Amanda menatap raut wajah Carlos. Dia mana berani membantah Carlos yang sedang marah itu. Dia terlihat dingin dan menakutkan."Kamu ingin aku mengatakan apa. Aku memang kekasihmu tapi mamamu tidak mengakui aku sebagai calon menantu," balas Amanda."Dia akan mengakuimu cepat atau lambat," ucap Carlos.Tuan Wiliam membantu Carlos untuk berbicara supaya tidak ada perselisihan diantara keduanya. Dia juga mengajak temannya untuk segera meninggalkan perusahaannya. Urusan sudah selesai tidak ada lagi yang harus dibahas."Amanda, aku tidak suka ada yang mendekatimu," ucap Carlos."Tidak ada yang mendekatiku, Carlos," balas Amanda."Teman ayah tadi menyukaimu. Dia ingin menjadikanmu menantu, aku tidak suka," bentak Carlos.Begitu dalam cinta Carlos pada Amanda. Walaupun banyak yang menentang cinta mereka termasuk mamanya sendiri. Dia tak akan pernah menyerahkan Amanda pada siapapun. Carlos memang orang yang pencemburu, saat ada lelaki yang menatap Amanda lebih dari lima menit dia akan cemburu
"I-iya Bu," balas Herlina terbata.Herlina melihat lagi nomor meja yang harus dia antar makanannya. Dia kaget ternyata dia harus mengantar makanan untuk Amanda. "Siap sekali, kenapa aku harus mengantar makanan padanya, mana mamanya Diksa masih melihatku seperti itu," gumam Herlina.Dia terpaksa mengantar makanan di meja Amanda. Dia dengan ketus memberikan makanan yang dipesan Amanda dan Carlos."Begini caramu menjamu para tamu?" ledek Carlos."Ini pesananmu 'kan. Tidak usah protes makan saja," jawab Herlina ketus.Carlos sengaja menggoda Herlina agar terlihat salah tingkah. Carlos mengamati sekitar ternyata ada seseorang yang sedang mengawasi kinerja karyawannya."Aku tidak mau makan makanan ini. Aku takut kamu meracuni kami," ucap Carlos."Tidak ada gunanya aku meracuni kalian, terserah mau makan atau tidak!" bentak Herlina karena emosi.Terjadi keributan kecil di meja itu. Hingga akhirnya mamanya Diksa mendekati meja itu. Dia ingin tahu apa yang terjadi di tempat makan yang dikelo
Diksa marah dengan aduan Herlina. Dia berlari menghampiri Carlos dan Amanda yang sedang menikmati daging barbaque dan bir di meja mereka."Enak sekali kalian tertawa lepas seperti ini setelah menindas orang!" bentak Diksa."Ada lagi orang gila yang datang mengganggu makan malam kita," gumam Carlos.Melihat wajah Diksa membuat Amanda mengingat pengkhianatan yang dia lakukan beberapa waktu lalu. Dia bahkan tak ingin menyapanya sama sekali."Mungkin dia cari muka pada pebisnis kelas atas sepertimu, agar dapat proyek yang menguntungkan," ledek Amanda."Benar juga, melihat kita berdua, dia tak sabar meminta kerja sama dengan cari perhatian dulu," balas Carlos.Diksa sangat kesal, melihat perilaku Amanda yang sangat sombong tidak seperti dulu. Tapi wajah Amanda semakin cantik dan glowing sekarang, dia juga modis memakai baju branded seperti yang dipakai orang kelas atas."Aku tak suka ada yang menatap kekasihku lebih dari satu detik," ucap Carlos."Dia adalah bekasanku, aku juga sudah bosan
Diksa mengepalkan tangannya kesal, dia tentu akan melawan Carlos untuk membuktikan kalau dia juga sama kuat."Untuk melawan keluarga Wiliam aku akan mengumumkan di internet kalau Amanda adalah bekas kekasihku yang kamu pungut!" tegas Diksa."Hanya itu saja? Kalau aku akan menyebarkan berita tentang pelayan tempat makan milik keluarga Wijaya yang akan meracuni orang," balas Carlos.Amanda menertawakan Diksa yang otaknya sama sekali nggak bermutu dari dulu. Untuk apa menyebarkan berita tak penting. Hanya urusan kekasih yang tak akan berpengaruh pada perusahaan Carlos. Tapi kalau Carlos memberikan review tentang pelayanan di tempat makan milik Diksa yang mencoba meracuni pelanggannya, itu akan sangat memperngaruhi kelangsungan berjalannya usaha Diksa."Heh, aku pikir bentuk perlawanan apa yang mampu kamu lakukan," ucap Amanda."Ternyata kamu masih saja bodoh seperti dulu," imbuh Amanda."Cepat pergilah sekarang, pria bodoh yang datang kemari pasti karena hasutan wanita jalang," pinta Car
