR    Part 81

    Aku bergegas menghubunginya kembali. Dan sekarang ponselnya benar-benar tidak aktif sama sekali. Ada apa lagi dengannya? Aku bergegas masuk dan menemui Papa di ruang kerjanya. Ia harus menjelaskan semuanya padaku saat ini juga."Apa yang Papa bicarakan dengan Kahfi?" Aku langsung bertanya begitu melihat Papa bersandar di kursi kerjanya. Tempat dimana aku dan dia baru saja berdamai pagi tadi.Kulirik kunci mobil Kahfi terletak begitu saja di atas meja. Apa ini? Perasaanku benar-benar terasa kacau."Papa hanya menuruti apa yang membuatmu bahagia, Key. Tak akan pernah lagi membuatmu kehilangan orang yang kau cintai.""What?""Ada apa? Apa Papa telah membuat kesalahan lagi?"Oh my God!Tentu saja Papa telah membuat kesalahan besar. Ia sangat berterima kasih pada Kahfi karena telah rela mengorbankan kebebasannya untuk menikahiku.Papa juga menceritakan apa yang diucapkan Erik saat mabuk, dan semua perca

  • GAIRAH ISTRI LIAR    Part 80

    Mereka berdua sesenggukan menahan tangis. Kulihat Tante Winda tertunduk dengan isakan yang juga tertahan. Tak perlu lagi aku bertanya, apakah sikapnya tulus atau tidak. Aku tak butuh jawaban. Aku tak harus tahu. Dan aku sama sekali tak peduli."Jangan ikut campur urusan keluargaku, Key!" Erik kembali berbalik dan menantangku."Mereka juga bagian dari keluargaku," balasku, ikut menantang ucapannya. Dia berdecih."Drama apalagi kali ini? Bukankah seharusnya kau senang? Akhirnya kau bisa bebas dari benalu seperti kami.""Seharusnya memang seperti itu. Tapi sudah terlambat. Kalau ingin menyingkir kenapa tak dari dulu saja? Begitu ada masalah, kau langsung melarikan diri. Kau sama sekali tak pernah berubah. Pengecut. Dasar lemah!" sinisku.Matanya menyipit memandangku. Mungkin merasa terhina karena aku benar-benar telah merendahkannya. Ya, sama seperti waktu itu. Mundur teratur dan melarikan diri dari hubungan kami.

DMCA.com Protection Status