Diksa tidak mau hanya ingin sama seperti Carlos. Dia ingin melebihi Carlos, dia harus lebih unggul agar tidak disepelekan lagi sama orang termasuk mamanya."Kenapa harua seperti, aku ini bisa lebih hebat dari Carlos, mama," ucap Diksa."Baguslah kalau begitu, buktikan saja. Mama juga mau menantu seperti Amanda agar nggak malu kalau diajak keluar," balas mamanya Diksa.Herlina yang mendengar itu semakin kesal dan ingin mencabik wajah Amanda sampai rusak. Dia adalah hambatan baginya untuk bisa naik."Wanita jalang itu selalu lebih unggul dariku, atas dasar apa!" seru Herlina."Herlina, apa sudah ada jawaban dari temanmu itu, aku ingin nama mereka berdua rusak?" tanya Diksa."Besok pagi berita itu akan menyebar kamu tenang saja, Diksa," jawab Herlina."Kamu memang bisa diandalkan," balas Diksa.***Pagi hari di kediaman Amanda dia baru saja bangun dari tidurnya. Banyak notifikasi yang masuk ponselnya entah tentang berita apa hari ini. Dia tidak menggubrisnya, dia memilih ke dapur untuk m
Carlos mengerutkan dahinya. Sejak kapan Nyonya Sanjaya begitu baik. Apa sebenarnya yang ingin dia lakukan."Apa Anda yakin akan membantuku membereskan para wartawan itu?" tanya Carlos."Tentu saja, ini semua karena aku ingin gaun pesananku segera jadi," jawab Nyonya Sanjaya.Amanda mengedipkan matanya, dia mengode Carlos membiarkan Nyonya Sanjaya berbicara pada wartawan. Kalau tidak dicoba mana mungkin kita tahu apa yang akan dikatakan oleh Nyonya sombong itu."Baiklah, aku serahkan padamu, nyonya. Jangan buat aky kecewa," ucap Carlos."Aku tidak akan mengecewakanmu," balaa Nyonya Sanjaya.Mereka bertiga berjalan beriringan menemui para wartawan. Begitu datang para wartawan itu langsung tidak sabar menghampiri Amanda. Mereka mencecar begitu banyak pertanyaan kepada Amanda tentang berita yang viral diinternet."Kalian apa tidak mempelajari kode etik sebagai jurnalis. Begitu tidak sabaran membabi buta memberikan pertanyaan," ucap Amanda."Kalian memang tidak tahu aturan. Satu pertanyaan
"Apa yang kamu lakukan Herlina. Bukankah ponsel itu baru saja beli beberapa hari yang lalu kenapa bisa hancur?" tanya Diksa kesal."Aku frustasi, serangan kita kepada Amanda gagal total," jawab Herlina.Herlina ini sangat boros. Diksa memang bisa saja beli ponsel baru lagi. Tapi kali ini dia sangat muak dengan perilaku Herlina yang tak tahu diuntung. Jika itu Amanda pasti akan menggunakan ponsel itu bertahun-tahun sampai rusak. "Diksa, kamu mau 'kan membelikan aku ponsel baru lagi?" rengek Herlina sambil meneluk Diksa."Tidak, kamu belilah sendiri. Mama menyita semua kartuku dan hanya menyisakan satu kartu debet untukku," jawab Diksa.Herlina kecewa, berharap menjadi kekasih Diksa dia bisa menjadi bergelimang harta. Tapi ternyata kehidupannya pun masih seperti biasa. Bahkan orang tua Diksa memintanya untuk menjadi pramusaji di tempat makan yang mereka kelola."Kamu kenapa lemah sekali, diatur-atur oleh mamamu," keluh Herlina."Aku hanya jadi penurut karena akan menjadi pewaris perusa
Orang tua Diksa sudah meninggalkan rumah Diksa. Herlina tampak kesal karena sudah mendapatkan penghinaan dari orang tua Diksa karena Amanda."Aku harus mengalahkan Amanda," ucap Herlina."Tenanglah, aku akan mengusahakan hal itu terwujud. Kamu juga lulusan fashion desing seperti Amanda," balas Diksa.Herlina juga seorang frelance model. Tapi sekarang jarang laku karena dia tidak profesional. Baru naik sedikit sudah sombong."Kamu mau mengusahakan apa, Diksa?" tanya Herlina."Swan Entertaimen biasa memamerkan karya desainernya dengan para model binaannya juga model lokal kalau ada festival kebudayaan, akan aku usahakan kamu mendapat job itu, kamu bisa membuat seolah rancangan Amanda tidak berkualitas," jawab Diksa.Herlina menyunggingkan senyuman. Dia ingin reputasi Amanda jelek disini. Sudah sakit hati dia dibandingkan dengan Amanda. Kenapa selalu Amanda yang nomor satu. Padahal dia juga tak kalah canrtik, dia juga berpendidikan seperti Amanda, sama-sama bisa membuat desain, tapi kena